Ada seorang yang mengaku dirinya orang pintar dan tersohor di negeri kita menyatakan: Anda boleh berkunjung atau minta tolong paranormal, tetapi saya dan lainnya hanyalah sarana.
Pernyataan yang tersebut di atas, sekilas hanyalah merupakan untaian kalimat yang keluar dari mulut seseorang yang tampaknya wajar dan biasa-biasa saja serta tak ada yang istimewa. Tapi bagi masyarakat awam dan pecandu ramalan, kalimat itu merupakan angin segar yang berfungsi sebagai legalitas hukum bagi mereka yang selama ini aktif berhubungan dengan peramal. Akibatnya mereka belum yakin dan mantap kalau planing yang mereka susun, langkah yang mereka agendakan dan keputusan yang mereka ambil tidak didahului oleh ramalan seorang peramal atau menelaah ramalan bintang yang ada di media-media. Sepak terjang mereka di kancah kehidupan ini terformat oleh ramalan.
Mungkin kita pernah mendengar ada seseorang yang batal membeli rumah atau membongkar bangunan rumahnya, karena menurut pakar feng sui, posisi dan arah rumah tersebut tidak tepat dan membawa sial. Atau seseorang yang ragu dan gamang dalam berbisnis, karena menurut seorang paranormal shionya tahun ini tidak membawa hoki atau keberutungan. Seseorang entertainer pesimis dalam mengembangkan usahanya, karena menurut seorang astrolog bintangnya bulan ini lagi suram. Dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya yang sejenis dalam realitas kehidupan masyarakat.
Benarkah mendatangi peramal, bertanya kepadanya, mendengar hasil ramalannya atau membaca tulisannya merupakan suatu yang mubah dan sah-sah saja?. Marilah kita perhatikan jawabannya dari hadits Rasulullah: “Barang siapa yang mendatangai peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.” (HR. Muslim). Didalam riwayat yang lain: “Selama empat puluh malam.” (HR.Ahmad). Orang yang suka berkunjung ke peramal atau mengkonsumsi hasil ramalannya, yang digadaikan bukan jabatan atau status sosialnya, tetapi ia telah menjual akidah dan harga dirinya di hadapan Allah, ia telah menukar tiket masuk syurga dengan tiket masuk neraka selama-selamanya.
Karena ia telah merusak dan menghancurkan pahala amal kebaikannya dengan kesyirikan. Kalau shalatnya tidak diterima, otomatis ia tidak akan mendapatkan pahala. Padahal shalat adalah amalan utama dan paling pertama dihisab oleh Allah di akhirat kelak. Kalau reputasi shalatnya jelek, maka akan berimbas kepada amalnya secara keseluruhan. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Abu Hurairah. Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah lebih tegas lagi menyuruh kita untuk menjauhi sosok peramal dan ramalannya dengan mengatakan: “Barang siapa yang mendatangi dukun atau peramal, lalu membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah inkar (kufur) terhadap apa yang dibawa Nabi Muhammad(Al quran dan Al Hadits).” (HR.Ahmad dan dishahihkan oleh Al Bani).
Mungkin ada yang bertanya: Apakah semua orang yang datang ke peramal dan bertanya kepadanya akan menerima konsekwensi yang disebutkan Rasulullah dalam dua hadits yang tersebut di atas? Untuk mendapatkan jawabannya marilah kita ikuti uraian Syekh Utsaimin rahimahullah sebagai berikut.
Pertama: Hanya sekedar bertanya atau iseng, maka hukumnya seperti yang disabdakan Rasulullah dalam hadits yang berbunyi: “Barang siapa peramal lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari (HR. Muslim). Adanya hukuman bagi si penanya menunjukkan dilarangnya perbuatan tersebut, karena tidak ada hukuman kecuali bagi yang melakukan kesalahan atau perbuatan haram.
Kedua: Bertanya dan membenarkan jawaban si peramal dan mempraktekkan nasihat atau solusi yang diberikannya. Maka ia telah kufur, karena telah membenarkan keghoiban yang menjadi hak otoritas Allah semata.
Ketiga: Bertanya ke peramal dengan tujuan untuk mengujinya, dan tidak untuk mempercayai apa yang dikatakannya. Maka ia tidak termasuk dalam kategori hadits di atas. Rasulullah sendiri pernah bertanya ke Ibnu Shayyad (seorang peramal di era jahiliyyah), Beliau bertanya, “Tebak, apa yang sedang aku genggam?” la menjawab, “Ad-Dukh.” (padahal Rasulullah menyembunyikan tulisan ayat ke sepuluh dari su- rat Ad-Dukhan). Lalu Rasulullah menghardiknya, “Diam!!! Berita (jin kamu) belum sampai kepadamu.” (HR. Muslim).
Keempat: Bertanya keperamal untuk menyingkap kebohongannya dan membongkar tipu dayanya. Hal ini sangat dianjurkan bahkan menjadi suatu kewajiban yang termasuk amar ma’ruf dan nahi munkar. (Al qou- lul mufid ala kitabit tauhid:2/49).
Peramal Bukan Makhluk Istimewa
Peramal hanyalah manusia biasa, postur tubuh mereka juga seperti manusia pada umumnya, ada yang pendek, ada yang sedang dan juga ada yang jangkung. Muka mereka juga begitu, ada yang jelek, ada yang pas-pasan dan ada yang tampan. Walaupun ada juga yang mukanya kelihatan suram dan seram karena jarang tersentuh air wudhu, atau mungkin tidak pernah sama sekali. Watak mereka juga berbeda-beda, ada yang lembut, ada yang kaku, ada yang plin-plan dan ada yang licin layaknya belut serta ada juga yang pembohong dan penipu.
Itulah keberagaman makhluk-makhluk Allah, yang hakekatnya diciptakan oleh Allah untuk tunduk dan patuh dengan petunjuk-petunjuk Nya. Tapi realitanya banyak yang membangkang dan menyimpang dari syariatnya. Bahkan ada yang merasa lebih shaleh dan lebih tinggi maqomnya dari Rasulullah, sehingga mereka tidak segan- segan menyalahi sunnahnya atau tidak mengikuti syariatnya.
Para peramal juga ingin mempunyai masa depan yang mapan dengan menggeluti profesinya, mereka juga tidak mengetahui sampai kapan profesinya bisa bertahan, dan seberapa banyak pelanggannya akan terus mengalir. Maka dari itu tidak heran kalau kita dapatkan mereka gencar mempromosikan keahliannya dalam dunia ramal meramal melalui mulut ke mulut, atau dengan selebaran-selebaran yang disebarkan oleh anak buah mereka. Terkadang dengan menempelkan stiker promosi di tempat yang strategis. Bahkan ada yang mendemontrasikan skill mereka di media-media cetak maupun elektronik, agar banyak dibanjiri order dari pengguna jasa ramalan. Itu semua merupakan usaha-usaha manusawi seperti yang juga dilakukan oleh pemilik-pemilik jasa lainnya termasuk kita semua. Intinya mereka juga tidak mengetahui nasib yang akan datang, ada apa dengan dirinya, istrinya, anak-anaknya dan kerabat-kerabatnya.
Sebetulnya secara langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, mereka juga diliputi rasa ketidakpastian untuk menatap masa depan, mereka juga masih meraba-raba akan nasib mereka sendiri di hari-hari yang akan datang.
Lihatlah kedustaan mereka dengan mencermati ramalan- ramalan yang kontradiksi antar sesama peramal. Seorang peramal kondang meramalkan bahwa presiden Indonesia yang akan terpilih di tahun 2004 nanti berjenis kelamin laki-laki seperti yang pernah dilansir oleh Harian Republika. Sementara peramal terkenal yang kedua meramalkan bahwa yang akan menjadi presiden pada pemilu tahun ini adalah Megawati, walaupun suara partainya babak belur, sebagaimana yang pernah ditayangkan obrolannya di sebuah stasiun televisi swasta. Sedangkan seorang peramal yang juga seorang politisi, dengan penuh keraguan dan kegamangan meramalkan bahwa yang menjadi presiden pada pemilu tahun ini adalah Megawati selama tidak terjadi goro-goro, begitulah Tabloid Posmo memuatnya.
