Dunua itu fana. Tidak ada yang abadi di dalamnya. Apapun bentuknya. Bahagia atau sengsara. Semuanya hanya bagian dari perjalanan hidup yang harus dilewati. Sebaliknya kehidupan akhirat menawarkan keabadian. Kebahagian yang tidak lekang dimakan waktu dan usia. Demikian pula dengan ancaman neraka. Ada yang harus mendekam selamanya. Meski tidak sedikit pula yang pada akhirnya akan berlabuh di surga, tapi tetap tidak menyenangkan bila terlebih dahulu harus merasakan panasnya neraka.
Masalahnya, kenikmatan dan kedamaian yang ditawarkan di kehidupan surgawi baru sebatas janji keghaiban. la tidak dapat dirasakan atau dilihat dengan mata telanjang. Sebaliknya kenikmatan yang ditawarkan kehidupan duniawi, langsung terasa. Seberapun kecilnya. Itulah mengapa orang-orang yang berpikiran picik mudah terkecoh dan terbuai oleh kesenangan sesaat dan membuang kenikmatan dalam keabadian.
Untuk itu di dalam al-Qur’an dengan tegas Allah mencela kehidupan duniawi dan menjelaskan kehidupan akhirat. Tentu, agar kita tidak mudah terkecoh karenanya.
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaaha: 131)
Dalam ayat lain Allah menegaskan. “Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang- orang yang bertakwa.” (QS. An-Nisa’: 77)
Pada sisi lain, Rasulullah juga memberikan perbandingan antara kehidupan dunia dan akhirat. Sebuah gambaran yang seharusnya membuka mata kita lebar-lebar akan keutamaan akhirat.
Rasulullah bersabda, “Demi Allah, tidak bisadunia ini dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ini (sambil mengisyaratkan dengan jari telunjuk) di dalam lautan, maka lihatlah apa hasilnya.” (HR. Muslim)
Sebuah perbandingan yang tidak akan ditemukan ujung pangkalnya. Ibarat setetes air di lautan, tentu tidak bernilal sama sekali Bayangkan setetes air di lautan untuk seluruh kenikmatan dunia. Padahal daratan yang dihuni manusia sejagat ini tidak lebih dari sepertiganya Artinya dua pertiga luas bumi yang kita pijak ini adalah lautan. Seluas itulah perbandingannya setetes air melawan lautan.
Oleh karena kenikmatan dunia itu sedikit maka Allah menegur orang-orang yang mengutamakan kenikmatan dunia di atas kenikmatan akhirat.
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, ‘Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?’ apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At- Taubah: 38)
Bila demikian sudah jelas adanya. Marilah berusaha bersama untuk menjadikan dunia dalam genggaman tangan. Bukan meletakkannya di dalam hati. Dengan demikian, apapun bentuk kenikmatan dunia yang pernah kita kecap selama ini tidak akan mengurangi hasrat dan niatan kita merengkuh kebahagiaan abadi di dalam surga-Nya.