Kejanggalan-kejanggalan Sang ‘Wali’

Beragam keajaiban mistis meluncur dari pengakuan Andi Muslimin. Apakah dia itu jin atau ruh yang mampu menerobos dimensi waktu dan ruang? atau sosok ‘wali’ seperti yang diyakini para pengikutnya?

Memang, kalau kita telaah dengan kajian supranatural, kita akan terperosok pada kubang- kubang khurafat yang menenggelamkan aqidah. Tapi, parameter kajian ghoib yang benar adalah Syari’at Islam, sebagai landasan dalam beraqidah. Dengan parameter syari’at Islam itu, akan kita temukan virus-virus sufistik dalam cerita Andi yang sangat membahayakan kemurnian tauhid.

Andi adalah manusia biasa, bukan seorang Nabi atau Rasul yang terjaga dari dosa dan kesalahan (ma’shum). Kalau dia merasa dirinya sebagai wali Allah yang diberi aneka macam keistimewaan seperti yang diyakini murid-muridnya, maka marilah kita timbang konsep kewalian yang mereka pahami dengan konsep kewalian yang digariskan Allah dalam al- Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.

Semua bentuk keanehan yang dituturkan Andi dan murid-muridnya, didasarkan pada satu prinsip: “Wali Allah.” Begitulah pengakuan mereka.

Andi dan orang semisalnya meyakini bahwa Wali adalah orang yang dipilih oleh Allah dan ditarik ke dalam diri-Nya, yang tidak disyaratkan sifat-sifat keshalihan dan ketakwaan. Karena mereka memahami kewalian itu adalah anugerah tanpa didahului sebab apapun. Sehingga timbul sebuah pemahaman bahwa wali itu didominasi oleh orang-orang khusus dan dari keturunan tertentu dengan kelebihan di luar batas manusia.

Mereka mengira itulah karamah dan pemiliknya adalah wali Allah, padahal tindakan seperti itu juga dimiliki Dajjal yang akan muncul di akhir zaman nanti, seperti yang telah dikabarkan Rasulullah dalam hadits-haditsnya. Itulah sebenarnya karakteristik wali syetan bukan wali Allah. Wali Allah dalam konsep al-Qur’an tidak dimonopoli oleh orang khusus atau didominasi oleh keturunan tertentu. Siapa saja yang sudah baligh mukallaf, beriman dan bertaqwa, komitmen terhadap Syari’at Islam, maka dialah wali Allah. Allah berfirman, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, tidak pula mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”. (Yunus: 62-63). Jadi, untuk menjadi wali Allah itu ada prosesnya, butuh ketekunan dan keistiqomahan dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Bukhori (Lihat Hadits Arba’in Nawawi, hadits ke 38).

Andi mengaku bisa komunikasi dengan pohon, tumbuhan dan burung, sehingga bisa mendengar cerita dan curhat mereka, dan orang lainpun menganggapnya seperti Nabi Sulaiman. Padahal syetanlah yang menipu dan mempermainkannya. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya mengatakan, “Ada orang-orang yang diberi salam oleh tanaman-tanaman dan diberitahu tentang kandungan- kandungannya yang bermanfaat, namun sebenarnya itu adalah syetan yang telah memasuki tanaman-tanaman dan berbicara kepada mereka. Aku juga tahu ada orang-orang yang diajak bicara oleh batu-batu dan pohon-pohon dengan mengatakan, “Selamat, wahai wali Allah”, dan ketika yang bersangkutan baca ayat kursi, maka suara itupun hilang. Ada juga yang sedang berburu burung. lalu ada burung gereja yang menyapanya, “Ambillah aku agar orang miskin dapat memakanku.” Begitulah kasus dimana jin merasuki burung-burung seperti mereka merasuki manusia dan berbicara melalui mereka. (Al-Furqon hal 91-92).

Andi juga mengaku bahwa hampir setiap malam pergi ke Makkah, karena bisa bergerak melebihi kecepatan pesawat. Tapi anehnya sebagai seorang muslim dia tidak menggunakan kemampuannya itu untuk pergi haji sebagaimana yang disyari’atkan Allah, Dan cerita yang sejenis itu pernah juga diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah, “Ternyata orang tersebut perginya dibawa oleh jin yang berwujud onta. Ketika orang itu meninggal dunia, jin yang berupa onta tersebut bicara kepada anaknya, bila kamu ingin seperti bapakmu maka sujudlah di depanku, saya akan melayani segala kebutuhanmu sebagaimana saya melayani bapakmu.” Lantas anak yang shalih itu menolak proposalnya jin, akhirnya dia ditinggal pergi.

Ada juga cerita semisal yang menarik dan terjadi di kota Magelang. Ada seorang tokoh agama yang sangat dihormati oleh penduduk setempat, mereka yakin orang tersebut adalah wali Allah yang banyak karamahnya. Termasuk karamah yang dikenal masyarakat sekitarnya, setiap Jum’at dia tidak kelihatan shalat Jum’at di Masjid setempat. Saat dikonfirmasi dia selalu menjawab bahwa dia shalat Jum’at di Mekah, dan masyarakatpun tertegun kagum mendengar jawabannya.

Santernya berita karamah terdengar oleh seorang guru ngaji. Dia yakin si tokoh tadi telah melakukan kebohongan publik. Ustadz menemuinya dan menasehatinya agar cepat bertaubat, tapi dia enggan dan malah bersikeras untuk membuktikannya. Sebelum pulang sang ustadz meninggalkan pesan singkat, saat Anda mempraktekkan karamah dan telah merasa ada di Mekah, silakan anda berdiri dan kumandangkan adzan. Wali itu merasa penasaran dengan isi pesan tersebut, lalu dia praktekkan. Begitu dia melantunkan adzan, ternyata dia mendapati dirinya berada di atas pohon nangka dekat rumahnya, bukan di Mekah seperti yang ditipukan Syetan, begitulah penuturan guru ngaji ter- sebut kepada kami. Kasihan betul nasib “sang wali”.

Andi juga menceritakan petualangan supranatural yang super aneh, dia mengaku pernah pergi ke Bulan untuk berziarah ke kuburan Ali bin Abi Thalib. Padahal menurut sumber sejarah yang bisa dipercaya, seperti yang tercantum dalam buku Mukhtashar al-Fatawa al-Mishriyah dijelaskan, bahwa makam Ali bin Abi Thalib berada di sekitar Istana al-Amirah, Kufah, Irak. Memang orang-orang yang mengubur jasadnya menyembunyikan lokasi pemakamannya, karena waktu itu dikhawatirkan orang-orang Khawarij kalau tahu tempatnya, mereka akan membongkar dan mencuri jasadnya, sebab mereka menganggap Ali bin Abi Thalib telah kafir sebagaimana Mu’awiyah dan ‘Amr bin ‘Ash. Dan memang kemisteriusannya membawa banyak hikmah. Kalau kuburan beliau diketahui, niscaya orang-orang Syi’ah yang mengkultuskannya akan menyembah dan mengagung-agungkannya. Jadi kuburan Ali bukan berada di bulan seperti bualan Andi.

Kami juga telah mencoba kepiawaian mereka dalam berbahasa, seorang siswi senior yang bernama Galuh Hafsari dan juga instruktur lembaga yang katanya menguasai 9 bahasa dunia termasuk bahasa Arab. Inilah Bahasa Arab entah versi Arab mana, “And taroka Ahdat Galuh Hafsari, ana tah Palembang. Tan fon sour nod sas ana tadan kafaratul asana bahar, fantaharat anabat Pekanbaru, ana nad daharat bid Panam”. Begitulah jawaban sang instruktur saat ditanya nama lengkap, tempat dan tanggal lahir serta alamatnya,

Salah seorang yang pandai mencoba komunikasi dengan guru besarnya langsung dengan Bahasa Arab melalui telepon. Waktu disapa, “Assalamu ‘alaikum, ahlan wa sahlan syekh Andi,” Andi menjawab, “Sopo iki?” (Bhs. Jawa: Siapa ini?). “Kaifal hal,” Dia menimpali lagi dengan nada agak lirih, “Sopo iki?” “Mumkin ana adrusu ‘indakum?” Dengan nada yang lebih lirih lagi dia menjawab, “Soo poo ikil?” Begitulah, mungkin jin Andi yang datang bukan dari Arab malah dari Jawa Timur.

Sebenarnya, masih banyak keanehan dan kejanggalan yang ditemui kami pada diri Andi dan kegiatan belajarnya. Kadang kejanggalan itu terasa. sangat lucu. Atas semua kejanggalan dan keanehan itu, tidak ada dalil dalam syari’at Islam yang menunjukkan bahwa tindakan-tindakan aneh itu adalah karamah atau karunia bagi para wali Allah. Jadi, kalau bukan wali Allah, lantas wali siapa?
Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN