Malapetaka yang Bakal Ditimbulkan oleh Orang yang Mengingkari Hadits

“Hampir ada seseorang yang sedang bersandar di atas sofanya, lalu diriwayatkan kepadanya suatu hadits di antara haditsku, akan tatapi ia mengatakan bahwa di antara kita dan kalian terdapat kitab Allah Azza wa Jalla, maka apa yang kita dapatkan padanya dari yang halal, niscaya kita juga menghalalkannya, dan apa yang kita dapatkan padanya dari yang haram, niscaya kita juga mengharamkannya. Ingat, apa yang diharamkan oleh Rasulullah adalah seperti apa yang diharamkan Allah.”

 

Tingkatan Hadits

Hadits ini shahih. Di mana semua rijalnya, sebagaimana yang terdapat pada sanad Tirmidzi dalam hadits Abu Raafi Radhiyallahu Anhu, terpercaya dan setingkat dengan rijal shahih.

 

Kenyataan dari yang Dinubuwwatkan

Berkata Al Azhim Aabadi, “Telah nampak dengan jelas mu’jizat Rasulullah, dan telah pula terbukti apa yang pernah Rasulullah kabarkan. Terutama setelah munculnya seseorang dari Punjab, masih termasuk wilayah India, yang menyebut dirinya pengikut al Qur’an, padahal jauh sekali perbedaan antara dirinya dan pengikut al Qur’an yang sejati. Malah sebaliknya, justru dirinya itu termasuk dalam jajaran kaum atheis dan murtad.

Sebenarnya ia adalah orang shalih, akan tetapi karena ulah syetan yang telah menyesatkan, memperdaya serta menjauhkan dirinya dari jalan yang lurus, sehinga ia berani berbicara tentang sesuatu yang tidak layak diucapkan oleh penganut Islam. Bahkan pembicarannya telah sampai kepada tahap penghinaan terhadap Rasulullah dan menolak hadits-hadits shahih secara keseluruhan.

la berkata, “Semua itu dusta dan perbuatan mengada-ada terhadap Allah. Yang harus diamalkan itu cuma al Qur’an semata, tanpa perlu ada hadits-hadits Nabi shalallahu alaihi wasallam, sekalipun tingkatannya shahih dan mutawatir. Karenanya, siapa pun yang mengamalkan selain al Qur’an, maka ia termasuk dalam firman Allah yang berbunyi, “Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang- orang kafir.”

Walaupun akhirnya para ulama pada masa itu, telah memberikan fatwa tentang kekafiran dan keingkarannya, serta menganggap dirinya telah keluar dari lingkungan agama Islam. Namun pada perkembangannya, faham “Ingkaru Sunnah” seperti ini, banyak memperoleh pengikut setia termasuk di Indonesia. Padahal Rasulullah, telah mengabarkan kepada kita, bahwa beliau meninggalkan dua perkara, yang menjadi pedoman selama kita hidup di dunia ini, dan kita akan memperoleh keselamatan, apabila kita mengamalkan isi kandungan al Qur’an dan sunnahnya.

Jadi, apapun alasan yang telah disampaikan para pengikut faham “Ingkaru Sunnah”, untuk tidak mengamalkan Sunnah Rasulullah, sungguh merupakan bentuk kebodohan yang hanya mengikuti tipu daya syetan. Kita telah hidup, pada jaman yang telah dikabarkan oleh Rasulullah. dalam hadits ini.

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN