Mendongkrak Bisnis dengan Mistis

Pintu rizki terbuka lebar melalui jalur perdagangan. la lebih menjanjikan keuntungan materi yang melimpah bila dibandingkan dengan profesi lain. Tapi tidak seharusnya demi keuntungan materi orang menempuh segala cara. Tanpa pandang bulu benar atau salah. Seperti kisah Anton, seorang pengelola DO minyak tanah. la datang ke orang pintar, ‘kiai’ serta makam-makam yang dikeramatkan untuk memperlancar bisnisnya. Anton menuturkan kisahnya kepada Majalah Ghoib, di rumahnya, di sebuah kabupaten di Jawa Barat.

Bisnis yang saya geluti sekarang, sejatinya bisnis keluarga. Saya hanya menjalankan apa yang telah dirintis kakek sejak tahun 1957. Meski saat itu bisnis kakek tidak seperti sekarang, menjadi salah satu pengelola DO minyak tanah yang terbilang sukses.

Kakek mengawali bisnisnya dari nol. Dari seorang penjaja minyak tanah keliling dengan bekal jerigen berisi 20 liter minyak tanah. Kakek memang terkenal ulet. Minyak tanah yang saat itu belum menjadi kebutuhan utama masyarakat di mana saya tinggal, tidak membuatnya patah arang. Justru di sinilah, ia menemukan peluang bisnis yang menjanjikan. Kakek merubah hambatan menjadi batu loncatan menuju keberhasilan. Keyakinan, kesungguhan dan sikapnya yang ramah menjadi kunci kemajuannya.

Keuletannya berbuah manis. Perlahan, bisnis minyak tanahnya berkembang. Hingga tibalah kesempatan menjadi mitra kerja pertamina di tahun tujuh puluhan. Kakek bukan lagi seorang penjaja minyak tanah. Bukan hanya jerigen minyak yang ia jajakan, tapi ia telah menjadi pengelola DO.

Pengalamannya yang telah puluhan tahun menjajakan minyak menjadi bekal berharga ketika ia menekuni bisnis yang lebih besar. Hingga ia berhasil mengembangkan jaringan distribusinya sampai pelosok pedesaan. Di awal tahun itu pula saya mulai diajak kakek menagih ke pangkalan-pangkalan minyak. Waktu itu saya baru kelas lima SD. Tapi kakek sudah mengajak saya ke sana kemari. Mungkin kakek ingin anak cucunya memiliki dasar kemampuan berbisnis yang kuat.

Bisnis kakek terus berkembang hingga pada tahun 1984, ia pernah mengoperasikan lima puluh tangki minyak tanah setiap hari. Masing-masing tangki berisi lima ribu liter minyak tanah. Kelima puluh tangki itu memang tidak milik kakek semua. Ada sebagian tangki- tangki minyak milik agen lain yang tidak mampu menjual minyak tanahnya. Akhirnya mereka bekerja sama dengan kakek dan keuntungannya dibagi dua. Itu adalah pilihan terbaik yang mereka miliki daripada izin operasionalnya dicabut pertamina.

Namun, ketika bisnis minyak tanah mulai membaik di awal tahun 1990, ada sebagian mitra kakek yang berkhianat. Mereka membatalkan kesepakatan secara sepihak dan menarik kembali tangki minyak tanah. Jasa kakek yang telah menyelamatkan bisnis mereka, seakan hilang begitu saja. Tanpa bekas. Tanpa sisa. Sebuah pukulan yang telak bagi kakek.

Kakek mulai goyah. Pengkhianatan mereka menggoncang jiwanya, la pun mulai mencari jalur alternat untuk melanggengkan bisnisnya. Sejak saat itu kakek mengajak anak cucunya mendatangi kyai, orang pintar serta berziarah ke makam- makam yang dikeramatkan.

“Supaya usaha ini berkah,”itulah alasan yang sering kakek kemukakan. Saat itu, saya masih anak-anak dan hanya mengikuti apa saja keinginan mereka. Diajak kakek ke sana kemari pun saya ikut saja.

Bisnis minyak tanah memang naik turun. Kadang menunggak untung, lain kali merugi. Begitu pula dengan perjalanan bisnis kakek. Terlebih bila dalam setahun bisa dipastikan ada waktu sebulan atau dua bulan mengalami kerugian. Biasanya menjelang lebaran, ketika penduduk Jakarta banyak yang mudik ke kampung halaman. Jumlah penduduk Jakarta yang menyusut berimbas pada pemakaian minyak tanah. Pengelola DO di Jakarta pun mengambil langkah praktis. Mereka menjualnya ke kota lain. Wilayah kekuasaan kakek pun tidak luput dari serbuan mereka.

Bila terjadi penurunan omzet, kakek kembali mengajak kami berziarah ke beberapa makam yang dikeramatkan, ke Banten, Pandeglang, atau Cirebon. Di lain kesempatan kakek juga mengundang kyai maupun orang pintar ke rumah. Tidak jarang juga kakek membakar menyan di rumah di malam Jum’at sesuai dengan pesan yang diterimanya.

Dalam perjalanannya, kegoncangan bisnis merambah ke dalam keluarga. Ada saja masalah yang muncul di antara anak-anak kakek, hingga nyaris ada yang terbunuh. Mereka berkelahi dengan senjata tajam. Syetan berhasil memecah belah persatuan kami. Keluarga kakek yang sebelumnya terbilang harmonis mulai menuai badai. Tak lama setelah kami berkenalan dengan dunia klenik dan mistis.

 

DILIBATKAN DALAM BISNIS KELUARGA

Kian tahun bisnis kakek mulai menurun. Mobil minyak tanah menyusut drastis. Di tahun 1992 tinggal menyisakan sembilan buah. Sementara hutang di bank menembus angka ratusan juta rupiah. Goncangan bisnis berimplikasi kepada kesehatan kakek yang kian memburuk. Di tahun itu pula. kakek terserang stroke. Berbagai pengobatan sudah kami upayakan. Tapi semuanya menemui jalan buntu.

Beberapa orang pintar yang diundang ke rumah dengan tegas mengatakan bahwa kakek menderita sakit karena sihir lawan bisnisnya. Memang sering terjadi peristiwa aneh di dalam rumah. Tiba-tiba banyak tikus selokan berseliweran, lain kali ada ular hitam di dalam rumah. Setelah muncul keganjilan- keganjilan seperti itu biasanya keluarga besar memanggil orang pintar ke rumah. Sebut saja namanya Mbah Rustam.

Kakek berusia tujuh puluhan tahun itu pun menyuruh kami menyediakan gula, kopi, dan air. Mbah Rustam komat-kamit. Katanya, ia telah membuat pagar ghaib sehingga sihir itu tidak dapat melarikan diri. Beberapa detik kemudian, ia mencari sesuatu di dalam rumah. Mbah Rustam berdiri. la melangkah sambil terus komat-kamit. Seperti ada yang mengarahkan, ia menuju tumpukan barang di ruang belakang. Saya dan kakek mengikutinya dari belakang. Deg…. jantung saya seakan mau lompat. Saya melihat sebuah bungkusan melayang. Mbah Rustam segera memburunya. Tapi bungkusan kain hitam yang lusuh itu menghindar. Mereka berkejaran. Dan kami hanya bisa memperhatikan dengan tatapan keheranan. Hingga akhirnya bungkusan itu pun tertangkap.

Di dalam bungkusan itu terdapat beberapa mobil- mobilan, terasi dan dompet. Menurut Mbah Rustam, roda- roda itu untuk menciptakan kondisi yang memanas di dalam keluarga. Adapun dompet diindikasikan supaya uang hasil penjualan minyak tanah tidak bermanfaat.

Lain kali, ditemukan bangkai ular, bawang putih dan orang-orangan yang ditusuk dengan jarum yang terbungkus dalam kain yang kotor dan lusuh. “Benda- benda ini dikirim supaya kalian menderita sakit,” kata Mbah Rustam serius. Saya merasakan bahwa keluarga besar kami memang sering menderita sakit. Dan yang terparah adalah kakek sendiri.

Di tengah keterpurukan yang parah itu, saya mulai dilibatkan dalam bisnis. Pengalaman lapangan yang didukung kemampuan akademis menuntut saya menjawab kepercayaan kakek. Bisnis keluarga ini harus diselamatkan. Meski untuk itu saya harus menempuh langkah-langkah yang tegas dan bertentangan dengan kebijakan kakek selama ini.

Saya mulai memetakan kembali potensi dan hambatan. Saya amati dengan kepala dingin mengapa hutang menembus angka ratusan juta. Ternyata selama ini telah terjadi kesalahan pengaturan keuangan bisnis. Terjadi banyak kebocoran. Selama ini keuangan bisnis tidak terpisah dengan keuangan keluarga. Hingga ada beberapa keluarga yang mengambil uang bisnis untuk keperluan pribadinya tanpa ada keinginan untuk mengembalikannya. Mereka menganggap bahwa itu adalah uang keluarga besar dan bisa dimanfaatkan siapa saja tanpa harus mengembalikannya. Langkah ini bukannya tanpa resiko. Ada beberapa anggota keluarga yang merasa tidak senang karena kebebasan keuangan mereka dibatasi.

Pada sisi lain, saya juga mulai mengawasi kinerja sopir- sopir tangki. Rupanya selama Ini ada beberapa orang yang menyeleweng. Ada yang lapor telah mengganti roda tapi ketika saya cek langsung ke mobilnya ternyata tidak. Ada pula yang menurunkan minyak tanah bukan pada tempatnya. Sopir yang melakukan kesalahan itu saya tindak dengan tegas. Mereka saya berhentikan selama dua minggu. Bila kesalahan yang sama masih terulang, tidak ada pilihan lain kecuali harus mem PHKnya. Di awal, memang rentan penentangan, sampai saya hampir berkelahi dengan seorang sopir yang sok merasa dekat dengan kakek.

Dua minggu setelah PHK, saya jantung saya sakitnya luar biasa. Dokter spesialis jantung yang saya datangi pun tidak menemukan penyebab sakit itu. Akhirnya saya pergi ke Ibu Sri. Wanita berusia seratus tahun itu menarik gulungan alumunium yang berisi benang hitam. Setelah gulungan itu dikeluarkan, sakit jantung itu pun berangsur-angsur sembuh.

Ketika saya amati lebih jauh, sesungguhnya penyelewengan yang mereka lakukan ujung-ujungnya adalah masalah perut. Untuk menghindari kerugian yang lebih parah dan semua sopr dapat menikmati penghasilan yang lebih baik saya menyen. tuh perasaan mereka dengan meningkatkan kesejahteraan mereka. Saya naikkan upah harian mereka. Dan bila ada anggota keluarganya yang sakit, saya juga menyisihkan uang untuk mereka.

Suasana kerja yang terbilang cukup keras itu membawa saya ke pangkuan kyai. Saya datang kepada mereka untuk meminta nasehat. Ujung-ujungnya saya dikasih wiridan-wiridan serta minuman yang telah diisi dengan isim. Saya juga disuruh puasa dan membaca wiridan- wiridan untuk menundukkan orang lain.

Pembenahan intern dan eksternal mulai menunjukkan hasil. Sedikit demi sedikit saya bisa mencicil hutang di bank. Hingga di tahun 1995 kandisi keuangan kami menunjukkan plus. Kami sudah tidak memi- liki tanggungan hutang di bank.

 

MERAPAL WIRIDAN UNTUK PERTAHANKAN ORDER

Keberhasilan menyelesaikan kemelut keuangan membuat kakek tidak ragu lagi menyerahkan bisnis keluarga ini kepada saya. la juga mempercayai saya melakukan negosiasi dengan pertamina. Seperti biasa yang kakek lakukan sebelum melakukan negosiasi dengan pertamina, malam harinya saya wirid surat al- Ikhlas 1001 kali. Keesokan harinya baru saya berangkat. Dengan hati yang mantap. negosiasi pun berjalan lancar.

Selanjutnya kebiasaan kakek yang berziarah ke makam-makam yang dikeramatkan, mendatangi kyai atau orang pintar seakan menjadi tradisi. Saya pun mengikutinya begitu saja. Tanpa berpikir ulang apakah itu dibenarkan agarna atau tidak.

Kebiasaan mewirid itu pun menuai hasil. Sesekali seperti ada orang yang membuka pintu, namun ketika saya tengok ke depan tidak ada orang di sana. Ketika hal itu saya sampaikan kepada kakek,i a pun menjawab dengan enteng. “Itu adalah khadam bacaan yang saya wiridkan.” Saya merasa ada bayangan lain yang menyertai saya. Bahkan ada firasat-firasat tertentu yang saya terima.

Seperti yang terjadi ketika ada janji untuk bertemu dengan seseorang, tiba-tiba saja saya malas datang. Ketika saya konfirmasi via telephon ke rekan bisnis itu dijawab bahwa dia sedang ada urusan lain. Pertemuan diundur pada lain waktu. Pernah pula saya merasa malas untuk berangkat menemui rekanan bisnis. Saya pun membatalkan janji. Beberapa hari kemudian saya mendengar berita yang mengejutkan mobil yang seharusnya saya tumpangi mengalami kecelakaan. Spontan saya bersyukur, hari Itu tidak jadi berangkat.

