Apakah benar ada ruh gentayangan? Soalnya saya pernah meruqyah seorang perempuan, saya menyuruh jinnya untuk masuk Islam, dia nggak mau. Dan dia mengaku bukan jin tapi ruh seseorang yang gentayangan. Sampai akhirnya dia mau keluar dengan meninggalkan pesan untuk yang kerasukan. Isi pesannya: “Jangan lagi shalat malam, atau sholat wajib dan sunnah lainnya, jangan tilawah al-Qur’an dan jangan pakai jilbab karena seorang wanita akan terlihat lebih cantik bila membuka aurat”. Saya sering menjumpai kasus seperti ini saat meruqyah. Mohon penjelasan ustadz, benarkah ia adalah ruh seseorang yang gentayangan bukan jin atau syetan?
Juwita, Bekasi Jawa Barat
Bismillah wal Hamdulillah, Islam tidak mengenal istilah arwah gentayangan. Setiap ruh yang telah dicabut oleh malaikat maut berada dalam kekuasaan Allah. Dan akan mempertanggungjawabkan hasil karya mereka di dunia. Kalau ruh itu baik, ia akan mendapatkan nikmat kubur sebelum nikmat surga di akhirat, dan kalau buruk akan merasakan siksa kubur sebelum adzab di neraka. Ruh orang-orang yang shalih disediakan tempat terpisah dari ruh orang-orang jahat. Sebagaimana yang termaktub dalam shahih Muslim 4/2202 no. 2872 dalam hadits tentang tempat kembalinya ruh mukmin dan kafir. Ruh orang mukmin akan ditempatkan di ‘Iliyyin (tempat yang tertinggi), dan ruh orang kafir ditempatkan di sijjin (tempat yang terendah). Inilah pernyataan al-Qadhi ‘lyadh yang didukung oleh hadits riwayat Imam Baihaqi dari Abu Said al-Khudri. Jadi, tidak ada ruh gentayangan dalam kajian Islam, dan juga tidak ada ruh yang menitis atau merasuki raga orang lain.
Kami juga sering menjumpai kasus serupa dengan pengalaman Anda di saat praktik ruqyah di Majalah Ghoib. Jin mengaku sebagai ruh Rasulullah, ruh personil Wali Songo, atau tokoh terkenal lainnya. Tapi pengakuan itu tidak membuat kami gentar atau ciut nyali. Justru membuat kami semakin gemas atas ulah kebohongan jin tersebut, karena kami semakin yakin bahwa yang kami hadapi adalah jin penganggu yang harus diperangi. Lalu kami terus membacakan ayat-ayat al-Qur’an, ia pun teriak dan mengaku bahwa dia memang jin pengganggu bukan ruh seseorang yang gentayangan, dia minta maaf dan berjanji segera keluar dan bertaubat kepada Allah.
Kalaupun ada kesamaan antara pengakuaan jin pengganggu dengan sejarah hidup seseorang yang telah meninggal, bukanlah merupakan bukti bahwa itu ruh orang tersebut yang gentayangan. Itu adalah ulah jin yang telah menjadi qorin (pendamping) orang tersebut saat masih hidup. Jin qorin sangat paham dengan kebiasaan orang yang didampinginya di dunia, karena dia selalu menyertainya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, “Tidaklah ada seorang di antara kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dari ibnu Mas’ud). Sebetulnya dengan memperhatikan isi pesan yang ditinggalkannya. Anda sudah bisa meyimpulkan kalau pengakuan jin yang Anda ruqyah bukan ruh seseorang yang telah meninggal dan gentayangan, tapi ia adalah jin penganggu yang penipu. Jangan dihiraukan pesan tersebut, karena bertentangan dengan syari’at.
Di sinilah pentingnya seorang peruqyah untuk mempelajari buku yang menyingkap tipu daya dan kelicikan syetan, agar tidak tertipu oleh mereka saat meruqyah. Dan pastikan buku-buku tersebut berlandaskan syari’at islam, agar pengetahuan kita tentang kehidupan jin tidak salah kaprah.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M