Sebagian masyarakat di kampung saya, ada yang meyakini bahwa siksa Kubur seseorang bisa diringankan atau dicegah dengan memasukkan do’a yang tertulis pada kertas ke dalam botol yang tertutup, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Teks do’a tersebut, “Allahumma inni as-aluka bi ‘izzatika ya ‘aziz, wa bi qudratika ya qadir, wa bi hulmika ya halim, wa bi ‘azhamatika ya ‘azhim, wa bi rahmatika ya rahim, wa bi mannika ya mannan an tahfazhani… (kalimat selanjutnya tidak perlu ditulis, red.).
Yang saya tanyakan, bagaimana keabsahan hadits tersebut. Kalau shahih, bagaimana pengertian sebenarnya. Bagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat selama ini, berkaitan dengan hadits tersebut. Terima kasih atas jawabannya.
Drs. Aan Subhan, Kuningan – Jawa Barat.
Bismillah wal Hamdulillah, terima kasih atas pertanyaan Anda, semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari adzab-Nya, termasuk adzab Kubur. Setelah kami baca teks hadits yang Anda kirimkan secara tuntas. Kami mencoba untuk mentakhrij (mencari keberadaan dan status keshahihannya di kitab-kitab hadits; Shahih Bukhari, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Mustadrak lil Imam al-Hakim. Dan juga Kitab Sunan; Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah,al-Baihaqi, ad-Darimi. Juga kitab Musnad; Imam Ahmad, Ibnus Syihab, ar-Rabi’, Ibnu Abi Syaibah dan kitab hadits lainnya, kami tidak menemukan teks hadits yang Anda tanyakan.
Karena teks hadits itu tidak ada, maka artinya, kalimat do’a tersebut bukanlah bagian dari hadits Rasulullah. Dan melakukan amalan atau ibadah dengan bersandar kepada teks tersebut tidak benar adanya, atau tidak sah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membuat hal-hal yang baru dalam urusan kami ini, yang tidak ada (tuntunannya), maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat lain, “Barangsiapa melaksanakan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak.”
Kalau kita perhatikan makna dari rangkaian kalimat do’a yang Anda kirimkan, kami tidak melihat arti atau makna yang menyimpang dari syari’at Islam atau aqidah Islamiyah. Isi dan makna yang terkandung dalam do’a tersebut bagus, memohon perlindungan kepada Allah dengan didahului pujian dan sanjungan kepada-Nya.
Hanya saja cara pelaksanaannya yang perlu kita kritisi. Yang mana do’a yang bagus tersebut tidak dibaca, dilantunkan kepada Allah semasa masih hidup, agar Allah menjauhkannya dari siksa Kubur bila si pembaca telah mati. Tapi ditulis dan dimasukkan ke botol, lalu dimasukkan ku liang Kubur bersama si mayat.
Kalau hal itu benar-benar dilakukan oleh masyarakat muslim, maka kita perlu mengingatkannya. Menasihati mereka dengan baik dan bijak agar mereka meninggalkan amalan tersebut, dan menggantinya dengan apa yang sudah diajarkan Rasulullah. Kalau amalan itu dari seseorang, dan orang yang memberi amalan itu masih hidup, maka kita harus mempertanyakan, dari mana ia mendapatkan hal itu. Kalau itu diklaim sebagai hadits, siapa perowinya, dan bagaimana statusnya. (Karena kita telah berusaha mencari di kitab-kitab hadits yang ada, tapi kalimat tersebut tidak ditemukan). Kalau ia tidak bisa memberikan jawaban, maka amalan seperti itu harus ditinggalkan. Jangan sampai kita sewaktu hidup memakai jimat, saat matipun masih dibawaain jimat.
Siksa Kubur itu keberadaannya benar. Banyak dalil dari al-Qir’an dan al-hadits telah menjelaskannya. Dan sebagai seorang mukmin, kita harus waspada dan berhati-hati dalam melakukan aktifitas atau tindakan di dunia ini. Jangan sampai, apa yang selama ini kita lakukan justru akan mendatangkan siksa Kubur di alam Barzakh nanti.
Dan siksa Kubur adalah bagian dari keghaiban. Keberadaannya telah dikabarkan Allah dan rasul-Nya. Sedangkan hakikat dan gambaran sebenarnya belum pernah kita lihat dengan mata kepala. Kita belum pernah menyaksikan bagaimana pedihnya siksa Kubur. Kalau akhir- akhir ini banyak tayangan yang beradi dan nekat dalam memvisualisasikan adzab atau siksa Kubur, itu adalah kebohongan dan kesesatan. Kita tidak boleh mempercayai atau meyakininya.
Banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah telah mendengar adzab Kubur orang- orang yang sudah meninggal, sedangkan para shahabatnya tidak bisa mendengar hal itu, apalagi mengetahuinya atau melihatnya kemudian memvisualisasikannya. Di antaranya adalah sabda Rasulullah, “Kalau bukan karena (saya khawatir) kalian takut dikubur (nanti), niscaya sekarang aku akan memohon kepada Allah agar kalian bisa mendengarkan adzab Kubur.” (HR. Muslim).
Sesungguhnya adzab Kubur tidak bisa diringankan atau dicegah kedatangannya dengan tulisan do’a yang dimasukkan ke botol, lalu disertakan dengan mayat dalam liang kuburnya. Kalau kita ingin terhindar dari adzab atau siksa Kubur, maka kita harus banyak beribadah atau beramal shalih, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Serta rajin berdo’a sebagaimana yang telah dilakukan dan diajarkan Rasulullah.
Dalam banyak hadits dengan riwayat yang berbeda-beda, para shahabat dan diantaranya adalah Aisyah dan Abu Hurairah, telah memberitahukan bahwa Rasulullah sering memohon perlindungan kepada Allah dari adzab Kubur, dan beliau juga memerintahkan umatnya untuk melakukan hal yang sama sebagaimana beliau lakukan. Aisyah dan Abu Hurarirah berkata, ” “Aku mendengar Rasulullah senantiasa memohon perlindungan dari adzab Kubur.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Apabila kalian selesai membaca do’a Tasyahhud akhir, maka berlindunglah kepada Allah (beristi’adzah) dari empat hal. Yaitu (berindung dari) siksa neraka Jahannam, adzab Kubur, fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan al- Masih ad-Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim). Perhatikanlah riwayat tersebut. Rasulullah membaca do’a perlindungan dari adzab Kubur serta bencana lainnya. Dan beliau menyuruh kita untuk senantiasa membaca do’a tersebut setelah membaca bacaan tasyahud akhir dalam shalat. Membaca bukan menulis.