Seorang Bapak di pertengahan bulan Maret 2005, datang ke kantor Majalah Ghoib untuk mengantarkan sebuah bungkusan jimat yang telah dipasang di rumahhnya selama kurang lebih tiga tahun ke belakang, jimat tersebut diantarkannya, setelah rumahnya diruqyah oleh seorang Ustadz dari tim ruqyah Majalah Ghoib untuk segera dimusnahkan. Kemudian melalui telepon, sang istri dari bapak yang mengantarkan jimat ini, menuturkan kisah awal mula didapatkannya jimat ini kepada redaksi Majalah Ghoib. Serta menceritakan juga, mengapa rumahnya yang asri tersebut harus segera diruqyah.
Peristiwa ini diawali pada pertengahan tahun 2003. Ketika saya dan suami yang baru dikaruniai 2 orang buah hati yang lucu dan menyenangkan hati tinggal di sebuah rumah yang asri di sekitar wilayah satelit Jakarta, tepatnya di daerah Bintara, Bekasi. Sebuah tempat yang menjadi alternatif pemukiman bagi warga ibu kota. Pada saat itu, di rumah saya sering terdengar bunyi seperti sebuah batu atau balok yang dilemparkan ke atas atap. Dua hari setelah peristiwa tersebut salah satu anak saya jatuh sakit. Tetangga yang tinggal di sekitar rumah saya, seminggu setelah kejadian bunyi di atas atap tersebut, melihat ada kilauan api yang masuk ke rumah saya. Tentunya saya sekeluarga menjadi takut dan panik.
Puncaknya adalah ketika saya sedang hamil 6 bulan, pada bulan Ramadhan tahun 2003. Sekitar Jam 8 malam, ketika orang sedang asyik bercengkrama bersama keluarga sambil mengawasi anak-anak belajar. Tiba-tiba di atas atap rumah ada suara yang sangat keras, seperti kejatuhan batu yang sangat besar. Hal yang saya takutkan pun akhirnya terjadi. Seperti biasa, setelah ada suara di atas atap dapat dipastikan ada keluarga yang jatuh sakit. Benar saja, keesokan harinya saya jatuh sakit. Dua hari kemudian anak saya yang kedua juga jatuh sakit. Belum hilang rasa panik saya, di hari ketiga anak saya yang pertama juga jatuh sakit. Disusul kemudian 2 orang pembantu saya juga ikut ambruk. Sekali lagi para tetangga merasakan rumah saya terlihat sangat suram dan seram, sehingga mereka merasa enggan mendekat ke rumah. Sambil menunggu hari menjelang kelahiran anak saya yang ketiga. Saya mengerjakan tugas rumah tangga seorang diri, karena semua pembantu saya benar-benar ambruk. Saya khawatir kalau saya akan melahirkan secara prematur.
Untuk mengatasi semua peristiwa tersebut, perjalanan mencari orang yang bisa menolong masalah di rumah mulai kami lakukan. Suami saya tercinta, menelpon kakak iparnya yang menjadi kepala desa di daerah Jawa Timur. Kakak perempuan suami saya itu, kemudian mendatangi “orang pinter” untuk menanyakan masalah rumah kami di Bekasi. Ternyata menurut penerawangan “orang pinter” tersebut, katanya, rumah saya memang telah dimasuki makhluk ghaib yang sering mengganggu. Setelah itu saya dikirimi jimat ini melalui titipan kilat oleh “orang pinter” itu dari Jawa Timur. Jimat tersebut harus saya simpan di atas atap(para-para) untuk mengusir makhluk jahat dari dalam rumah selama-lamanya.
Memang setelah ditaruh jimat di atas atap (para-para). Rumah saya tidak pernah terjadi apa apa lagi. Namun itu hanya berlangsung satu tahu saja. Karena ternyata “orang pinter” itu telah berbohong kepada saya. Katanya, jimat ini dapat melindungi kami selamanya, ternyata baru setahun saja sudah ada peristiwa lain lagi. Setelah lebaran tahun 2004. Terdengar lagi suara keras di atas atap. Dan setelah itu anak ketiga saya jatuh sakit lagi. Saya kemudian kembali menelepon ke Jawa Timur lagi. Dari sana kemudian dikirimi air untuk disiramkan di sekeliling rumah.
