Tidak ada dosa yang tidak berdampak negatif. Untuk diri sendiri, bahkan bisa merembet ke orang lain. Sebuah generasi bisa terpuruk bahkan terkubur dilumat akibat dosa. Sudah banyak contohnya dari generasi terdahulu.
Bayangkan saja jika generasi ini telah terjungkal di hadapan narkoba. Atau terjerembab di lembah zina yang telah merajalela. Atau telanjang bersama karena telah dilegalkan atas nama kebebasan seni dan ekspresi. Atau maling bersama yang dikemas dalam anggaran.
Satu dosa saja, bisa melenyapkan semuanya. Seperti dilesakkannya kaum Nabi Luth as karena dosa homoseks, Bagaimana jika dosa itu tidak hanya satu dan telah menggerogoti setiap sendi generasi. Mungkin ajalnya tidak lama lagi.
Itulah mengapa Nabi sangat menjaga umat ini dari perbuatan dosa. Salah satu penjagaan itu dengan memberikan tolak ukur tentang dosa itu. Agar kita tahu apakah dosa itu telah mengusik kenyamanan hidup.
“Dosa adalah yang kamu sembunyikan di hatimu dan kamu tidak suka diketahui oleh orang lain”
Dosa menghadirkan ketidaknyamanan. Harus bersembunyi dari hadapan orang lain. Memunculkan Titian kepribadian yang berbeda dari aslinya. Berkepribadian ganda. Memang dosa menyengsarakan.
Para pelaku dosa bisa merasakan kegelisahan itu. Sebenarnya mereka malu. Sehingga harus bersembunyi dari pandangan manusia. Mencari tempat yang mungkin tidak terekspos atau tidak diketahui oleh keluarga dekat atau mencari suasana remang-remang.
Dosa adalah aib. Seperti cacat fisik yang tidak mau diketahui oleh orang lain. Aib dosa lebih memalukan lagi.
Ketertutupan para pelaku dosa sebenarnya merupakan bisikan lirih fitrah mereka. Mereka masih punya rasa malu, paling tidak kepada manusia kalaupun tidak malu kepada pencipta-Nya.
Mereka yang merahasiakan dosanya di dunia dan kemudian bertaubat, kelak Allah akan menutupi dosa tersebut dari hadapan seluruh manusia. Bahkan kejahatan itu akan diganti dengan catatan kebaikan. Karena dia menutupi dosanya saat berbuat, sehingga Allah bimbing untuk taubat dan kemudian Allah tutupi dosa itu di akhirat.
Semakin besar efek sebuah dosa terhadap kerusakan masyarakat luas maka semakin besar pula ancamannya di akhirat. Mereka-mereka yang bangga terhadap dosa, mereka-mereka yang menceritakan dosanya kepada orang lain saat Allah telah menutupinya. Merekalah yang oleh Nabi disebut al Mujahirun. Merekalah yang tidak mungkin masuk surga, begitu sabda Nabi.
Karena al-Mujahirun memberikan inspirasi orang lain untuk menirunya atau bahkan menciptakan yang lebih buruk lagi.
Karena al-Mujahirun tidak menghargai anugerah Allah yang telah menutupi dosanya hingga manusia tidak bisa mengetahuinya.
Karena al-Mujahirun telah memandang remeh dosa. Dan ini persis seperti cara pandang orang kafir terhadap dosa. Seperti yang disabdakan Nabi bahwa orang kafir memandang dosa yang dia lakukan seperti lalat yang lewat di depan hidungnya. Sangat remeh.
Karena al-Mujahirun bisa dijadikan legalitas masyarakat dan para pelaku dosa lain. Apalagi kalau para al-Mujahirun itu adalah para tokoh publik. Merekalah perusak generasi..
Budi Ashari