Pernahkah anda mendengar ramalan Joyoboyo, ramalan yang banyak dijadikan referensi dan buku panduan bagi banyak peramal di negeri ini. Salah satu ramalan Joyoboyo yang populer adalah ramalan nama-nama presiden indonesia yang dirangkum dalam rangkaian kata NOTONOGORO. Mereka yakin akan kebenaran ramalan tersebut, dengan bukti presiden pertama adalah soekarNO, lalu diganti oleh generasinya yang bernama soeharTO. Dua nama tersebut semakin memperbesar kepala para peramal, dan semakin memperkuat legenda kesaktian Joyoboyo. Tapi setelah terpilihnya presiden ketiga, yaitu presiden habiBI, dan yang keempat yaitu presiden abdur rahMAN, kemudian disusul megawaTI muncullah preseden buruk bagi para peramal. Ternyata tak seorangpun dari mereka yang berinisial NO, sebagaimana yang tercantum dalam ramalan Joyoboyo. Maka mulailah para peramal memasang jurus pamungkas yang diberi nama jurus langkah seribu dengan berkelit alias ngeles. Ada yang berkilah bahwa ketiga nama itu hanyalah presiden transisi, padahal kita tahu Gus Dur dan Megawati adalah presiden yang terpilih resmi dan konstitusional melalui pemilu yang sah.
Atau anda masih ingat akan kedustaan dan kebohongan peramal yang pernah meramalkan bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1999 jam 09.00 menit ke 9 lebih 9 detik. Ternyata sampai sekarang mataharipun masih setia menyinari kita, udara segar masih bisa kita hirup, keindahan jagad raya ini masih dapat kita nikmati. Dan tirai kebohongan peramal tersingkap sudah. Allahu akbar.
Ada juga pernyataan peramal yang biasa-biasa saja, setiap orang bisa melakukannya karena merupakan kelaziman yang terjadi di setiap masa. Misalnya ramalan seorang wanita peramal yang mengatakan, “Di tahun 2004 banyak wanita yang sukses di kantor tapi pusing dengan urusan rumah tangga, maka waspadalah terhadap sumber- sumber stres.” Rasanya, ungkapan di atas biasa-biasa saja. Tidak istimewa dan tidak ada muatan ghoibnya. Kasus semacam itu fakta. Banyak rumah tangga yang goncang karena ibu yang menjadi ratu rumah tangga sangat sibuk di luar rumah, sementara anak terlantar di rumah.
Rasulullah sudah mewanti-wanti kita, “Barang siapa yang mempelajari satu cabang dari ilmu perbintangan berarti ia telah belajar satu bagian dari ilmu sihir sedikit atau banyak.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih). DR. Sulaiman Al- Asyqor mengatakan: “Manusia ada dua golongan; pengikut peramal (dukun) dan pengikut Rasulullah. Tidak mungkin manusia menjadi pengikut peramal sekaligus menjadi pengikut Rasulullah. Kejauhannya dari Rasulullah sebanding lurus dengan sedekat mana hubungannya dengan peramal (dukun). Dan dia mendustakan Rasulullah sedalam pembenaran dan kepercayaannya kepada peramal.” (Alam jin dan Syetan: 137).
Ya, Saatnya untuk bangkit mensucikan aqidah kita dari segala bualan dan dusta para peramal serta semua kesyirikan yang menghantui negeri ini. Agar bisa menjadi pengikut Rasulullah dan bukan pengekor peramal dan dukun yang menyesatkan itu.
Ghoib, Edisi No. 12 Th. 2/ 1424 H/ 2004 M