Lagi-lagi mimpi. Lagi-lagi mimpi. Ya, mimpi selalu menjadi sumber mitos di tengah masyarakat. Kali ini, mimpi menjadi pengantin.
Eiit, jangan girang dulu. Mimpi menjadi pengantin belum tentu menyenangkan. Dalam kenyataan, semua orang merasa senang saat menjadi pengantin. Kalaupun ada yang tidak bahagia, itu hanya segelintir orang. Dan jumlahnya tidaklah banyak.
Itu dalam dunia nyata lho. Dalam dunia katanya, lain lagi urusannya. Bila ada yang bermimpi menjadi pengantin, justru harus was-was. Mengapa? Ya, karena kepercayaan di masyarakat itu membuat bulu kuduk merinding.
Bayangkan bila sang pengantin itu meninggal. Wah, takut toh. Begini ceritanya, bila Ratih memimpikan Warto sedang mengenakan pakaian pengantin dan bersanding dengan istrinya, maka diyakini tak berapa lama lagi Warto atau orang yang terbayang dalam mimpi itu akan meninggal.
Tentu Warto ketakutan mendenga cerita itu. Tak lama lagi di menjadi santapan cacing tanah. Walah, walahhh bisa pingsan dia.
Nah, konon, untuk menghalangi datangnya malaikat Izra’il itu, orang yang bermimpi harus melakukan sesuatu. Caranya mudah. Tidak perlu uang jutaan. Beberapa lembar ribuan juga sudah cukup. Tinggal membeli kembang setaman lalu ditabur di perempatan jalan. Beres. Warto tidak perlu cemas. Begitu mitos yang berkembang di sebagian masyarakat.
Sebuah kepercayaan yang tidak masuk di akal. Bagaimana mungkin malaikat Izra’il bisa dilawan hanya dengan kembang setaman. Emangnya malaikat takut sama bunga? Tidak ada yang ditakuti malaikat selain Allah. Jangankan kembang setaman, Iblis pun dilawan.
Pada sisi lain, setiap makhluk yang bernyawa itu telah ditentukan batas kematiannya. “Kullu nafsin dzaa’iqotul mauut” setiap yang bernyawa itu akan meninggal, firman Allah dalam tiga surat yang berbeda; Ali Imran: 185, al-Anbiya’: 35 dan al-Ankabut: 57.
Kematian yang telah ditentukan, tempat, hari, tanggal dan jamnya. Tidak akan bergeser dari ketentuan Allah walau satu detik. “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34).
Waspadalah, waspadalah!! Jangan kotori akidah dengan debu-debu katanya.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah