Bagi sebagian orang mimpi bisa jadi dianggap bunga tidur. la tidak memiliki makna apa-apa. Tapi dalam kaca mata agama, mimpi ada yang benar dan ada yang tidak. Mimpi seorang nabi dan rasul misalnya. Kebenarannya jelas tidak bisa disangsikan. Karena mimpi bagi mereka merupakan bagian dari wahyu. Kisah Nabi Ibrahim menjadi bukti yang tidak terbantahkan. la diperintah untuk menyembelih anaknya. Ibrahim seorang utusan Allah , sehingga perintah yang muncul di dalam mimpi tetap harus direalisasikan.
Demikian juga dengan orang shalih, tidak sedikit mimpi mereka yang menunjukkan tingkat keshalihan mereka. Di zaman Nabi, sahabat terbiasa menceritakan mimpi mereka kepada Rasulullah. Lazimnya, mimpi yang mereka ceritakan itu adalah mimpi yang baik. Karena Rasulullah mimpi buruk. melarang menceritakan.
Keinginan menceritakan mimpi kepada Rasulullah itu juga menghinggapi jiwa anak- anak. Sebut saja Ibnu Umar. Anak Umar bin Khathab ini memiliki angan-angan bermimpi sesuatu yang layak disampaikan kepada Rasulullah.
Ibnu Umar yang saat itu masih remaja dan belum menikah, terbiasa tidur di dalam masjid. Hingga suatu malam, apa yang dicita-citakannya itu terwujud. Ibnu Umar bermimpi. Tapi kali ini, apa yang dilihatnya di dalam mimpi itu sungguh mengerikan. la bermimpi diajak dua malaikat jalan-jalan.
Bukan mall atau tempat pariwisata yang menjadi tujuan malaikat. Tempat itu tidak lain adalah neraka. Ya, Ibnu Umar bermimpi melihat neraka. Biarlah Ibnu Umar menceritakan mimpinya sendiri.
“Aku bermimpi dua orang malaikat datang kepadaku. Salah satu dari keduanya membawa cambuk dari besi. Kemudian malaikat yang membawa cambuk dari besi menemui aku. Mereka berkata, ‘Janganlah kamu takut. Sungguh engkau seorang yang baik, andaikata engkau banyak melakukan shalat di waktu malam. Kemudian mereka membawaku hingga menghentikanku di tepi Jahannam. Ternyata neraka terlipat seperti melipat sumur.
la mempunyai banyak tanduk (tepi) seperti tanduk sumur. Di antara setiap dua tanduk ada seorang malaikat yang di tangannya membawa cambuk dari besi dan di dalamnya ada orang-orang yang digantung dengan rantai dan kepala mereka berada di bawah. Aku mengenal orang-orang dari Quraisy. Mereka melewati aku dari sebelah kanan. Kemudian aku menceritakannya kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakan- nya kepada Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Abdullah seorang laki-laki yang shalih’. (HR. Bukhari)
Pada satu sisi, cita-cita Ibnu Umar terwujud. Tapi pada sisi lain, ada pelajaran berharga dari mimpi ini. Ibnu yang tidur di masjid saat itu belum terbiasa shalat tahajud. Hingga ia pun mendapat teguran.
“Sungguh engkau seorang yang baik, andaikata engkau banyak melakukan shalat di waktu malam.”