Pada bulan Februari 2005, anak saya yang kedua terkena serangan demam berdarah. Namun setelah dibawa ke dokter, hasil labolatoriumnya bagus. Tidak ada penyakit apapun pada anak saya. Anehnya anak saya itu, pinginnya selalau ke pohon besar. la juga sering merasa diikuti oleh mata besar yang selalu dilihatnya di manapun ia berada. Saya kembali mendatangi “orang pinter” untuk membantu permasalahan saya tersebut. Kali ini saya menyambangi rumah “orang pinter” di daerah Bekasi. Menurut penerawangannya, anak saya dikuasai oleh 5 jin sekaligus dengan dikomandoi 1 jin yang paling “berkuasa” sebagai koordinator (ketua gank kaliiii…), untuk mengusir jin tersebut biayanya sangat mahal. Karena harus mengambil minyaknya dari Arab Saudi. Tapi karena terlalu mahal, akhirnya tidak jadi.
Saya juga pernah mencoba menghubungi salah seorang anggota tim yang sering muncul di televisi untuk menangkap Jin, melalui telepon. Tapi yang menerima asistennya. Menurut penerawangannya, di rumah saya ada kiriman mahkluk ghaib yang jumlahnya lebih dari 3. Yang akan menguras harta dan merusak kedamaian keluarga. Katanya, kalau mau diusir tarifnya 5 juta rupiah. Buat saya itu terlalu mahal.
Suatu ketika saya membeli Majalah Ghoib di sebuah toko. Saat saya membaca semuanya, saya sangat tertarik kepada terapi ruqyah. Namun saya lebih tercengang, bahwa apa yang selama ini saya lakukan dengan mendatangi “orang pinter” ternyata tidak sesuai dengan syariat Islam. Akhirnya pada tanggal 3 Maret saya mendatangi Majalah Ghoib untuk meruqyah anak saya. Alhamdulillah setelah diruqyah anak saya agak membaik. Dan setelah berdiskusi dengan suami, saya juga memutuskan untuk meruqyah rumah dan menyerahkan jimat ini, untuk segera dimusnahkan.

Bentuk Jimat
Jimat ini berbentuk buah kelapa yang telah tua dan telah berwarna coklat. Kelapa ini dikirimkan dengan dibungkus kain kafan yang diikat rapi menggunakan benang jahit sepatu. Kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik besar.
Kesaktian Jimat
Jimat yang berasal dari Jawa Timur dan dikirimkan oleh “orang Pinter” ini, kalau disimpan di atas atap (para-para), diyakini bisa membentengi rumah dari gangguan makhluk ghaib termasuk dedemit yang akan berbuat jahat.
Bongkar Jimat
Tema “keghaiban”, menjadi bahasan terfavorit di kalangan kaum muslimin secara umum. Bahasannya seakan tak pernah habis untuk selalu dibicarakan. Hal tersebut tidaklah salah. Karena sebagai insan beriman kita wajib mempercayai hal ghaib, sebagaimana yang telah Allah jelaskan di dalam al-Qur’an.
Yang menjadi masalah adalah ketika sesuatu yang ghaib tersebut selalu dikaitkan dengan kalangan yang sering disebut “orang pintar”. Dan seperti biasa, “orang pinter” tersebut menyulap sebuah benda (buah kelapa) yang sebenarnya lebih enak kalau kita jadikan es, menjadi sebuah jimat yang dijadikan alat dalam membantu orang untuk mengusir makhluk jahat dari rumahnya. Padahal dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalammya dibacakan surat al-Baqarah.” (HR. Muslim).
Lebih dari itu para “orang pinter” tersebut mengaku bisa melihat keberadan jin setelah melakukan penerawangan. Hal tersebut tentunya bertentangan dengan apa yang telah dinyatakan oleh Imam Syafi’i, “Barang siapa mengaku dirinya bisa melihat keberadaan jin (dalam bentuk aslinya) maka kami tolak kesaksiannya (karena dia pembohong, pen.), kecuali kalau dia seorang Nabi.” (Fathul Bari:4/489). Semoga Allah senantiasa memberikan ketenangan dan keberkahan pada keluarga ini, agar tetap bisa melaksanakan ibadah dengan khusu’.
Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M