IMAM Abu Hamid al- Ghozali berkata, “Was-was itu penyebabnya ada dua. Pertama, bodoh terhadap syari’at. Kedua, adanya kekacauan dalam akal atau pikiran. Dan keduanya merupakan kekurangan dan aib yang paling besar dalam diri seseorang.” (Ighotsatul Lahfan: 1/139).
Oleh karena itu, apapun bentuk dan macam dari was-was yang menimpa kita, kita bisa mengikis atau menanggulanginya dengan menghilangkan dua kekurangan yang menjadi penyebab seseorang terjerumus dalam was-was. Yaitu dengan ilmu dan ittiba’ (mengikuti) teladan kita, Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kebodohan hanya bisa diperangi dengan ilmu. Ilmu yang bisa mengantarkan kita mengenal ajaran Allah subhanahu wa ta’ala dan mengetahui sunnah Rasul-Nya, yaitu ilmu syari’at. Dengan ilmu itu, kita bisa memahami apa saja yang telah dilakukan oleh rasulullah semasa hidupnya. Lalu kita mengikutinya dan menjadikannya sebagai imam dan teladan yang terus diikuti.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).
OBAT MENGATASI WAS- WAS SECARA KHUSUS
1. Was-was Akidah
1) Mengedepankan yang yakin dan mengubur keraguan
2) Membaca isti’adzah, dan segera menghentikan pikiran yang menyeret pada keraguan.
3) Memantapkan hati dengan ucapan, “Saya telah beriman kepada Allah dan RasulNya.
2. Was-Was Dalam Shalat
1) Mengedepankan yang yakin daripada yang meragukan.
2) Berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan membaca doa Isti’adzah
3) Merunduk dan meludah ke arah kaki kiri tiga kali.
4) Kalau was-was atau keraguan datang lagi, maka lakukanlah tiga tindakan di atas atau ulangi lagi.
5. Lalu lakukanlah sujud sahwi sebelum salam, jika sebelum salam kita teringat bahwa ada rekaat yang kurang atau terlupakan serta kelebihan.
3. Was-was dalam Wudhu atau Mandi
1) Bacalah Bismillah dan berlindunglah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari was-was
2) Ikutilah etika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berwudhu atau mandi
3) Hindari pemborosan dalam penggunaan air
4) Kalau was-was muncul, segeralah tepis dan jangan diikuti.
Abu Abdillah bin Muflih al- Maqdisi berpesan, “Seyogyanya orang-orang yang berwudhu itu menyederhanakan dua hal. Pertama, niat. Karena aku pernah melihat sebagian orang yang ditimpa was-was, dia bersiap-siap untuk mengambil air wudhu mulai dari awal Shubuh sampai matahari hampir terbit, karena lamanya ia dalam meyakinkan niat.
Kedua, membasuh anggota wudhu. Ada orang yang berkumur, istinsyaq (memasukkan air ke hidung), membasuh anggota wudhu dengan mengulang-ngulang sampai dua puluh kali. Karena dia merasa bahwa apa yang dilakukannya belum sah dan tidak mengikuti sunnah. Padahal dia telah menyalahi sunnah.” (Mushibah Akibat Tipuan Syetan: 227).
4. Was-was dalam Membaca al-Qur’an
1) Belajarlah baca al-Qur’an pada ahlinya secara langsung, agar tidak ada keraguan dalam melafazhkan bacaannya.
2) Bersuci terlebih dahulusebelum membaca al-Qur’an
3) Membaca Isti’adzah dan Basmalah
4) Tepis was-was syetan bila tiba-tiba hadir dalam membaca al-Qur’an.
OBAT MENGATASI WAS- WAS SECARA UMUM
1. Membekali diri dengan akidah yang benar dan lurus. Dengan begitu ia bisa menolak was-was syetan dengan segala jenis tipudayanya yang licik.
2. Berpegang teguh kepada syari’at Allah subhanahu wa ta’ala, berlindung kepadaNya dengan dzikir dan do’a.
3. Menjaga rutinitas bacaan al-Qur’an dan mempelajari sunnah-sunnah nabiNya.
4. Melakukan ruqyah i syar’iyyah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
RUQYAH OBAT YANG PAS UNTUK WAS-WAS
Untuk langkah preventif agar was-was syetan tidak hadir, lakukanlah ruqyah syar’iyyah secara mandiri. Dengan membaca dzikir atau wirid pagi dan sore serta do’a lainnya yang sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Begitu juga saat was-was telah menimpa diri kita. Lakukanlah ruqyah mandiri, atau minta bantuan orang lain sebagaimana yang telah dilakukan oleh shahabat Utsman bin Abil Ash saat ditimpa was-was. la minta bantuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meruqyahnya. Dan diriwayat lain ia melakukan ruqyah secara mandiri, mengikuti apa yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ghoib Edisi 58 Th. 4/22 Muharram 1427 H/23 Februari 2006 M