Pertanyaan :
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Saya mengobati orang yang berpenyakit gigi dengan membaca surat al-Qalam ayat 1:
ن، والقلم و ما يسطرون
Dengan menuliskan huruf nun di dinding dan titik huruf nun di paku dengan paku besi, lantas si penderita saya suruh pulang dan disuruh tidur di rumahnya. Dengan izin Allah penyakit gigi itu baik.
Pertanyaan :
- Apakah kerja saya ini tidak termasuk syirik ?
- Apakah dalam usaha ini tidak termasuk kerja jin karena yang dipaku bukan giginya tetapi dinding rumah saya.
Demikian pertanyaan ini saya sampaikan dan atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum WarahmatulIah Wabarakatuh.
Masri, Medan
Jawaban :
Wa’alaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh.
BismiIIahirrahmanirrahim, saudara Masri yang mudah-mudahan tetap istiqomah dalam mencari kebenaran dan berani untuk merubah setiap perbuatan yang salah menurut syariat lslam dengan kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Kami tak lupa juga mendoakan untuk semua pembaca Majalah Ghoib semoga Allah mencurahkan rahmat dan inayah-Nya kepada anda semua sehingga dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan penuh semangat dan berharap ridho-Nya. Amien.
Saudara pembaca, ada lima hal yang mungkin dapat kami sampaikan berkenaan dengan pertanyaan diatas.
Pertama, Membaca ayat itu dengan benar, belum tentu langsung mendatangkan kesembuhan apalagi sekedar menulisnya dan dengan cara yang salah.
Penggunaan ayat al-Qur’an seperti ini bukan termasuk ruqyah syar’iyyah, sebab ruqyah itu harus dibacakan tidak hanya dengan menuliskannya saja. Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. ketika mengalami sakit. sebagaimana diriwayatkan oleh ummul mukminin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, “Bahwasanya Rasulullah jika mengeluh (sakit) beliau membaca atas dirinya al-Mu’awadzat (surat-surat perlindungan) dan meniupkannya, adapun ketika sakitnya sudah parah sayalah yang membacakan atasnya dan aku mengusap dengan tangannya berharap berkahnya.” (HR. Bukhori)
Hal lain yang harus kita hati-hati dalam penggunaan ayat tersebut adalah terjebak pengkhususan ayat tertentu untuk sakit tanpa dasarnya dalam syariat.
Kedua, cara yang saudara tanyakan diatas tidak dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat atau ulama’ yang salaf sekalipun.
Sejak manusia pertama menghuni bumi ini sejak itu pula dikenal adanya penyakit, sakit, obat, jampi-jampi dan sebagainya. Begitu juga pada zaman sebelum Rasulullah diutus atau pada zaman jahiliyah, maka ketika lslam datang dan sebagian shahabat masih ada yang memakai jampi-jampi yang sudah mereka kenal, pada saat itu Rasulullah bersabda, “Bacakanlah ruqyah-ruqyah kalian kepadaku, tidak apa-apa dengan ruqyah yang tidak ada kesyirikan didalamnya.” (HR. Muslim).
Kami yakin sekali, andaikan cara-cara yang ganjil seperti diatas dipakai pada zaman Rasulullah dan para shahabat, pasti riwayatnya sampai kepada kita. Seperti riwayat tentang pengobatan yang lain yaitu: hijamah (berbekam), makan habbatus sauda’, madu dan lain sebagainya.
Ketiga, menulis ayat al-Qur’an kemudian memaku titik pada hurufnya berarti melecehkan al-Qur’an.
Nyata sekali pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang memaku titik yang ada di huruf nun, tentu titik ynag di paku itu akan hilang dan yang terjadi selanjutnya adalah merubah bentuk huruf itu serta bacaanya, jadi sama saja membuang satu huruf dari ayat tersebut. Yang lebih memberatkan lagi huruf nun diatas mengawali sebuah surat yang tidak ada yang tahu maksudnya selain Allah sendiri. Ini pelecehan yang sangat berat. Padahal al-Qur’ab baik bacaan dan tulisannya adalah wahyu (mukjizat) yang tidak mungkin dirubah oleh kondisi atau sebab apapun, misalnya untuk pengobatan.
Keempat, memukulkan paku ke tembok atau tiang merupakan cara bid’ah dan biasa dilakukan oleh dukun atau tukang sihir.
Memukul orang yang kesurupan atau terganggu oleh jin memang ada riwayatnya dari Rasulullah, seperti yang diriwayatkan oleh sahabat yang bernama Utsman bin Abil ‘Ash ra. Ia berkata, “Ketika Rasulullah menugaskan aku di Thaif, aku mengalami gangguan sesuatu dalam sholatku sehingga aku tidak tahu shalat apa yang aku lakukan, lalu aku pergi menemui Rasulullah. Rasulullah bersabda, “lbnu Abil Ash?” Aku jawab, “lya, wahai Ras uIullah.” Nabi bertanya, “Ada apa?” Aku jawab, “Wahai Rasulullah, aku mengalami gangguan sesuatu dalam shalatku hingga aku tidak tahu berapa rakaat aku shalat.” “Itu adalah setan, mendekatlah” Kemudian aku mendekat kepadanya dan duduk diatas dua kakiku. Kemudian nabi memukul dadaku dengan tangannya dan meludah dimulutku seraya bersabda, “Keluarlah musuh Allah.” Nabi melakukan hal tersebut tiga kali, kemudian bersabda, “Lanjutkan tugasmu.” Utman berkata, “Demi Allah, setelah itu saya tidak pernah terkena lagi.” (HR. lbnu Majah).
Riwayat ini menyebutkan bahwa yang dipukul langsung badannya bukan tembok atau tiang yang ada didekatnya. Lalu cara seperti yang saudara sebutkan juga merupakan tipuan dari setan kepada tukang sihir atau orang yang mempercayainya, cara diatas sama dengan cara membuat jimat, tipuan itu terletak pada penggunaan ayat-ayat al-Qur’an yang mana dimaksudkan agar orang yang diobatinya memahami bahwa caranya adalah benar karena berupa al-Qur’an, sehingga ia tertipu dan melakukannya. Na’udzu billaahi min dzalik.
Kelima, kesembuhan yang dihasilkan oleh cara yang salah merupakan tipuan dari jin atau setan karena ia ingin mengelabuhi manusia serta meyakinkan kepada mereka akan kemanjuran cara-c ara yang salah tersebut agar tetap dipakai dan melanggengkan kesyirikan pada mereka. Juga kesembuhan itu biasanya ada campur tangan dari kalangan jin yang memiliki keahlian didalam bidang kedoteran gigi yang dengan bantuannya penyakit bisa sembuh atau dengan cara mereka menahan rasa sakit yang ada, sebagai imbalan kepada manusia yang telah membeli cara bathil atau sihir yang diajarkan oleh mereka. Maka berhati-hatilah ketika mengobati atau ketika berobat jangan sampai ketipu oleh setan dan sekutu-sekutunya. Wallahu a’lam.
Achmad Junaedi, Lc
Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia