Ustadz, nenek saya sering kesurupan. Setelah Ibu saya meninggal, jin yang merasuki nenek mengaku sebagai jin qarin Ibu. Gaya bicaranya seperti Ibu, dan ia seakan tahu persis tentang diri saya. Kabar terakhir, nenek sudah tidak suka kesurupan lagi. Apakah jin yang suka merasuki nenek termasuk jin pengganggu? Apa yang harus kita lakukan saat berdialog dengan orang yang kesurupan jin? Bolehkah kita mempercayai jin qarin? Terima kasih atas jawabannya.
Muh. Umar, Tangerang Banten.
Bismillah wal Hamdulillah, kami ikut prihatin atas kondisi yang telah menimpa nenek Anda. Dan kami juga bersyukur bila nenek Anda sekarang tidak sering kesurupan lagi, semoga saja kondisi itu berlangsung terus sampai nanti. Begitu juga kita semua, semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari gangguan syetan yang terkutuk.
Dengan ilmu dan kemampuan yang terbatas, kita tidak bisa memastikan bahwa jin yang merasuki seseorang, adalah jin qarin seseorang atau bukan, jin muslim atau kafir, jin Baghdad atau Jakarta. Karena kita tidak bisa melihat jati diri dan hakikat wujud asli mereka seperti yang difirmankan Allah dalam surat al-A’raf 27.
Bisa saja jin yang merasuki seseorang itu mengaku bahwa dia qarin dari si Fulan atau Fulanah. la diutus oleh seseorang atau masuk atas inisiatif sendiri, atau karena kezhalimannya terhadap manusia yang kerasukan. Bisa saja mereka mengatakan sesuatu dan berbohong, dia ingin menyebar fitnah antar sesama manusia, agar terjadi saling curiga mencurigai antar sesama mereka. Atau dia mau mengadu domba antar sesama kita, waspadalah.
Termasuk kasus kesurupan yang menimpa nenek Anda. Melalui mulut nenek, jin tersebut mengaku bahwa ia adalah qarin Ibu Anda yang sudah meninggal, atau mengaku sebagai roh seseorang yang telah mati. Padahal sebenarnya ia bukan jin qarin Ibu Anda, tapi jin lain yang mengaku sebagai qarin Ibu di masa hidupnya.
Kami juga beberapa kali pernah mengalami hal itu sewaktu melakukan terapi ruqyah. Ada jin yang mengaku sebagai qarin seseorang, dan ada juga roh dari nenek moyang yang kesurupan tersebut. Tapi setelah beradu argumentasi, dan terus menerus dibacakan ayat-ayat ruqyah, akhirnya ia mengaku bahwa ia adalah jin yang zhalim yang merasuki si pasien. Ada yang mengaku masuk sendiri saat si pasien lengah, ada juga yang mengaku dikirim seseorang, dalam hal ini jangan gampang percaya.
Saat menghadapi orang yang kesurupan, oleh jin qarin atau jin yang lain, kita harus tetap memohon kesembuhan kepada Allah. Seperti dengan berdo’a memohon perlindungan dan penjagaan Allah. Termasuk dengan melakukan terapi ruqyah, baik secara mandiri (meruqyah diri sendiri), atau dengan meminta bantuan orang lain yang kita percaya bahwa sosoknya adalah pribadi yang shalih, dan mengerti akan terapi ruqyah secara syar’iyyah.
Allah telah mewanti-wanti kita dengan firman-Nya, “Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36). Di ayat yang lain, “Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (QS. Al- Mukminun: 97-98).
Sedangkan Rasulullah berpesan kepada kita saat menghadapi gangguan syetan, termasuk kesurupan. Adapun isi pesan beliau adalah, “Janganlah kalian mencaci maki syetan, tapi berlindunglah kalian kepada Allah dari kejahatannya.” (HR. ad-Dailami dan dishahihkan al-Albani).
Kalau jin tersebut mengaku sebagai qarin Ibu Anda, janganlah mudah percaya atau terkecoh. Walaupun ia suka menasehati Anda dengan hal- hal yang baik, sebagaimana saat Ibu masih hidup. suaranya mirip dengan suara Ibu. Semua itu bisa saja dilakukan syetan untuk mengelabuni kita. Agar mereka tidak diusir dari tubuh orang tersebut, karena dengan pengakuan seperti itu memberikan kesan bahwa ia adalah bagian dari kita. Tidak usah diusir, bahkan kalau bisa dipelihara saja.
Apapun jenis jin itu, ia mengaku sebagai seorang muslim atau bukan, sebagai qarin seseorang atau bukan. Ketika ia hadir dan merasuki tubuh seseorang, berarti ia telah melakukan kezhaliman atau gangguan. Dan kezhaliman harus dimusnahkan atau dilawan. Jin itu harus segera diusir dengan memohon perlindungan dan kesembuhan kepada Allah, seperti dengan melakukan terapi ruqyah syar’iyyah.
Dan berhati-hatilah, bila suatu saat Anda melakukan terapi ruqyah, lalu jin yang merasuk mau berbicara atau mengeluarkan pernyataan- pernyataan. Atau ia mengajak dialog dengan Anda melalui mulut orang yang kesurupan. Waspadalah,jangan sampai menjadi obyek fitnah jin tersebut.
Tidak semua yang dikatakan jin itu benar. Selidikilah terlebih dahulu, atau acuhkan saja, jika Anda khawatir akan kebohongan dari apa yang diucapkannya. Timbanglah dengan timbangan syari’at Islam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para shahabat saat Rasulullah masih hidup.
Lihatlah apa yang dilakukan oleh Abu Hurairah, ketika ia dibeitahu oleh jin yang telah mencuri harta zakat yang berada dalam pengawasannya, bahwa ayat Kursi kalau dibaca bisa melindungi pembacanya dari gangguan syetan. Di pagi harinya Abu Hurairah bercerita ke Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda, “Kali ini ia benar, padahal ia adalah pendusta.” (HR. Bukhari).
Begitu juga, apabila jin tersebut memberikan nasihat-nasihat kebaikan. Jangan mudah kepincut (jatuh hati), lalu timbul keyakinan bahwa jin itu adalah jin baik. Kalau memang ia adalah jin yang baik, ia tidak akan merasuki seseorang. Karena ia takut dosa atas kezhaliman yang dilakukannya.
Seandainya isi nasihatnya itu benar, kita tidak boleh melaksanakan kebenaran itu karena itu perintah jin. Sebab tidak ada kebenaran dan kebaikan dalam agama, kecuali telah disampaikan dan diajarkan oleh Rasulullah. Cukuplah bagi kita, apa yang telah disampaikan Allah melalui al-Qur’an, atau yang diajarkan Rasulullah melalui sunnahnya.
Misalnya, ia berpesan agar kita rajin puasa Senin-Kamis dan shalat malam. Kalau kemudian kita melaksanakannya karena itu perintah jin, atau bila tidak kita laksanakan, lalu muncul kekhawatiran bahwa jin itu akan marah dan menyerang kita, berarti ibadah kita bukan karena Allah, tapi karena jin. Dengan demikian kita telah menyekutukan Allah, na’udzubillahi min dzalik.