Pernahkah kita melihat perkemahan yang terbuat dari mutiara? Belum dan tidak akan pernah melihatnya sepanjang hayat, selama masih hidup di dunia yang fana ini. Itulah jawaban yang jujur. Ya, jangankan melihat, membayangkan saja mungkin kita tidak berani. Karena orang-orang akan menilai kita sebagai manusia yang tidak waras. Orang yang kehilangan akal sehatnya.
Logis dan wajar. Perkemahan bukan menjadi kebutuhan pokok. la hanya sebagai tempat yang biasa dibutuhkan saat melakukan wisata alam. Tidak perlu harus terbuat dari mutiara. Cukup dari kain parasut atau yang sejenisnya. Asal bisa menahan curahan air hujan atau hembusan angin malam.
Itulah dunia yang sangat jauh berbeda dengan surga. Perkemahan terbuat dari mutiara bukan suatu hal yang aneh. Itu masih wajar-wajar saja dan tidak akan dianggap gila karenanya. Tidak diragukan lagi, seorang penghuni surga akan merasakan kenikmatan hidup di dalam perkemahan yang terbuat dari mutiara.
Perkemahan yang tidak seperti dalam benak kita sekarang. Sempit dan pengap karena tidak mampu menahan dengan baik teriknya sinar matahari. Bedakan dengan Perkemahan surgawi yang sangat luas, melebihi rumah terluas di dunia. Di sini, di dunia, kita tidak akan pernah menemukan sebuah rumah seluas satu mil. Dalam bayangan pun tidak. Padahal luas kemah surgawi itu masih enam puluh kali lipat lagi. “Sesungguhnya bagi seorang mukmin di syurga mempunyai kemah dari sebuah mutiara kosong. Panjangnya 60 mil.” Itulah janji Allah yang disampaikan Rasulullah sebagaimana diriwayatkan imam Muslim. Indah dan mewah.
Kemah itu memang luas, tapi seberapapun luasnya seorang penghuni surga tidak akan pernah merasa kesepian. la tetap akan menikmati indahnya surga dalam segala situasi dan kondisi. Walau di dalam kemah. Bagaimana tidak, bila dalam kemah itu telah menanti bidadari-bidadari bermata jeli yang setia “Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.” (QS. Ar- Rahman: 72)
Kemah itu luas dan lebar. Sedemikian luasnya kemah itu sehingga tatkala seorang penghuni surga memasukinya, dan berkunjung kepada keluarganya yang sedang berada di dalam kemah itu, maka anggota keluarga yang lain tidak akan melihatnya. Seakan mereka hidup berdua. Padahal sebenarnya di dalam kemah itu masih ada anggota keluarga yang lain. Demikianlah ulama menjelaskan hadits riwayat Muslim, “Orang mukmin mempunyai keluarga di dalamnya dan ia mendatangi mereka, maka sebagian mereka tidak dapat melihat sebagian yang lain.”
Kemah itu luas dan lebar. Serasi dengan ketinggiannya yang menjulang. Hingga mencapai tiga puluh mil. Demikianlah Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Qais bahwa Rasulullah bersabda, “Kemah itu terbuat dari mutiara kosong yang panjangnya di langit 30 mil. Dalam setiap sudut darinya bagi orang mukmin mempunyai keluarga yang tidak terlihat oleh orang-orang yang lain.”
Surga memang menawan. Dalam segala situasi dan kondisi. Walau di dalam sebuah kemah. Tapi mengapa kita sering terjebak dalam ketakutan dunia, bahwa kita tidak akan mendapat tempat berteduh di dunia yang fana ini. Janganlah kita kehilangan kemah mutiara di surga hanya karena mengejar rumah tipe tertentu di dunia.
Karena sesulit apapun mendapatkan tempat tinggal di dunia, tentu sangat jauh lebih merugi bila kita tidak mau memesan kapling kemah surgawi, sejak dari sekarang. Karena itu, tidak ada kata terlambat sebelum matahari terbit dari barat.
Ghoib, Edisi No. 15 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M