
Seorang mahasiswa tingkat akhir, sengaja datang ke kantor Ghoib Ruqyah Syar’iiyah (3/1), untuk menyerahkan sebuah jimat yang didapatkannya dari daerah Jawa Tengah. Sejak Majalah Ghoib terbit, mahasiswa ini tak pernah ketinggalan melahap semua isi tulisannya. Itulah yang menyebabkan, mahasiswa ini datang ke kantor Ghoib Ruqyah Syar’iyyah, karena ia sangat mempercayai lembaga ini dalam membantu masyarakat kaum muslimin yang punya permasalahan tentang keghaiban.
Lewat saluran telepon genggam, lebih jelas ia menceritakan kisah jimat ini kepada reporter Majalah Ghoib. “Lebaran Idhul ‘Adha kemarin, saya berkunjung ke rumah om di daerah Jawa Tengah,” ujarnya mengawali cerita. Setelah beberapa malam menginap di rumah om nya itu, ia dikejutkan oleh sebuah benda yang diberikan oleh pamanya. “Ini pusaka peninggalan ayahmu, yang diberikan oleh seseorang kepada paman,” ujar mahasiswa ini lagi, menirukan pesan dari pamannya. Orang yang memberikan jimat ini, berpesan kepada pamannya agar jimat ini diberikan kepada keturunan Bapak Abdullah (nama samaran) ayahanda dari mahasiswa ini.
Jimat ini diberikan oleh orang itu, ketika genap 40 hari dari kematian Bapak Abdullah. Setelah memberikanbenda tersebut, orang asing itu pergi begitu saja, tanpa mau diberi uang transport sepeserpun. “Karena saya keturunan dari Bapak Abdullah, maka saya dianggap berhak menyimpan benda ini,” tegas mahasiswa ini kemudian. Tanpa pikir panjang, ia langsung menyerahkan jimat tersebut ke kantor Ghoib Ruqyah Syar’iyyah, Setibanya di Jakarta.
“Saya sangat tidak percaya dengan benda-benda seperti ini,” tambahnya lagi. Menurut cerita dari Budenya. itu adalah peninggalan dari kakek jaman dahulu kala, kakek buyut mahasiswa ini pernah mencalonkan diri menjadi kepala desa. Ketika ikut pemilihan itulah, kakek mempunyai dan meyimpan jimat tersebut.
Namun, keberuntungan belum lagi menghampiri. Kakek buyutnya itu kalah dalam pemilihan dan gagal menjadi seorang kepala desa. Setelah kekalahan itu, rumah kakek buyutnya dibakar oleh segerombolan orang tak dikenal, hingga menghanguskan seisi rumah. “Kemunggkinan peristiwa itu dilakukan oleh lawan politik kakek buyut saya,” ujar mahasisawa ini dengan semangat.
Masih menurut Bu’denya, saat rumah kakek buyutnya terbakar, semua benda-benda pusaka milik kakek buyutnya terbang entah ke mana. Mungkin menyelamatkan diri. Suatu ketika bapak Abdullah-ayahanda mahasiswa ini mendapatkan wangsit bahwa keris tersebut berada di sebuah pohon dekat kuburan. Dan kemudian berhasil diketemukan oleh Bapak Abdullah. Saya juga tidak mengerti, mengapa jimat ini ada di tangan orang lain dan kemudian harus diserahkan kepada saya. Semoga Allah memberi keselmatan kepada keluarga kami,” ujar mahasiswa ini menutup cerita.
Bentuk Jimat
Jimat ini berbentuk sebuah keris kecil berukuran 11 cm. Sarung keris ini, dibalut dengan benang berwarna merah menyala. Bagian gagang dan batang keris terbuat dari tembaga dengan warna silver yang sangat kontras. Pada kedua batang keris ini, terdapat tulisan berbahasa arab “La ilaha lllallah” dengan diapit dua buah bintang dan angka 11 dalam bilangan arab.
KESAKTIAN JIMAT
Pada kisah ini, tidak terdapat penjelasan tentang apa sebenarnya kesaktian dari jimat ini. Namun menurut Bu’de dari mahasiswa ini, bahwa jimat ini dipakai untuk membantu kelancaran kakek bulutnya dalam mengikuti pemilihan calon kepala desa.
BONGKAR JIMAT
Suatu saat Imam Ghozali pernah bertanya kepada murid-muridnya tentang apa yang paling berat di alam dunia ini. Kontan saja para murid Imam Ghozali itu menjawab besi atau baja. Imam Ghozali tidak menyalahkan jawaban para muridnya itu. Tetapi Imam Ghozali menjelaskan bahwa yang paling berat di alam dunia ini adalah menjalankan Amanah. Profesi apapun yang kita jalankan selama hidup di dunia ini hakekatnya adalah amanah.
Seorang tukang becak mempunyai amanah untuk menghantarkan penumpangnya ke tempat tujuan yang dipinta penumpangnya. Seorang presiden mempunyai amanah untuk mensejahterakan rakyatnya. Begitu juga dengan seorang kepala desa, ia mempunyai amanah untuk memimpin sekaligus berusaha memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat yang ada di daerahnya. Ketika seorang pemimpin itu terpilih, maka ia bukan mewakili golongan atau kelompok yang dulunya memilihnya. Tetapi menjadi pemimpin seluruh masyarakatdi wilayah yang menjadi tugasnya itu.
Yang kini menjadi masalah adalah ketika amanah itu dicapai dengan cra-cara yang tidak benar. Untuk mendapatkan sebuah jabatan yang merupakan amanah, seringkali seseorang menempuh cara yang keliru seperti melakukan suap atau melakukan polotik uang. Belum lagi sejumlah dukun yang dijadikan backing, agar mereka aman dari serangan kelompok lain. Dan ketika dukun dilibatkan dalam aktifitas itu, maka secara sadar kita telah t5erjatuh pada perbuatan musyrik yang dibenci oleh Allah. Biasanya para dukun itu memberikan benda-benda yang katanya sakti serta melakukan ritual-ritual yang tak masuk akal.
Kasus seperti ini diduga pernah dilakukan oleh sebagian besar orang yang sangat berambisi menduduki jabatan tertentu di masing-masing level. Dari jabatan paling rendah hingga yang tetinggi.
Dalam kasus mahasisiwa ini contohnya. Leluhurnya konon telah mempergunakan jimat berbentuk sebuah kerids kecil untuk penjagaan. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam jimat ini sangat menghina makna ‘laa ilaaha illallah’ yang begitu luhur. Seperti biasanya si dukun mengelabuhi kita dengan tulisan-tulisan yang terkesan dari al-Qur’an. Padahal pada hakekatnya para dukun tersebut telah merobek-robek makna yang luhur itu menjadi komoditi dalam mencari keuntungan duania (uang).
Gambar dua buah bintang dan angka 11 yang terdapat dalam keris itu, hanya akal-akalan para dukun untuk mengeruk harta orang yang datang kepadanya. Karena itulah tindakan para dukun tersebut secara nyata telah membawa kesesatan yang nyata bagi kita.
Semoga kita semua bisa terlepas dari jerat-jerat setan (dukun kaki tangan setan), kita berharap agar para pemimpin yang akan kita pikuklkan amanah di pundaknya telepas dari semua aktifitas kecurangan dan tidak memakai jasa dukun untuk memuluskan tyujuanya tersebut.
Semoga Allah memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada keluarga mahasiswa ini, karena telah berusaha menjauhkan diri dari lembah kemusyrikan..Amin.
Ghoib Edisi 77/4/2007 M