Menggapai Cinta Ilahi

Begitu riskannya bara api cinta dimainkan oleh syetan. Bagaikan bensin, syetan akan segera menyulut bara api menjadi kobaran dan jilatan api yang membumbung tinggi. Tanpa arahan hembusan angin yang tepat dan takaran besaran angin yang terukur, asap tebal buah kobaran api itu, tak akan mungkin bisa menerbangkan balon-balon hasrat cinta dan amalnya hingga ke ujung langit. Bahkan jika kita tak bisa mengarahkannya, kobaran api syetan itu justru akan menjadi malapetaka, membakar segala sesuatu yang berada disekitarnya. Maka, tinggal seberapa kuat kemampuan kita tidak terseret api asmara syetan hingga berakibat terbakar diri di api neraka.

Begitu pentingnya masalah cinta ini, sampai-sampai para syeikh dan orang-orang arif juga para sahabat nabi sering berkumpul bermudzakaroh, berdialog tentang cinta ini sebagaimana dituturkan oleh Abu Bakar Al-Kattany. “Di Makkah diadakan dialog tentang masalah cinta, tepatnya disaat musim haji. Banyak syeikh yang datang mengungkapkan pendapatnya tentang cinta ini. Sementara Al-Junaid saat itu merupakan orang yang paling muda di antara mereka. Orang-orang itu berkata kepadanya, “Sampaikan pendapatmu wahai penduduk dari lrak.”

Beberapa saat Al-Junaid menundukkan pandangannya dan air matanya pun menetes perlahan-lahan. Lalu ia berkata, “Cinta ialah jika seorang hamba lepas dari dirinya, senantiasa menyebut Rabb-nya, memenuhi hak-hak-Nya, memandang kepada-Nya dengan sepenuh hati, seakan hatinya terbakar karena cahaya ketakutan pada-Nya. Yang minumannya berasal dari gelas kasih sayang-Nya dan Allah Yang Maha Perkasa menampakkan diri dari tabir keghoiban-Nya. Jika bicara atas pertolongan Allah, jika berucap berasal dari Allah, jika bergerak atas perintah Allah, Jika dia beserta Allah, dia diciptakan Allah, bersama Allah dan milik Allah.”

Mendengar ini semua syeikh yang hadir disaat itu menangis dan berkata, “Ungkapan ini sudah tidak perlu memerlukan tambahan lagi, semogaAllah menimpakan pahala kepadamu wahai mahkota orang-orang arif “ (Madariju Sholihin, lbnu Qoyyim).

Dari perkaaan Al-Junaid itu, maka, tergambar cara mengarahkan bara asmara untuk melambungkan diri hingga mencapai rumah surga. Membentengi diri dari segala tiupan bisikan syetan, sang jahanam, yang selalu merayu dan berusaha menyeret manusia untuk menjadi teman dan pengikutnya di tempat seburuk-buruk tempat, neraka.

Berikut ini langkah-langkah untuk menggapai cinta llahi.

  1. BacalahAlqur’an dengan mendalami dan memahamimakna-maknanya.
  2. Taqarub kepada Allah dengan mengerjakan sholat nafilah setelah shalat fardhu. Karena yang sedemikian itu bisa menghantarkan seorang hamba ke derajat orang-orang dicintai setelah memiliki cinta.
  3. Senantiasa mengingat dan menyebut asma-Nya dalam keadaan bagaimanpun, baik dengan lisan dan hati, saat beramal dan di setiap keadaan. Karena cinta yang didapatkannya tergantung dari dzikirnya ini. “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir, dan ia banyak berdzikir kepada AIlah” (QS. Al-Ahzab: 21).
  4. Lebih mementingkan cinta-Nya daripa{a cinta kepada yang seringkali disetir oleh hawa nafsu. “Dan di antara manusia ada orang yang menjual dirinya karena mengharap ridho Allah.” (QS. Al-Baqarah: 207).
  5. Mempersaksikan kebaikan, kemurahan, karunia dan nikmat Allah yang dzahir maupun bathin, karena yang demikian itu, bisa memupuk cinta kepada-Nya. Karena seorang pecinta sejati, menurut lbnu Athaillah, bukanlah orang yang mengharap imbalan atau menuntut balasan dari yang dicintainya. Sebab orang yang mencintai dirimu adalah orang yang berkorban untukmu, dan bukan engkau yang berkorban untuknya.
  6. Kepasrahan hati secara total dihadapan Allah. “Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada AIlah” (QS. Al-Baqarah: 165).
  7. Bersama Allah pada setiap saat dengan bermunajat kepada-Nya, membaca kalam-Nya, menghadap padanya dengan segenap hati. Memperhatikan segala amalan ibadah ubudiyahnya dihadapan-Nya. Kemudian menutup dengan istighfar dan taubat. Munjat dan do’a inilah inti dari seluruh ibadah. “Doa adalah inti ibadah” (HR. At-Turmidzi).
  8. Berkumpul bersama orang-orang yang juga sama-sama mencintainya secara tulus, memetik buah-buah yang segar dari perkataan mereka. Sebagaimana memetik buah segar dan ranum dari pohon. Karena dalam lingkungan ini, tidak ada perkataan kecuali perkataan yang mendatangkan maslahat. Menambah kebaikanmu dan member manfaat orarg lain. lbnu Atha’ilah berkata, “Pangkal segala maksiat, kelalaian dan syahwat, adalah ridha terhadap nafsu. Sedang sumber ketaatan, kesadaran dan iffah (meningalkan hal tedarang) adalah tidak adanya keridhaan dirimu terhadap nafsu.”
  9. Menyingkirkan segala sebab yang dapat membuka jarak antara hati dan Allah. Ibnu Taimiyah menyatakan “Mereka dicela karena membuat persekutuan antara Allah dan sembahan-sembahan mereka dalam cinta. Dan mereka tidak memurnikan cinta itu seperti cintanya orang-orang mukmin”.
  10. Jangan mendekati zina dan tempat-tempat zina. Karena itu adalah tempat-tempat berkumpulnya syetan.
  11. Hindarilah khalwat (menyendiri) dengan lawan jenis. Karena itulah peluang yang paling besar dari syetan untuk menghujamkan nafsu cinta dalam bentuk syahwat pada keduanya.
  12. Zakatilah harta kekayaanmu. Karena itu bukti cintamu atas rizki yang diberikan-Nya.
  13. Jagalah pandangan. Karena mata seringkali digunakan syetan sebrgai panah asmara dari busur cinta. Yang ketika menghufam pada seseoran akan menusuk dan merusak hati.

Dengan inilah, orang yang mencintai tentu akan sampai pada kedudukan cinta dan bergabung bersama sang kekasih sesungguhnya.

 

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 7/1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN