DALAM PANDANGAN Barat-AS, Islam adalah agama yang mengajarkan teror dan kekerasan, agama dengan bias gender, dan dianut oleh bangsa yang miskin serta terbelakang. Stigma tersebut mereka propagandakan terus menerus melalui media yang mereka kuasai. Era globalisasi menunjukkan bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang hidup lebih sejahtera dibanding sebagian besar penduduk dunia. Ada enam milyar penduduk dunia. Sebagian besar atau lima milyar diantaranya hidup di daerah miskin. Ironisnya, yang 20 persen abu I milyar penduduk dunia itu menguasai 80 persen asset dan sumber daya manusia termasuk media massa.
Kasus penayangan 12 kartun yang menghina Rasulullah oleh harian Jyllands Posten di Denmark merupakan salah satu contohnya. Padahal, penggunaan simbol-simbol seperti sorban dan bom yang bisa ditafsirkan sebagai Islam dan terorisme, jelas melampau etika pers bahkan juga tidak sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), pasal 2 dan pasal 28.
Rabu (15/2) malam stasiun televisi Australia, SBS melalui program mereka Dateline menayangkan serangkaian foto-foto penyiksaan tahanan Amerika Serikat di Abu Ghuraib yang hanya membangkitkan luka lama dan kemarahan rakyat Irak. Belum lagi angka bom yang diledakkan kaum Tamil, Srilanka dan Irlandia per tahunnya, jauh lebih besar di banding bom bunuh diri anak muda Palestina. Bahkan rakyat Palestina telah berpuluh-puluh tahun menjadi korban kebiadaban bangsa Zionis. Namun semua jenis kekerasaan tersebut tidak diberitakan sebagai tindakan terorisme yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan. Padahal jika terjadi upaya bom bunuh diri oleh rakyat Palestina untuk mempertahankan negaranya, maka Barat-AS langsung menuduhnya sebagai tindakan terorisme.
Sementara itu, diplomasi ofensif yang dilakukan Amerika Serikat untuk menekan Iran terus berlanjut. Menteri Luar Negeri Condeleezza Rice, misalnya, meminta disediakan anggaran sebesar 75 Juta dolar AS untuk mendukung gerakan oposisi Iran dan memperluas liputan radio serta televisi Iran. Jumlah yang diminta itu menunjukkan semangat AS untuk menekan Iran dan usaha AS dalam mengajak negara lain bergabung dengan mereka. AS juga akan meyakinkan sekutu AS di Arab bahwa Iran merupakan sumber bagi subversi politik, terorisme dan pendukung aksi kekerasan. Padahal, sampai hari ini, belum terbukti negara Iran mempunyai senjata nuklir untuk kepentingan perang.
Di Indonesia, pihak asing menunjukkan gelagat intervensi terhadap proses Rancangan Undang- Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di DPR RI Ketua Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi DPR-RI. mengungkapkan, pernah didatangi pihak yang mengatasnamakan perwakilan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Orang-orang asing itu mengkhawatirkan bergulirnya Rancangan Undang-Undang tersebut menjadi Undang-Undang. Tentu saja, karena aturan hukum itu akan membentengi bangsa Indonesia dari penghancuran moral lewat industri gaya hidup destruktrif yang mereka produksi dengan kedok HAM dan kebebasan berekspresi Alhmadulillah, intervensi tersebut ditolak oleh ketua Pansus Dan semua rangkaian peristiwa tersebut, ternyata bukan hanya soal Islamophobia saja yang menjadi penyakit Barat-AS. Tapi juga soal ketidakadilan mereka terhadap kaum muslimin yang selalu tertindas oleh kekuatan dan kekuasaan mereka di atas bumi ini. Semoga Allah menghancurkan mereka.
Ghoib, Edisi No. 59 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M