Nasib Kita Bukan di Tangan Ramalan

Pada setiap awal tahun ramalan-ramalan untuk setahun selalu bergentayangan. Bahkan kini mulai marak bermunculan genarasi para peramal muda. Mereka membuka praktek itu di mal- mal, hotel-hotel, melalui telepon, TV dan berbagai kemudahan untuk mengakses kesyirikan dan bualan mereka. Padahal mereka sendiri tidak tahu nasib mereka, apakah mereka mati tertabrak kereta hari ini atau mati besok karena ditusuk orang.

Untuk itulah kita harus membentengi diri dan bersikap. Berikut adalah langkah-langkah itu.

 

1. Pertebal iman kepada taqdir dan miliki tawakal

Pemahaman yang salah besar, pendapat sebagian orang i bahwa iman kepada taqdir membuat kita malas. Karena taqdir adalah hal yang ghoib. Di tangan Allah lah semua taqdir dunia ini. Sementara manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa.

Taqdir justru akan menjadi benteng yang kuat bagi seorang muslim. Betapa banyak orang yang stress bahkan gila ketika ramalan mengatakan bahwa usaha ke depan sangat baik, tetapi malah hancur. Dan betapa banyak yang hancur kehidupan dunia dan akhiratnya, ketika dia berusaha dan sukses. Dia berpikir bahwa kesuksesan itu murni dari hasil otaknya sendiri dan usaha kerasnya. Tidak ada lagi ketentuan baik Allah untuknya.

Taqdir akan membimbing seseorang untuk bisa bersabar ketika mendapat musibah. Karena seorang muslim yang baik akan selalu berprasangka baik kepada Allah. Taqdirnya tidak pada bidang yang gagal itu, siapa tahu Allah telah mempersiapkan yang jauh lebih baik dari rencananya sendiri. Sementara jika dia sukses, dia tidak pernah lupa bahwa sesungguhnya banyak orang yang jauh lebih hebat darinya tetapi tidak sukses. Untuk pembuktian bahwa kehebatan seseorang bukan penentu akhir dari sebuah keberhasilan. Harus ada kehendak Allah yang baik. Mengingat itu, tidak akan ada rasa sombong yang hinggap, karena siapa pun kita tetaplah hanya bisa berusaha dan bukan penentu.

Tawakal adalah bagian dari iman kepada taqdir. “Tebarkan benih kemudian tawakallah,” pesan Umar. Itulah makna tawakal yang sesungguhnya. Yang menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah. Allah tidak butuh kita, tetapi kita lah yang butuh pertolongannya.

“Aku bertawakal kepada Allah penciptaku

Dan aku yakin Dialah yang Maha Pemberi rizki

Apa saja yang menjadi rizkiku tidak akan luput dariku

Walaupun berada di dasar lautan yang dalam.”

 

Garis akhir dari setiap usaha kita adalah tawakal dan iman kepada taqdir. Bukan menggantungkan nasib pada ramalan. Karena ramalan hanya akan membuat kita sengsara dunia ahirat. Usaha dunia belum tentu sukses, sementara aqidah sudah terlanjur digadaikan dengan kesyirikan. Dan Allah sudah terlanjur murka. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits Qudsi Allah berfirman, “Barangsiapa yang musyrik kepada-Ku, Aku tinggalkan dia bersama tuhannya itu.”

Milikilah tawakal burung. Burung tidak pernah menggantungkan nasibnya pada ramalan. Yang penting buat burung adalah keluar di pagi hari mengais rizki. Kemudian pulang sore hari pasti dengan hasil perut kenyang, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah.

Kita tentu lebih hebat dari burung dari segala sisi. Maka, raihlah cinta Allah dengan memperkuat tawakal. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.” Kalau cinta-Nya sudah kita raih, semua jalan kemudahan akan terbentang di hadapan kita.

 

2. Teruslah berusaha, ramalan tidak memiliki kekuatan

“Berusahalah, setiap kita dimudahkan menuju taqdirnya,” begitulah sabda Nabi. Usaha dan doa adalah dua rangkaian yang merupakan kekuatan kita untuk harapan masa depan yang lebih baik. Bukan ramalan. Karena ramalan sama sekali tidak mempunyai daya untuk mengukir harapan kita. Yang ada, ramalan hanya menambah kita gundah dan gelisah.

Teruskan usaha yang tak pernah kenal lelah. Jangan pernah terusik dengan ramalan. Kalaupun ramalan berkata jelek terhadap usaha kita, ketahuilah sesungguhnya ramalan itu dari syetan yang tipu dayanya lemah atau hanya terkaan peramal yang sama lemahnya.

Lihatlah mereka yang kecewa dengan bualan ramalan. Jangan sampai kita menjadi korban berikutnya. Membatalkan sebuah rencana besar hanya karena dikatakan bahwa hari ini adalah hari sial kita, sama dengan membuang kesempatan besar yang mungkin tidak kembali lagi. Terus dan teruslah berusaha dengan menelusuri setiap lorong halal. Dan jangan hiraukan peramal. Biarkan anjing menggonggong, dan kita pun akan berlalu menuju taqdir baik kita.

 

3. Berlindunglah kepada Allah dan banyaklah berdoa

Syetan sangat licik. Ketika kita sudah mulai berusaha untuk membesihkan aqidah dan melepaskan diri dari kungkungan ramalan, syetan membisikkan rasa was-was dan kekhawatiran. Apalagi ketika ramalan meramalkan kesialan. Dalam hati, mungkin kita merasa jangan- jangan benar terjadi. Ketika hati sedang bicara begitu, cepatlah berlindung kepada Allah. Audzu billahi minasy syaithonir rojim.

Kemudian berdoalah agar Allah memberikan kekuatan hati serta tidak menggelincirkan hati yang telah mendapatkan petunjuk ini. Setelah itu perbanyaklah doa meminta kemudahan dari setiap usaha dan harapan kita. Dengan banyak mendekatkan diri kepada-Nya, maka jalan keluar dari setiap problematika kehidupan akan kita temukan.

Ramalan bukan saja mengombang-ambingkan orang yang mempercayainya. Lebih dari itu, mempercayainya sama saja dengan menjual keimanan dan aqidah ini dengan kebathilan dan dosa terbesar. Semoga Allah selalu melindungi kita dari segala tipu daya syetan. Amin

 

 

Ghoib, Edisi No. 12 Th. 2/ 1424 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN