Kerajaan Penghuni Surga yang Paling Rendah Derajatnya

Bila penghuni neraka tidak bisa menebus dirinya dengan emas sebesar gunung, atau menjadikan orang-orang yang dicintainya sebagai tumbal, maka penghuni surga berada dalam kenikmatan yang berlipat ganda.

Sebutlah hunian penghuni surga dalam derajatnya yang paling rendah sebagai contoh, maka kita akan tercengang dibuatnya. Sungguh sangat menakjubkan. Laksana seorang raja, ia menempati kerajaan yang demikian luas. Berlipat sepuluh kali dari kerajaan dunia.

Memang luas sebuah kerajaan di dunia tidaklah sama. Ada yang besar dan ada pula yang kecil. Bila kita mengambil kerajaan yang seluas Pulau Jawa saja, maka bisa dibayangkan seberapa luas wilayah kekuasaannya. Sepuluh kali luasnya pulau Jawa. Subhanallah. Padahal dia adalah penghuni surga dalam tingkatan yang paling rendah.

Dia bukanlah seorang nabi atau sahabat Rasulullah. Dia adalah orang biasa yang mendapat rahmat dan karunia Allah menjadi penghuni surga. Meski dalam derajat yang paling rendah. Tapi itu sudah cukup baginya.

Mulanya, ia tidak mengira akan mendapat limpahan rahmat sebesar itu. Tapi keikhlasannya dalam menerima putusan Allah telah melipat gandakan ganjaran yang diterimanya.

Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Mughirah bin Syu’bah bahwa Rasulullah bersabda, “Musa bertanya kepada Tuhannya, “Siapakah penghuni surga yang terendah derajatnya?” Allah menjawab, “la adalah seorang laki-laki yang datang sesudah penghuni surga dimasukkan ke dalam surga”. Kemudian dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga!” Maka ia berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana? Orang-orang telah menempati tempat-tempat mereka dan telah mengambil bagian-bagian mereka? Maka dikatakan kepadanya, “Tidakkah engkau suka memiliki seperti kerajaan seorang raja di dunia?” Orang itu menjawab, “Aku rela, wahai Tuhanku” Maka Allah berkata, “Bagimu kerajaan itu dan seperti itu dan seperti itu dan seperti itu dan seperti itu”. Pada kali yang kelima orang itu berkata, “Aku rela, wahai Tuhanku” Maka Allah berkata, “Bagimu kerajaan ini sepuluh kali seperti itu dan bagimu apa yang disukai oleh dirimu dan menyedapkan pandanganmu.” Orang itu berkata, “Aku rela, wahai Tuhanku.”

Ya, penghuni tempat yang sedemikian luas itu adalah seorang penghuni yang diawal kehadirannya sudah khawatir bila ia tidak mendapatkan bagian apa-apa. Semua pendahulunya telah mendapatkan tempatnya masing-masing. Semuanya telah merasakan kenikmatan yang tiada ternilai.

Dan dia, dia adalah orang terakhir yang masuk. Orang terakhir yang khawatir akan nasibnya. Tapi lihatlah apa yang kemudian dia peroleh. Sebuah wilayah yang tidak kecil. Ya, sepuluh kali lipat luas kerajaan di bumi.

Bahkan dia bisa mendapatkan apa pun keinginannya. Tidak ada larangan. Tidak ada batasan.

Gambaran ini seharusnya menjadi cambuk bagi kita untuk terus berbuat dan berbuat. Dan tidak pernah lelah untuk terus menggapai surga. Tentu harapan kita harus menggantung setinggi langit. Kita ingin menghuni surga dalam tingkat yang lebih tinggi.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN