Tes, tes, tes. Seorang bocah tiga tahun bercelana kolor menyeka tetesan air liur dengan lengannya. Dan kembali tenggelam dalam kesibukan. Menata mainan bongkar pasang di halaman rumahnya yang asri. Bibir mungilnya yang tipis laksana sumber mata air. Yang tiada henti-hentinya terus mengeluarkan air. Membentuk anak sungai dan perlahan namun pasti mengalir dan menjuntai ke bawah, bergantungan di janggut dan menetes bila tidak sempat terseka oleh tangan mungil yang sibuk dengan mainannya.
lni memang tidak lazim. Sekaligus memalukan bagi orangtua yang kebetulan anaknya mengalami gangguan sejenis ini. Dari sebutannya saja orang sudah miris mendengarnya.Ya, adegan di atas disebut dengan ngeces.
Tapi reaksi yang berkembang di sebagian masyarakat lebih miris lagi. Bila produki air liur yang berlebihan itu dikaitkan dengan hal-hal yang berbau katanya. Sebuah sumber yang sangat tidak bisa dijamin kebenarannya.
Menurut desas-desus yang berkembang di kalangan ibu-ibu, bila ada seorang anak yang ngeces, maka diyakini bahwa dulu, sang ibu yang mengandungnya pernah nyidam sesuatu dan tidak kesampean.
Solusinya, ya menuruti apa yang menjadi tuntutan janin saat masih dalam kandungan dulu. ltulah solusi berdasarkan mitos katanya. Sebuah jalan keluar yang tidak mudah.
Memang, orang ngidam itu kan aneh-aneh. Tuntutan dan kehendaknya seringkali di luar kewajaran. Seperti kisah lsmanto asal Bekasi. lstrinya yang sedang hamil muda ngidam minta dibelikan nasi goreng di kota sebelah. Di sebuah warung nasi yang menjadi langganannya dulu. Sang suami awalnya tidak mau jalan jauh-jauh ke kota sebelah di malam buta. Daripada repot-repot, ia pun ambil jalan pintas. Dibelikan saja nasi goring terdekat. “lstri saya pasti tidak akan tahu,” pikirnya.
Untuk mengelabuhinya pun, ia jagongan dulu dengan teman-temannya hingga beberapa jam. Sebelum akhirnya pulang dan menghadiahkan nasi goreng palsu kepada istrinya. Benar saja, dasar orang ngidam tidak bisa dibohongi. Nasi yang sudah ditangan itu pun ditaruh kembali di atas meja. “lni bukan nasi goreng yang di kota sebelah,” ujarnya sambil terus merengek. Maka sang suami harus rela menelusuri jalanan kota sebelah dan menemukan penjual nasi goreng yang dimaksud istrinya.
Tetapi dalam pandangan lslam, tidak ada kaitan antara ngeces dan ngidam yang tidak kesampaian. Tidak ada satupun dasar hokum yang bisa dijadikan sebagai rujukan pembenarannya. Akal sehat manusia pun sulit menerima mitos ini. Apalagi dalil syar’i. lni hanyalah desas-desus yang tidak jelas ujung pangkalnya.
lronis memang, bila seseorang mengandalkan jalan keluar atas masalah yang dihadapinya pada mitos katanya. Alih-alih menyelesaikan masalah, kesengsaraan itulah yang didapatkan.
Mengapa orang-orang tidak datang saja kepada seorang dokter gigi. Karena produksi air liur yang berlebihan mengindikasikan terjadinya kelainan pada kelenjar air liur. Dari sinilah semoga didapatkan obat yang pas untuk sang buah hati.
Bukan dengan mengikuti pada hal-hal yang berbau katanya. Dan kalaupun toh ada yang mengikuti mitos katanya, lalu anaknya tidak lagi ngeces, ketahuilah itu hanyalah factor kebetulan belaka. Jangan terkecoh karenanya.
Mari bersihkan diri dari debu-debu katanya … waspadalah.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah