Cinta, kata itu menjadi sangat popular. Bahkan boleh jadi menjadi kata termahal dan kata yang paling susah untuk kita ungkapkan. Karena memang cinta merupakan ajang tempat persinggahan dari orang-orang yang suka berlomba dan berkompetisi. Baik dalam berlomba mendapatkan perhatian dari sang kekasih, atasan, keluarga ataupun anak-anak kita.
Karena dengan cinta kan timbul rasa kasih sayang. Pendorong semangat bagi ayah untuk giat mencari nafkah. Pemantik api gairah kerja untuk mencapai keberhasilan demi keberhasilan pekerjaan yang diamanahkan. Serta penyemangat bagi para pecinta untuk selalu berbuat dan memberikan yang terbaik dengan sesama, terutama dengan sang kekasihnya.
Dr. Dean Ornish dalam penelitian terhadap orang yang sedang jatuh cinta menyatakan, bahwa orang yang lagi dilanda jatuh cinta akan merasa lebih sehat dan lebih bahagia. Bahkan dalam efek kesehatan, menurut penulis buku buku “Love and Survival” ini menyebutkan, orang yang sedang jatuh cinta akan menjadikan dirinya lebih kebal terhadap penyakit dan bila sakit pun akan relatif lebih cepat dalam proses penyembuhannya.
Sebab, cinta merupakan saluran ungkapan curahan hati dan kata, bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta. Sehingga, disaat seorang sedang jatuh cinta, akan mengorbankan seluruh jiwa dan raganya agar bisa bersama dengan sang kekasihnya. Orang yang lagi jatuh cinta inilah, disebut dengan orang kasmaran, sebab ia sedang melepaskan panah asmara dari lubuk hatinya. Ya, dari lubuk hatinya.
Karenanya, bagi orang yang beriman, cinta yang bergelora dalam asmara adalah santapan hati yang tak boleh berhenti. Karena ia akan mengobarkan semangat dirinya untuk selalu berharap bertemu dan berjumpa dengan-Nya. Tanpa mengharapkan cinta-Nya, orang beriman seperti mati. Sebab cinta itu lah detak jantung nadi kehidupan orang selama ini ia jalani.
Pengarang “Manazilus Saiirin” berkata,”Cinta adalah keterkaitan hati, antara hasrat dan kejinakan.” Artinya cinta adalah keterkaitan hati dengan kekasih, dengan suatu kaitan yang disertai hasrat orang yang mencintainya dan sekaligus kejinakan dirinya dengan kekasihnya itu. Sehingga tidak ada tempat bertambat yang pertama kecuali bersamanya. Cinta inilah tanda, bagi orang-orang yang sedang berjalan kepada Allah, petunjuk jalan dan penghubung antara hamba dan Penciptanya.
Sedang lbnu Qoyyim dalam “Madarijus Salikin” meyebutkan, cinta merupakan cahaya, karenanya siapa yang tak memilikinya seperti tengah berada di tengah lautan yang gelap gulita. Cinta adalah obat penyembuh, dan barang siapa yang menukarnya maka hatinya akan dihinggapi berbagai penyakit. Cinta adalah kelezatan, siapa yang mengabaikannya, maka seluruh kehidupannya diwarnai dengan kegelisahan dan penderitaan. Dan cinta adalah ruh keimanan dan amal, sehingga ketika lenyap, jasad seperti tak berruh.
Dengan cinta lah, orang akan bisa menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer menuiu suatu negeri. Mengharapkan suatu siraman ruhani dan perjumpaan dengan kekasihnya. Dengan cinta lah, jalanan seakan lurus tak berliku, terasa mudah untuk menghantarkan dirinya ke tempat persinggahan yang terdekat. Karena cinta lah yang sepertinya membawakan beban orang yang dalam perjalanan saat menuju suatu negeri. Sehingga ia merasa ringan untuk berjalan. Merasa terang dan dekat dengan tujuan sang kekasihnya. Karena segala beban hidup menjadi sirna, seiring dengan penggambaran dirinya menuju tiupan asmara yang menggelora.
Itulah, mengapa ahli jantung di Klang Valley, Malaysia, dr. David Quck, menyarankan setiap orang untuk memiliki cinta yang baik. Karena berdasarkan penelitiannya, sesorang yang memiliki cinta biasanya akan lebih kuat dan karena itu dapat mengatasi stress dengan baik. Hal senada juga diungkapkan oleh psikolog pengarang “The Sevent Priciple for Making Marriage Work”, Fobia John Gottman, Ph.D. yang mengungkapkan bahwa cinta akan mengurangi depresi gangguan kecemasan, gangguan jiwa dan stress pasca trauma.
Cinta, Kunci Manisnya lman
Cinta dalam sudut bahasa (Arab) berarti habbatul-qalbi atau inti dan relung hati, artinya cinta datangnya dari hati. Karenanya Abu Sulaiman Ad-Darany berkata, “Ketika hati manusia mengaku cinta pada Allah, maka Allah menurunkan ayat khusus cinta sebagai ujian bagi mereka.”Katakanlah jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian.” (QS. Ali lmran: 31).
Dan kemudian Allah menuntun hamba-Nya kala bercinta dengan turunnya ayat, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kalian yang murtad dari agamanya. Maka kelak akan datang suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. Yang bersikap Iemah lembut terhadap kaum mukmin, yang siap keras terhadap kaum kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela”. (QS. Al Maidah: 54)
Artinya, orang yang cinta itu, menurut lbnu Atha’illah, akan lemah lembut bagai orang tua terhadap anaknya. Namun akan bersikap keras terhadap kaum kafir (musuh atau saingan) seperti singa yang menghadapi mangsa dan lawannya. Dirinya siap meengorbankan segala jiwa, tangan, lisan dan hartanya yang merupakan wujud dari pengakuan cintanya. Dan orang yang sedang dilanda asmara juga tak peduli akan celaan. Karena setiap orang yang mencintai tentu tak lepas dari celaan orang lain, karena cintanya terhadap sang kekasih.
Para pemilik cinta seperti inilah yang akan membawa kemuliaan dunia akherat, sehingga akhirnya senantiasa berdekatan dengan sang kekasih. Karena Allah telah berjanji menetapkan seseorang itu akan bersama dengan orang yang paling dicintainya. Lnilah kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang memendam rasa cinta, api asmara.
Namun dalam hadish shohih dari Anas bin Malik disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara, siapa yang apabila tiga perkara ini ada padanya, maka dia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada (cintanya kepada) selain keduanya, dia mencintai seseorang dan tidak mencintainya melainkan karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia benci dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim).
Ya, sebuah landasan perasaan dalam menempatkan rasa cinta dan benci hanya dikarenakan Allah. ltulah yang menjadikan keistimewaan rasa cinta dan api asmara sebagai kunci manisnya keimanan yang berujung pada kenikmatan surga. Sehingga syetan, sang musuh durjana, yang telah berikrar menjauhkan sebanyak mungkin anak cucu Adam dari surga akan selalu bermain-main di wilayah cinta yang satu ini.
Syetan berusaha memutar balikkan hati, mempermainkan cinta dan menunggangi asmara. la membuat bisikan-bisikan yang membuat hati lupa dengan sang kekasih sesungguhnya. Hasrat cinta yang menyingkirkan keterkaitan hati antara diri dan kekasihnya tergoyah, tercebur ke lubang maksiat, menabrak tembok-tembok batas aturan-Nya. Bisikan-bisikan tersebut berhasil, karena ia lalai dan berpaling dari sang kekasih abadinya. Sekali seorang hamba menuruti bisikan-bisikan itu, cahaya cinta sejati yang berasal dari lubuk hati akan padam. Dan timbullah segala kegelapan dalam dirinya. Kegelapan inilah yang meniadikan penghalang hatinya menabrak segala rambu-rambu agama dan asusila.
Sehingga sebesar apapun hasrat cinta, landasilah dengan kecintaan kepada-Nya. Sebagaimana nabi Yusuf AS, yang sebenarnya juga terbersit hasrat cintanya kepada Zulaikha. Namun ia dapat memendam bara api asmaranya, menolak segala bisikan-bisikan nafsu. Karena tak lain ia lebih memilih asmara cintanya dibalut dengan cintanya pada llahi. Dan apalah jadinya jika Yusuf menuruti cintanya tanpa balutan cinta llahinya? Yang mana, dalam kurun waktu selanjutnya, Allah memberikan takdir kepada keduanya, setelah membalutnya dengan cinta pada llahinya, bersanding bersama dalam mahligai yang diridhai Allah.
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) sebab, sesungguhnya nafsu itu selalu memerintahkan kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” (QS. Yusuf: 53).
Dan memang fitrah manusia yang diberikan hasrat kecintaan, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan keadaan apa-apa yang didingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, kuda pilihan, bintang ternak dan sawah lading.” (QS. Ali lmran). Namun kecintaan tersebut jika tanpa balutan yang benar, justru syetan lah yang bermain dan menjadikan kuda tungangganya. Abu Usman al-Hiri berkata, aku mendengar Abu hafsh berkata, “Ahwal seringkali rusak lantaran tiga hal, yaitu fasiqnya orang-orang arif, khianatnya para pecinta dan dustanya para murid”.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 7/1