Pada sisi lain, perjalanan bisnis minyak tanah bukan berarti sepi dari gangguan yang bersifat mistis. Ada saja lawan bisnis yang menggunakan jasa-jasa dukun untuk melumpuhkan bisnis keluarga ini.

Suatu kali mobil tangki kami mengalami kecelakaan beruntun. Selama seminggu dua mobil yang mengalami tabrakan. Aneh memang. secara hitungan manusia, sebenarnya tidak ada masalah. Mobil dalam keadaan laik operasi, sopir juga dalam kondisi prima. Tapi ketika saya tanyakan kepada orang pintar, jawaban mereka tidak berbeda dari yang biasa saya dengar. “Ada orang yang berniat jahat.” Jawaban itu. ditindaklanjutinya dengan menyemprotkan air yang dibaca-bacakan doa ke mobil, rumah dan DO minyak tanah.

Seminggu sebelum terjadi peristiwa-peristiwa yang aneh itu biasanya, saya atau kakek dan nenek mendapat firasat. Baik berupa perasaan tidak enak, atau piring pecah. Selain itu di malam hari terdengar suara gaduh di lantai dua. Tapi ketika kami naik ke atas, tidak ada apa-apa di sana. Keesokan harinya ada tetangga yang mengatakan bahwa dia melihat seberkas sinar terang yang masuk ke dalam rumah.

Suatu saat ada relasi bisnis yang ingin membatalkan kerjasama yang telah terjalin sejak tahun 1974. Tentu saja keinginan mereka tidak diterima keluarga besar. Kami pun menempuh berbagai cara untuk membatalkan keinginan mereka. Ada yang diutus ke orang pintar di Rangkas Bitung. Saya sendiri menemui orang pintar di Sukabumi.

Selain itu untuk mempermudah negosiasi dengan pihak lain, saya disuruh pasang susuk emas atau intan, tapi saya tidak mau. Sebagai gantinya punggung saya dirajah dengan tulisan Arab.

Kejadian yang sering berulang itu tidak menyurutkan kami dari bisnis yang telah berjalan puluhan tahun. Kian hari kinerja semakin baik, hingga secara perlahan bisnis ini kembali mengangkat harkat dan martabat keluarga. Kepercayaan dari relasi bisnis pun kembali kami dapatkan.

Secara materi, semua keluarga mendapat jatah keuangan bulanan dari hasil operasional. Bahkan mobil tangki yang semula berjumlah sembilan sekarang berjumlah lima belas buah.

 

KESEHATAN SAYA DAN ISTRI DIGEROGOTI PENYAKIT

Dunia bisnis di negeri ini masih kental dengan nuansa mistis. Saling serang di antara mereka dengan meminta bantuan jasa perdukunan bukan lagi berita yang asing. Cerita seputar itu banyak terdengar di masyarakat. Dalam keseharian kami pun nuansa itu kental terasa. Meski kami tidak pernahmelakukan serangan balik kepada mereka. Upaya yang kami lakukan pada dasarnya lebih bersifat prefentif semata.

Kakek sebagai perintis bisnis ini sejak tahun 1957 menjadi bulan-bulanan mereka. Demikian pula dengan anggota keluarga yang lain. Saya sendiri, baru merasakan gangguan itu setelah menikah. Awalnya gangguan itu lebih ditujukan kepada istri saya yang menurut cerita keluarganya memang sudah sering kesurupan sejak sebelum menikah.

la yang berasal dari lingkungan yang kental dengan nuansa agamis, mudah tersinggung. Bila sudah mencapai titik puncak kemarahannya, tidak jarang terlontar ungkapan minta cerai. Sungguh suatu keanehan tersendiri. Malam harinya, ia menangis tanpa sebab. Tiba-tiba saja menangis dengan keras. Sebagai seorang suami saya yang selalu menemaninya, saya merasa tidak melakukan sesuatu yang bisa memancing tangisan.

Keanehan itulah yang membawa saya dan istri mencari pengobatan. Setelah datang ke orang pintar, kami diberi bacaan-bacaan dan tulisan yang harus ditanam di empat penjuru. Tidak puas dengan cara pengobatannya, kami berobat ke orang lain. Kembali lagi kami diberi tulisan berbahasa Arab yang harus ditanam di rumah atau ditaruh di atap.

Sebagai seorang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, saya sadar bahwa kemarahan itu bukan watak aslinya. Dengan keyakinan seperti ini saya bisa menerima keadaan istri yang mudah marah. Terlebih bila istri telah sadar, ia pun langsung minta maaf. Tapi lain kali ia mengulangi kemarahannya.

Belum reda masalah yang diderita istri, giliran saya yang diserang. Tekanan darah tingg naik drastis. Memang kakek saya juga mengalami tekanan darah tinggi. Secara genetika saya mungkin juga akan mengalaminya. Tapi yang jelas, penyakit darah tinggi itu datangnya tiba-tiba. Mungkin ini datangnya dari Allah Saya sudah menjalani terapi medis berkali-kali, tapi tidak ada perkembangan. Akhirnya saya beralih ke pengobatan alternatif. Katanya, ada yang mengirim guna-guna kepada saya. Oleh seorang dukun wanita yang bernama Ovi, penyakit saya harus disedot dengan darah kambing.

Sakit saya semakin parah. Istri juga demikian. la bahkan dianjurkan untuk segera menjalani operasi jantung. Kami bingung. Biaya operasinya diperkirakan mencapai 150 juta. Bagi kami, uang sebesar itu tidaklah kecil. Bisnis yang jalankan adalah bisnis keluarga. Saya tidak memiliki hak lebih dari mereka. Dalam keadaan demikian, ada seorang temanyang menyarankan kami untuk menjalani terapi ruqyah syar’iyah di kantor cabang ghoib Bogor. Tepatnya di rumah Ustadz Febri.

Kesanalah, kami melabuhkan harapan. Terapi ruqyah yang dipandu dengan pijat refleksi itu membawa pengaruh yang besar. Keesokan harinya, istri saya tidak lagi mengeluhkan sakit jantung yang selama ini menderanya. Setelah menjalani terapi ruqyah beberapa kali, istri mengalami perubahan yang positif. Hingga ia pun tidak perlu menjalani operasi jantung.

Sebenarnya, istri juga mengajak saya untuk mengikuti terapi ruqyah, tapi entah kenapa saat itu saya menolaknya. Masih ada rasa enggan untuk menjalaninya. Baru setelah badan saya terasa lemas, akhirnya saya bersedia mengikuti terapi ruqyah. Saya meminta Ustadz Febri untuk datang ke rumah.

Saat itulah suara saya mengaum seperti harimau, tak lama kemudian raungan itu berubah menjadi desisan ular. Hanya raungan dan desisan yang keluar dari mulut saya diruqyah. Baru setelah menjalani terapi beberapa kali, ada dialog tapi jinnya tidak mau mengatakan siapa yang telah mengirimnya.

Bagi kami bukan esensi Jawaban itu yang kami Inginkan. Tapi lebih kepada pertaubatan mereka agar tidak masuk kembali ke dalam tubuh saya. Cukup sudah bagi mereka menyakiti.

Kini, setelah beberapa kali menjalani terapi ruqyah tekanan darah saya kembali normal 130/80. jantung saya juga tidak lagi sakit seperti dulu. Dan yang terpenting keluarga besar yang dulunya menyimpan kecemburuan kepada saya yang diberi wewenang kakek untuk menjalankan bisnis keluarga sekarang sudah mulai akrab seperti dulu.

Sekian banyak isim, jimat yang berupa sabuk harimau, akhirnya saya bakar semua sebagai bentuk pertaubatan saya. Cukuplah mereka mengisi masa lalu keluarga besar saya. Demikian pula dengan wiridan ini dan itu yang dulu sering saya lakukan sekarang tinggal kenangan. Bahkan kebanyakan dari wiridan itu sudah tidak lagi tersimpan dalam ingatan saya. Semuanya pergi seiring dengan pemahaman keagamaan saya yang mulai meningkat.

Saya sadar, bahwa selama ada banyak kesalahan yang saya lakukan Saya hanya bisa berharap semoga Allah mengampuni dosa-dosa kami. Hamba-hamba-Nya yang selama ini kurang bisa memahami ajaran-Nya dengan baik dan benar. Dan semoga rizki yang kami menjadi rizki yang halal dan membawa berkah..
Ghoib, Edisi No. 61 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN