Ketika Wartawati Misteri ‘Sakit’

Malam telah larut bahkan para penjual makanan keliling yang biasa berseliweran menjajakan makanannya tidak satu pun kelihatan, Istri dan anak kami sedang tertidur lelap akibat aktifitas seharian yang cukup melelahkan. Saya barusan mencoba tidur lagi setelah ada keperluan dari belakang. Beberapa saat kemudian pintu rumahku yang terbuat dari triplek diketuk orang. Aku segera bangkit dan melihat dari balik tirai jendela kira-kira siapa gerangan yang tengah malam begini menjadi ‘tamu tak diundang’. Wajah orang itu telah kukenal meskipun keluarganya termasuk penghuni baru di RT kami. Mereka hanya berdua dan belum punya anak. Rumahnya berjarak tujuh rumah tepatnya sebelah kanan rumah kontrakan kami.

Perlahan pintu rumah kubuka dan kutatap wajah seorang pria setengah baya yang menyiratkan kegugupan. Dia meminta maaf karena telah membangunkanku di tengah malam. Orang itu bilang bahwa istrinya sedang terkena penyakit aneh yaitu seperti orang kesurupan karena matanya melotot-melotot dan omongannya ngalor-ngidul tidak karuan. Katanya dia telah membangunkan Pak DY, orang pintar di kompleks kami tetapi pagarnya digembok dan lama tidak ada jawaban dari dalam rumah. Beliau dianggap orang pintar (dukun) karena membuka usaha tenaga dalam dan banyak murid-muridnya yang berdatangan dari berbagai desa sekitar. Karena lama tidak ada respon maka dia ke rumah saya karena dia tahu saya pernah memimpin do’a ketika ada orang pindahan rumah dan istri saya berjilbab.

Saya lalu minta ijin sebentar untuk berwudhu sebelum bergegas berjalan menuju rumahnya. Sesampainya di rumah si fulan ini, kulihat telah banyak tetangganya yang berkumpul di teras dan halaman rumahnya. Sebagian juga mengerumuni si pasien yang ditidurkan di ruang keluarga yang cukup luas. Wanita itu kelihatan pucat dan tatapan matanya kosong menerawang. Saya menanyakan pada suaminya aktifitas apa yang telah dilakukan istrinya akhir-akhir ini. Dia bercerita bahwa lama pulang dari pantai Laut Selatan di pesisir Parang Tritis Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka tugas dinasnya selama tiga hari sebagai wartawan sebuah tabloid misteri yang beredar di Surabaya dan sekitarnya. Tugasnya adalah mewawancarai berbagai tokoh dan narasumber yang dianggap mengerti tentang legenda Nyi Roro Kidul!

Bapak itu juga bercerita bahwa sebelum memanggil para tetangga dia telah memukuli istrinya itu dengan sapu lidi berulang-ulang kali tetapi tidak ada hasilnya. Istrinya malah menjadi-jadi. Telah menjadi kepercayan bahwa dengan dipukuli sapu lidi berkali-kali maka syetan yang mengganggu istrinya akan pergi. Saya lihat sapu lidinya masih tergeletak di dekat istrinya yang dibaringkan itu. Suami korban juga bercerita bahwa rumahnya telah dijaga dengan jimat yang dipasang di atas pintu.

Saya teringat kisah yang pernah saya baca di Majalah Ghoib edisi 34 Th.2 tanggal 12 Muharram 1426 H/21 Pebruan 2005 yaitu rubrik jawaban Cepat Saji berjudul: Penyakit Tidak Sembuh di Tangan Orang Pintar. Sebelumnya saya juga membeli kaset ruqyah syar’iyyah yang diiklankan di Majalah Ghoib yang disertai bukunya.

Ketika ada tanda-tanda wartawati itu seperti kesurupan, saya lalu pulang untuk mengambil buku penuntun ruqyah itu. Tanpa menunggu lama lagi saya bacakan ayat-ayat pilihan di dekat si korban tanpa menyentuhnya sebagaimana yang dibahas dalam majalah ini. Satu menit dua menit memang belum ada reaksi apa-apa tetapi beberapa saat kemudian pasien tersadar dan mukanya berkeringat. Dia kemudian memandangi orang-orang di sekelilingnya lalu berbicara normal seperti sedia kala.

Jam dinding di ruang tamu menunjukkan angka 03.40 pertanda waktu subuh sebentar lagi tiba. Saya anjurkan pasien untuk berwudhu dan bersiap-siap shalat subuh. Kamipun pulang dengan perasaan lega dan bersyukur. Orang- orang yang sejak tadi menonton dari luar pun mulai bubar. Saya berterima kasih pada Majalah Ghoib yang mengenalkan ruqyah ini meskipun saya merasa belum layak menjadi peruqyah. Namun ternyata ada PR lagi bagi saya karena sebagian warga RT kami malah menganggapku sebagai ‘orang pintar’ baru alias dukun. Anggapan ini saya ketahui ketika aya kebagian jadwal ronda malam di poskamling. Ya Allah hindarkan kami dari segala bentuk kemusyrikan. Amin.
Ghoib, Edisi 59 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN