Kemenangan Pasti Datang, Walau Berat di Awal

Genderang perang telah ditabuh Iblis. Sejak kali pertama ia menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam alaihissalam. Genderang perang yang tidak akan pernah berhenti.

Karena itu, Allah senantiasa mengingatkan manusia dari permusuhan abadi dalam berbagai surat. Di antaranya adalah firman Allah, “Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka” (QS. Al-Hijr 39-40)

Peringatan ini, menjadi modal berharga bagi kita untuk selalu bersiap diri setiap saat. Kita tidak boleh terlena sedikitpun dan membiarkan diri kita sebagai sasaran yang empuk dari tombak mereka. Kisah Intan menjadi pelajaran yang berharga.

26 tahun, Intan hidup di dalam bayang- bayang kegelisahan dan ketakutan. Yang kesemuanya bersumber dari serangan Iblis dan bala tentaranya. Sebutlah kebutaan atau kesurupan yang menderanya sejak kecil hingga lulus SD. Pada detik-detik seperti ini, orangtuanya selalu memanggil orang pintar.

Di sinilah, peran orangtua sangat dominan. Untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Namun, kasih sayang orangtua dan kegelisahan mereka tidak seharusnya membawa mereka mengambil jalan pintas. Demi untuk menyelamatkan seorang anak kemudian memanggil orang pintar. Hanya karena ingin sembuh, kemudian aqidah tergadaikan. Bila demikian, maka syetan telah memenangkan pertarungan pertama ini.

Ini adalah kesalahan yang tidak boleh terulang. Ketidakberdayaan seorang anak seharusnya ditopang oleh orangtua. Dengan membacakan doa-doa perlindungan misalnya. Seperti yang dilakukan Rasulullah kepada kedua cucunya. “Saya meminta perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untukmu dari setiap syetan dan binatang beracun. Dan dari setiap pandangan mata yang berbahaya.” (HR. Abu Dawud)

Intan termasuk beruntung. la kemudian terdampar di sebuah SMA yang terbilang religius. Di sana, ia memperoleh kesempatan untuk mengikuti berbagai kajian keislaman sebagai bekal dalam menghadapi pertarungan dengan syetan.

Kini, setelah menemukan jati diri, ia berusaha mengadakan perlawanan dan tidak tinggal diam jin yang secara rutin menyambanginya sebulan sekali dilawan dengan doa-doa perlindungan. Karena yang menjadi musuh kali ini adalah syetan. Bukan dilawan dengan pedang atau senapan.

Kita tidak boleh takut kepada mereka, karena sejatinya mereka juga takut kepada manusia. “Syetan lebih takut kepada salah seorang dari kalian, karena itu jika dia menampakkan diri kepada kalian janganlah kalian takut karena akan mengalahkan kalian, tetapi bersikap keraslah kepadanya karena dia akan pergi,” kata Mujahid, seorang ulama dari generasi tabiin.

“Janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamulah yang paling unggul.” Demikian Allah meneguhkan Nabi Musa saat melawan tukang sihir Fir’aun.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN