Seorang shahabat yang bernama Ibnu Mas’ud berkata: “Pada suatu malam, kami bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba kami kehilangan beliau, kami berusaha mencarinya di lembah-lembah dan lorong-lorong. Kami sempat beranggapan bahwa beliau telah diculik atau disembunyikan. Dan malam itu kami lalui dengan kegelisahan. Tapi ketika pagi tiba, Rasulullah SAW datang dari arah Gua Hira’. Kami pun bertanya: ‘Kami semalam kehilangan engkau dan kami mencari-cari, tapi tidak menemukanmu sehingga kami melalui malam dengan kegelisahan’. Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepadaku juru da’wah jin, maka aku pergi bersamanya lalu aku bacakan al-Qur’an kepada mereka’. Ibnu Mas’ud berkata: ‘Kami bersama Rasulullah SAW pun pergi menelusuri jejak, beliau menunjukkan kepada kami jejak mereka dan juga puing-puing api obor mereka …’.” (HR. Muslim).
Dari hadits di atas kita bisa menyimpulkan bahwa telah terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan juru da’wah jin, lalu Rasulullah SAW diajak untuk mengajarkan al-Qur’an kepada kaumnya yang membutuhkan pengetahuan lslam. Ltulah keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan apakah keistimewaan itu bisa juga dimiliki oleh orang lain selain Rasulullah?
Tidak ada dalil dari al-Qur’an maupun as-sunnah yang menjelaskan bahwa manusia bisa berdialog dengan jin dalam bentuk aslinya, apalagi kalau hal itu terjadi face to foce. Tapi kalau bisikan dan suara, hal itu bisa terjadi. Orang tersebut, tidak melihat sosok jin yang sebenarnya, tapi ia mendengar suaranya atau ucapannya. Allah berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia) …”. (QS. Al-An’am: 112). Syetan manusia (para dukun, tukang sihiq tukang ramal) tidak melihat wujud syetan jin dalam bentuk yang sebenarnya, tapi dialog melalui bisikan atau suara.
Tapi kalau dialog dengan jin yang menampakkan diri dengan menyerupai manusia atau lainnya, maka hal itu bisa saja terjadi. Dan kebenaran dari keiadian itu tidak hanya disebutkan dalam al-Hadits tapi juga dicatat dalam lembaran al-Qur’an. Tidak hanya Rasulullah SAW. yang mampu berdialog dengan jin yang menampakkan diri, tapi shahabat atau semua orang mukmin juga bisa melakukannya. Dan bahkan orang kafir dan orang musyrik pun bisa melaksanakannya.
Allah berfirman menceritakan dialog antara orang kafir Quraisy dengan raja syetan (lblis) yang menampakkan diri di Perang Badar sebagai tokoh mereka waktu itu, Suraqah bin Malik, “Dan ketika syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: ‘Tidak ada seorang pun manusia yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu’. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syetan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhn ya saya berlepas daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat (malaikat), sesungguhnya saya takut kepada Allah’. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal: 48).
Begitu juga Abu Hurairah, la pernah berdialog dengan jin yang menampakkan diri sebagai manusia. “Ketika dia ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk menjaga hasil zakat Ramadhan, datanglah seseorang lalu mengambil zakat itu. Dia pun menangkapnya seraya mengancam: “Demi Allah, saya akan melaporkan hal ini ke Rasulullah. la membela diri dengan mengiba: ‘Saya dan keluargaku sangat membutuhkan makanan ini’. Maka dia pun melepaskannya, dan di pagi harinya Rasulullah SAW bertanya kepadanya, ‘Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?’ Dia pun menceritakan apa yang terjadi. Lalu Rasulullah bersabda, ‘la telah membohongimu, dan ia pasti akan kembali lagi’. Dan ternyata benar, ia kembali lagi. (kejadian itu berulang sampai tiga kali). Dan yang terakhir kalinya dia (Abu Hurairah) diajari jin tersebut agar selalu baca ayat kursi saat menjelang tidur, agar tidurnya terjaga dari gangguan syetan. Ketika hal itu diceritakan ke Rasulullah SAW, beliau bersabda, ‘Adapun kali ini ia benar padahal ia adalah pembohong, tahukah kamu siapa yang kamu ajak dialog selama tiga kali itu? Ia adalah Syetan.” (HR. Bukhari).
Atau bisa iuga terjadi dialog antara manusia dengan jin melalui mediator. Seperti orang yang kesurupan. Terkadang mulut orang yang kesurupan dipinjam oleh jin yang merasukinya untuk berdialog dan berkomunikasi dengan manusia. Para ulama’ telah membuktikan kebenaran dari pern;rataan ini, bahkan mereka sendiri telah melakukannya. Sebagaimana para ustadz yang tergabung dalam Tim Ruqyah Majalah Ghoib juga sering melakukan dialog dengan jin melalui mulut orang yang sedang kerasukan yang mereka terapi. Walaupun pada kenyatannya tidak semua jin yang merasuk ke tubuh manusia mau diajak dialog. Dan tidak semua yang dikatakan jin itu benar, kita harus selektif terhadap pernyataan-pernyataan mereka. Sebagai mana yang dilakukan Abu Hurairah saat diajari jin tentang faedah ayat kursi, saat itu Rasulullah SAW menyatakan, “Shadoqaka wa huwa kadzub” (Kali ini dia benar, dan sebenarnya dia itu pembohong).
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 44/3