MERAIH SAKINAH DENGAN AYAT SAKINAH

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Al-Fath 4)

 

Ayat ini termasuk salah satu dari enam ayat yang dikategorikan sebagai “Ayatus Sakinah” dalam Al-Qur’an. Keenam ayat sakinah tersebut tersebar dalam tiga surah, yaitu surah Al-Baqarah ayat 248, surah At-Taubah ayat 26 dan 40, dan surah Al-Fath ayat 4, 18 dan 26.

Lebih khusus, surah Al-Fath yang banyak memuat ayat sakinah telah memberi kebahagiaan tersendiri pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti tergambar dalam sabdanya, “Telah diturunkan padaku malam ini satu surah yang lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (H.R. Bukhari, Tirmidzi dan Nasa’i). Betapa surah ini diturunkan pasca Sulh Al- Hudaibiyah dalam suasana kegelisahan, kekecewaan dan emosi yang menyelimuti perasaan sahabat Rasulullah pada ketika itu. Bahkan setingkat Umar bin Khattab pun tampil untuk mempertanyakan sikap dan tindakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sayyid Qutb menggambarkan ragam perasaan yang tersimpan dalam hati para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum turunnya ayat sakinah di atas. Kegelisahan yang mereka rasakan paling tidak karena: pertama, penantian mereka akan kebenaran mimpi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka akan memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman. Kedua, sikap kaum Quraisy yang sengaja memperkeruh suasana, ditambah penerimaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan desakan mereka agar kembali pulang ke Madinah setelah ihram. Ketiga, penerimaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan syarat-syarat perjanjian yang cenderung berpihak dan menguntungkan mereka. Sehingga sakinah dalam ayat tersebut merupakan pengantar dan mengiringi kemenangan bagi orang- orang beriman. Dengan sakinah inilah Allah Ta’ala menolong dan memenangkan orang-orang beriman dan mengazab orang-orang kafir, la juga merupakan kunci bertambahnya iman dan sebab meraih ridho Allah Ta’ala dan tanda bersihnya hati orang-orang yang beriman.

Secara bahasa, sakinah berasal dari kata “sakana” yang berarti diam, tenang dan tentram. Menurut Mu’jam Maqayis Lughoh, dalam sakinah terkandung makna ridho, kepercayaan, keyakinan, serta kehati- hatian dalam berpikir, berbicara dan bertindak. Makna sakinah dalam pengertian inilah yang disaksikan oleh Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas’ud pada diri Umar bin Khattab, “Sesungguhnya sakinah senantiasa keluar dari lisan Umar”. Makna ketenangan dan ketentraman inilah yang disetujui oleh Ibnu Abbas bahwa setiap kata sakinah dalam Al-Qur’an maksudnya adalah ketenangan (thuma’ninah), kecuali sakinah yang terdapat dalam surah Al-Baqarah.

Menurut Ibnul Qayyim, sakinah merupakan anugerah Allah Ta’ala yang terbesar kepada hambaNya yang beriman. Karena sakinah bisa berdampak dan akan melahirkan kekhusu’an dalam menjalankan amal ketaatan, kesadaran (yaqdzah) dalam beribadah dan pengagungan akan kebesaran Allah. la juga akan berdampak pada sikap selalu intropeksi diri. ridho dengan ketentuan Allah dan selalu menjadikan akal dan hatinya mendahului setiap lisan dan tindakannya. la tidak berbicara kecuali dengan pertimbangan dan tidak bertindak kecuali dengan hikmah.

Secara historis berdasarkan peristiwa yang melatarbelakangi ayatus sakinah, sakinah akan dianugerahkan oleh Allah pada saat kondisi hati seorang mukmin itu gelisah dan sangat berharap akan datangnya pertolongan Allah Ta’ala. Seperti yang dirasakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, tatkala melihat musuh berada persis di depan mulut gua Tsur tempat ia bersembunyi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka sakinah Allah turunkah kepada Abu Bakar untuk memberi ketenangan dan jaminan akan keselamatan nyawa Rasulullah yang ia khawatirkan. “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. (yaitu) ketika orang-orang kafir (Musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu ia berkata kepada temannya, “Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah senantiasa beserta kita”. Maka Allah menurunkah ketenangan Nya kepada (Muhammad/Abu Bakar) dan membantunya dengan tentara yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-Taubah: 40).

Peristiwa kegelisahan yang sama pernah dirasakan oleh pasukan Hunain. Ketika mereka merasakan bumi seolah-olah menghimpit dada mereka karena kepungan musuh dan mereka terdesak dan tidak berdaya menghadapinya. “Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang beriman dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya dan Allah melimpahkan bencana kepada orang-orang yang kafir dan demikianlah pembalasan bagi orang-orang yang kafir”. (At-Taubah: 26).

Suasana Baiatur Ridlwan juga diliputi oleh sakinah Allah Ta’ala. Sakinah ini Allah turunkan untuk memperkokoh dan memperkuat tekad mereka dalam melakukan sumpah setia dan menumbuhkan keyakinan paripurna dan totalitas akan pertolongan Allah dalam setiap perjuangan mereka yang tertuang dalam butir baiah. “Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati-hati mereka, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat”, (Al-Fath: 18).

Demikian, suasana sakinah yang mewarnai hati- hati para sahabat Rasulullah dalam beberapa peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat sakinah. Sakinah merupakan anugerah Allah yang hanya diberikan kepada mereka yang beriman kepadaNya. Dan anugerah itupun diberikan pada saat timbulnya resah gelisah, keputus asaan, kekecewaan dan ketidak percayaan akan janji Allah . Sehingga sakinah merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang banyak berkecamuk di dalam dada orang-orang yang beriman.

Secara aplikatif berdasarkan fadhilat ayat sakinah, Ibnu Taimiyah senantiasa membaca ayat- ayat ini di saat menghadapi persoalan dan tugas yang berat. Juga diriwayatkan bahwa ketika ia merasakan suasana tekanan yang berat saat sakitnya, ia meminta kepada para sahabat yang menjenguknya untuk membacakan ayat sakinah tersebut, sambil ia menghayati dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Ternyata ia merasakan ketenangan yang luar biasa setelah itu.

Begitu juga dengan Ibnu Qayyim Al-jauziyah, ia mengkisahkan interaksi dirinya dengan ayat sakinah, bahwa ia akan membaca ayat sakinah di kala hatinya gelisah agar ia menemukan ketenangan. Begitu jelas kesan dan pengaruh sakinah bagi orang yang membacanya dan memahami kandungan artinya yang sangat dalam.

Tentunya, secara pribadi maupun kolektif kita dituntut untuk lebih banyak berinteraksi dengan ayat-ayat Allah terutama ayat-ayat sakinahNya, di tengah kegelisahan, kekecewaan yang kerap melanda kita. Di tengah perbedaan dan konflik yang kerap mengotori perasaan dan prasangka baik kita kepada orang lain. Betapa kita sangat mengharapkan pertolongan Allah dalam bentuk sakinah Nya yang akan memperkuat kekhusuan kita dalam beribadah dan keyakinan kita akan dekatnya pertolongan Allah. Semoga sakinah Nya senantiasa mewarnai dan menyelimuti hati-hati bangsa ini sehingga mereka bisa bersabar dan berfikir jernih dalam bersikap dan bertindak.

 

 

Oleh: DR. Atabik Luthfi, MA

Dosen STAIN Cirebon dan Ketua PW IKADI DKI Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN