Kegagalan Paranormal, Wajarkah?

Pesta rakyat untuk memilih anggota dewan melalui pemilu tanggal 5 april 2004 telah usai. Ada banyak cerita dan kejadian yang menarik dalam pelaksanaan pemilu model baru kali ini. Seperti, ketidaktahuan masyarakat awam akan aturan main baru yang sempat membingungkan mereka, berdampak pada jumlah suara yang tidak sah mencapai 33.007.608 suara. Kecurangan dalam perhitungan suara yang disponsori partai- partai besar dan berkuasa, mengusik partai lain untuk mendesak KPU, agar hasil penghitungan suara pemilu diulang. Yang unik dalam pemilu kali ini adalah keikutsertaan banyak paranormal meramaikan bursa caleg di beberapa partai.

Paranormal yang selama ini mendapatkan tempat khusus di hati mayoritas masyarakat negeri ini, ternyata tertarik juga dengan dunia politik yang menggiurkan. Bahkan di antara mereka ada yang mencoba mendirikan partai, tapi tidak lolos verivikasi KPU.

 

Mungkinkah Paranormal Gagal?

Selama ini yang ada dibenak masyarakat awam, paranormal itu orang yang hebat, sakti, punya daya spiritual tinggi, mampu menembus batas, mendobrak hukum alam, menerobos aturan main yang wajar, serta mewujudkan berbagai macam kebutuhan dalam waktu yang singkat dan instan. Bahkan ada juga masyarakat yang menganggap mereka adalah wali-wali Allah, yang layak untuk menjadi perantara dalam berdoa. Yang lebih naif lagi, ada juga yang memposisikan mereka bak seorang nabi, yang harus dimintai restu dan petunjuknya dalam setiap langkah dan tindakan.

Mau membangun rumah atau gedung, minta ke paranormal untuk menumbalinya. Ingin beli rumah, harus konsultasi dulu ke mereka agar tidak salah arah atau tempat. Hendak buka usaha, datang dulu ke mereka agar laris usahanya. Mendaftar jadi caleg, sowan dulu ke mereka, agar bisa menggusur lawan-lawan politiknya. Mempertahankan atau mendongkrak karir, sungkem dulu ke mereka agar jalannya mulus dan tidak terjal. Sampai meletakkan posisi toilet dalam rumahpun, harus minta petunjuk dulu ke paranormal. Sungguh luar biasa kuatnya cengkraman kemusyrikan dalam aqidah umat kini, dan betapa rapuhnya ketawakalan mereka kepada Allah.

Padahal, kalau kita amati rotasi kehidupan paranormal dalam kesehariannya, maka kita dapati tak ubahnya seperti manusia kebanyakan. Ada yang rumah tangganya berantakan, ada yang usahanya gulung tikar, ada yang bolak-balik ke dokter karena penyakitnya tidak sembuh-sembuh, ada yang berusaha mengusir syetan di suatu tempat, tapi malah dia yang terpental dan sakit karena jin yang menjadi perewangannya kalah kuat, dan ada juga yang sering didatangi para caleg untuk mengantar mereka lolos meraih kursi dewan, tapi begitu dia mencalonkan diri sendiri menjadi anggota legislatif, ternyata malah gagal. Yang ironis lagi, dalam memenangkan suara partai, merekapun menggunakan jasa paranormal. Katanya sih, seperti yang diungkapkan Presiden IPI, “Jin itu tidak bisa dimintai bantuannya dalam berpolitik, karena mereka tidak ngerti politik. Yang ngerti politik itu “jin tomang” dan “jin senayan, makanya partainya KI Joko Bodo tidak lolos verifikasi,” Dan masih banyak tragedi kegagalan-kegagalan mereka untuk mendongkrak nasibnya sendiri, maupun saat dimintai bantuan oleh orang lain.

Walaupun kita tidak menutup mata, ada juga keberhasilan yang telah mereka ukir. Tapi justru kenyatan inilah yang harus kita pahami bersama, ternyata paranormal itu adalah manusia biasa, bukan nabi atau rasul, dan juga bukan malaikat apalagi Tuhan. Sesungguhnya paranormal itu lemah, karena mereka bersandar kepada syetan yang amat lemah. Mereka sangat membutuhkan uluran tangan masyarakat, untuk memakai jasanya dan membeli produknya. Tanpa partisipasi masyarakat, keberadaan mereka tiada berarti. Maka berpalinglah dari mereka, sebagai ungkapan ketidaksetujuan kita akan kemunkaran mereka, dan kembalilah ke pangkuan Allah. Mensukseskan obsesi dirinya sendiri saja, terkadang mereka gagal. Hanya Allah semata sebagai Dzat yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.

Marilah kita renungkan bersama firman Allah berikut ini, “Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemah lah yang menyembah dan amat lemah (pula) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar- benar maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 73-74).

 

Bisakah kita hidup tanpa paranormal?

Ada seorang pakar tafsir dari Yordania, yang sudah cukup lama hidup di negeri kita ini. Setelah banyak interaksi dengan masyarakat dari berbagai lapisan, dia memperoleh kesimpulan yang mencengangkan kita semua ketika mendengarnya. Kesimpulan dia yang berkaitan dengan pola hidup masyarakat Indonesia pada umumnya, yang notabene merupakan penduduk muslim terbesar di dunia, adalah; Orang Indonesia tidak bisa hidup tanpa dukun (paranormal).

Masak begitu sih? Mungkin itulah komentar kita saat mendengar hasil pengamatan Ustadz tadi. Tapi kalau kita mau sportif dan obyektif, memang itulah realita yang ada di mayoritas masyarakat kita.

Yang intens dalam berinteraksi dengan paranormal, tidak hanya masyarakat lapisan bawah, tapi juga lapisan menengah serta lapisan atas. Dari buruh bangunan, satpam, ibu-ibu rumah tangga, pengusaha kecil dan kakap, ketua RT sampai presiden, keseluruhannya masih banyak yang melibatkan paranormal dalam kehidupannya. Maka janganlah heran kalau presiden Ikatan Paranormal Indonesia (IPI) mengklaim anggotanya sudah mencapai 13 juta lebih, yang memiliki perwakilan di 28 propinsi dan 396 DPC di seluruh Indonesia. Jumlah itu belum termasuk ikatan atau paguyuban atau lembaga paranormal lain, yang bertebaran di bumi Allah yang kita cintai ini, yaitu Indonesia.

Masyarakat kita pada umumnya masih termakan bualan kesaktian paranormal dan kekuatan mistis yang mereka miliki. Mereka takut kualat kalau menentang ocehan paranormal atau melanggar perintah-perintahnya. Padahal sikap seperti itulah wujud dari manifestasi kemusyrikan, yang diperangi Rasulullah dan dimurkai Allah.

Secara sadar atau tidak mereka telah meletakkan paranormal layaknya Tuhan, yang bisa memberi keberuntungan dan menolak marabahaya yang mengancam. Keyakinan seperti itu terbangun karena minimnya mereka akan pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam, juga ketidakberdayaan untuk menolak iklan-iklan paranormal yang gencar dan membanjiri media. Mereka berupaya meyakinkan para calon korbannya, mereka mengekspos kesaksian mantan- mantan pasien yang berhasil ditangani. Ada juga yang memberikan garansi, uang kembali jika tidak terbukti, dan ada juga yang terus terang dalam proses kerjanya, ia mengaku dibantu oleh ribuan jin demi kesuksesan kliennya.

Betulkah iklan-iklan yang mereka tawarkan sesuai dengan kenyataannya? Atau mereka hanya ngecap dan membual?

Presiden Ikatan Paranormal Indonesia (IPI) dengan keki mengomentari tanda tanya di atas: “Itu kan hanya iklan untuk menarik konsumen, namanya juga iklan”. Dan realitanya memang seperti itu, sudah banyak mantan pecandu paranormal yang datang ke kantor Majalah Ghoib, mengadukan kekecewaan mereka dengan paranormal yang telah mereka datangi, penyakit yang mereka derita semakin parah, atau permasalahan yang mereka hadapi semakin kusut dan ruwet. Belum lagi mereka yang telah tertipu. Ada mengadu telah menghabiskan lebih dari 40 juga, bahkan ada pengusaha yang bangkrut karena diereti paranormal. Lebih miris lagi saat mendengar cerita mereka, yang tidak cuma harta mereka yang terkuras ludes, tapi kegadisan merekapun telah direnggut para dukun cabul itu. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, na’udzu billahi min dzalik.

Ternyata mereka tidak menyadari, bahwa disamping kerugian-kerugian di atas, ada aset mereka yang paling berharga dan lebih mahal dari dunia seisinya, juga telah dirampas oleh paranormal. Aset tersebut adalah Aqidah Ketauhidan mereka kepada Allah. Apakah mereka tidak tahu, kedatangan mereka untuk berkonsultasi, atau berobat, membeli jimat (gembolan) atau minta diruwat adalah melanggar larangan Allah dan Rasulnya. Ketika para shahabat datang dan mengadu ke Rasulullah, perihal pola kehidupan mereka pada zaman jahiliyah, yang selalu melibatkan dukun dan paranormal dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan tegasnya Rasulullah mengatakan, “Janganlah mendatangi dukun. karena mereka tidak ada apa- panya”. (HR. Bukhari).

Maka kenali Allah dengan sebenar-benarnya, dekatkanlah diri kita kepada-Nya, agar Allah mengenali kita, selalu dekat bersama kita serta senantisa memberi pertolongan kepada kita, di setiap saat dan di setiap waktu. Dengan begitu kita akan hidup di bawah naungan Allah, dan kita tidak lagi bergantung kepada paranormal atau dukun. Akhirnya, kita berani berkata: paranormal, no way!!!

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 16 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN