Lagi, ‘Emas’ Soekarno Ditemukan

Bukan yang pertama. Harta karun Presiden Soekarno diributkan orang. Khususnya Bogor, tempat istana presiden pertama RI itu berada, banyak diyakini bahwa di dalam tanahnya tertanam harta karun tersebut. Dari Menteri Agama, satu keluarga dari Jakarta Selatan, Sekumpulan orang dipimpin paranormal wanita dari Ciamis dan masih banyak lagi lainnya yang mencoba membongkar Bogor melalui petunjuk bisikan. Ternyata Saefudin pemuda jebolan kelas 2 SMP itu, berhasil mengangkat “emas” Soekarno yang banyak diburu. Tapi banyak hal terasa janggal. Berikut laporan kami.

Sudah beberapa hari Desa Ranca Bungur tepatnya kampung Hulurawa ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah dan status sosial. Siang itu kami ikut berdesakan di rumah Saefudin penemu ‘emas’ Soekarno untuk meliput kejadian yang menggemparkan tersebut.

Untuk menuju rumah Saefudin hanya ada jalan yang muat dua orang bersimpangan. Rumah yang tidak terlalu besar itu nampak sesak dipadati oleh puluhan orang Sudah beberapa hari, suasana seperti itu tidak berubah. Mereka semua ingin melihat langsung sepuluh batang ‘emas’ dan perhiasan yang ditemukan. Sebagian lain ingin merasakan air sumur tempat ditemukannya ‘emas’, yang belakangan dipercaya mempunyai kekuatan menyembuhkan berbagai penyakit.

Dari laki-laki hingga perempuan, dari orang tua hingga anak- anak. Terlihat empat anak SD masih berseragam lengkap berlari-lari menuju rumah Saefudin. Siang yang terhitung terik di Bogor itu, tidak dihiraukan oleh pengunjung walaupun mereka harus berjubal di luar rumah. Mengingat di dalam rumah Saefudin banyak menerima wartawan dari media elektronik dan cetak termasuk kami.

Sementara di teras rumah, di jalanan menuju rumah dan sumur yang berada di dapur dipadati orang. Sementara di ruang tamu kelihatan beberapa wartawan yang menunggu giliran mewawancarai Saefudin yang berada dalam kamarnya. Rumah Saefudin hanya terdiri dari dua kamar Yang satu untuk prakteknya dan yang satu adalah kamar tidur. Istri Saefudin yang kabarnya adalah bekas pasiennya itu, nampak mondar-mandir di ruang tamu sambil menggendong anaknya yang lelap, seakan tidak peduli dengan gegap gempita orang di rumahnya.

Kami diterima di kamar prakteknya. Ruangan berukuran 1,5 x 1,5 itu terasa sesak. Selain tidak ada jendela. tempat sirkulasi udara, juga asap rokok yang dihisap Saefudin mengepul memenuhi ruangan. Hanya ada meja kecil yang di atasnya terdapat gelas, teko berisi air dan keris kecil. Di samping kirinya ada kotak panjang yang berisi harta karun dan sajadah kecil dengan tasbih tergeletak di atasnya digelar di samping kanan meja.

Panjang lebar Saefudin menuturkan pengalaman hidupnya hingga prosesi emas tersebut ditemukan. Sampai ketika kami menanyakan keberadaan emas tersebut, dia menyebutkan bahwa bisikan gaibnya mengatakan bahwa emas tersebut tidak boleh diperlihatkan lagi. “Kasihan keluarga Saefudin yang terganggu gara-gara ‘emas’ itu,” jelas bisikan tersebut seperti yang dituturkan Saefudin.

Kami berusaha berkali-kali meminta kepada Saefudin agar emas itu dikeluarkan lagi. Akhirnya dia mengalah, “Ya sudah, setelah Dhuhur nanti saya coba meminta izin kepada gaib.” Adzan Dhuhur dari masjid besar yang berada persis di samping rumah Saefudin memang telah terdengar keras.

Tetapi tidak nampak yang beranjak ke masjid. Hanya beberapa orang saja. Di pintu rumah menuju masjid, tangan Saefudin diciumi beberapa ibu-ibu sambil membisikkan sesuatu. Hanya dijawab dengan anggukan kecil.

Selepas sholat Dhuhur, Saefudin memenuhi janjinya. Masih di ruangan kecil itu, dia melakukan ritual, katanya untuk meminta izin. Kotak kayu panjang dibuka, batangan emas dan perhiasan yang diletakkan dalam sebuah tas ditarik keluar dengan tangan. Nampak sangat berat, wajar saja paling tidak beratnya sepuluh kilogram. Di atas batangan emas itu, Saefudin meletakan bungkusan kecil berwarna putih. Di tangannya menggenggam bungkusan yang sama. Tangan kirinya menengadah, mulutnya komat-kamit tidak jelas yang dibaca. Tanpa menyentuh bungkusan kecil yang ada di atas batangan ‘emas’, bungkusan itu bisa bergerak sampai akhirnya jatuh ke lantai. Kemudian dia mengusapkan ke dua tangannya ke muka dan menarik nafas lega. “Sudah diizinkan. Cuma pesan bisikan gaib, tolong dijaga keluarga Saefudin jangan diberitakan yang tidak-tidak, bisa meresahkan anak dan istri Saefudin.”

Dua batang emas dan beberapa perhiasan lain diletakkan di dalam akuarium kering. Akuarium itu dipajang di dekat pintu, di sampingnya disediakan kotak amal masjid. Dan kami pun pulang meninggalkan Bogor yang semakin memendam misteri.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN