Ketika Jin Pandai Berakting

Dua anak kecil bermain ayunan dengan riangnya, di bawah balutan udara Kalimantan Timur yang mulai dingin sore itu. Keduanya bergurau khas anak-anak lalu meluncurlah dari bibir mungil salah seorang anak itu, “Si Lala bidadari, Jesica putri ayu, kasihaaan deh lu”.

Sepintas, nyanyian kedua anak itu adalah hal biasa. Tidak ada yang mengkhawatirkan. Tapi bila ditelisik lebih jauh dan ditelusuri darimana sebenarnya sumber nyanyian itu, maka akan membuat hati kita terperana. Nyanyian itu disarikan dari sebuah sinetron mistik yang disesuaikan dengan dunia anak- anak.

Sinetron ini dengan gamblang dan tanpa tedeng aling- aling mempertontonkan bagaimana seorang anak menyelesaikan masalah mereka. Bagi anak yang baik, maka ia akan mendapat bantuan dari seorang bidadari berbaju putih yang melambangkan kebersihan jiwa- nya. Sebaliknya, anak-anak yang berjiwa jahat pun tidak perlu khawatir, ia juga akan mendapatkan bantuan dari seorang peri yang jahat berbaju hitam.

Kita pantas bersedih hati, anak-anak yang notabenenya menjadi tumpuan harapan kemajuan bangsa ini di masa depan, telah teracuni pemikiran dan akidah mereka. Segala permasalahan yang menghadang dapat diselesaikan dengan cara- cara mistis.

Apa jadinya negeri ini, bila anak-anak tidak lagi menggunakan akal dan pemikiran untuk menyelesaikan masalahnya. Orang boleh berpendapat bahwa itu hanyalah sekadar hiburan. Tapi pertanyaannya, apakah kita tega menjerumuskan anak-anak dan bangsa ke jurang hanya demi hiburan. Hanya untuk keuntungan segelintir orang?

Pada sisi lain, 149 tayangan berbau mistis menyatroni rumah kita setiap pekan. Mungkin ada yang tidak percaya dengan data ini, tapi itulah realitanya di pekan keempat bulan Februari ini. Padahal sekian banyak tayangan itu salah kaprah dalam memvisualisasikan dunia jin. Akibatnya bisa dilihat. Dua anak di atas menjadi contoh yang nyata. Karenanya tidak ada kata lain, kembalikan pemahaman keghoiban kepada landasannya yang jelas. Agar bangsa ini terus maju dan tidak jalan di tempat.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN