Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu yang ghaib atau hal yang belum terjadi dijadikan sandaran dan keyakinan atas terjadinya sesuatu. Walaupun keyakinan tersebut semu, yang biasanya hanya bersumber dari katanya, konon ceritanya atau sekadar kabar burung. Lalu lambat laun berubah menjadi keyakinan, lalu ditransfer ke orang lain dengan sedikit memaksakan, selanjutnya dilestarikan secara turun-temurun. Akhirnya mentradisi dan membudaya dari generasi ke generasi.
Misalnya, ketika ada seseorang yang kemalaman dalam perjalanannya. Lalu mencari hotel tempat untuk menginap, Ketika dia pesan kamar kepada petugas yang ada di lobby, ia mendapat kamar nomor 13. Saat itu juga dia dihinggapi kecemasan dan kegalauan, karena selama ini dia meyakini bahwa angka 13 adalah angka pembawa sial. Atau kasus lainnya, ketika ada orang yang bermimpi giginya tanggal, ditafsirkan bahwa ada keluarga dekatnya yang akan mati. Padahal tidak ada hubungannya antara angka 13 dengan preseden buruk yang akan tiba, atau tanggalnya gigi dengan kematian seseorang. Itulah tathayyur. Kalau kejadian itu sampai membuat yang bersangkutan mengurungkan niatnya atau membatalkan rencananya dan meninggalkan pekerjaan, berarti virus tathayyur telah akut. Tapi kalau hanya membuatnya ragu, bimbang dan resah berarti virusnya masih ringan. Tapi kedua akibat yang ditimbulkannya adalah penyakit yang harus dibersihkan dari hati seorang mukmin.
Penyakit tathayyur dari mana pun datangnya, warisan atau hasil pemikiran dan kesimpulan yang salah adalah merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Tidak hanya menjadi virus iman yang mematikan, tapi juga bisa menjadi benalu tauhid yang merusak. Oleh sebab itu siapa pun orangnya, kalau dia mengaku sebagai seorang mukmin, maka dia harus segera membasmi penyakit tathayyur yang menjangkitinya. Ada beberapa resep yang bisa dijadikan sebagai obat tathayyur, yaitu ilmu, iman dan doa. Ilmu yang berkaitan dengan taqdir dan kekuasaan Allah yang mutlaq. Dan hanya iman yang selalu dipupuk dengan ketaatan yang bisa menyuburkan tumbuhnya benih tawakkal. Serta doa yang merupakan sumber kekuatan bagi setiap muslim yang melantunkannya. Berikut ini penjelasannya.
- Mengimani Taqdir Allah, yang Baik dan yang Buruk
“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak juga sesuatu yang basah dan yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” Begitulah Allah menegaskan bahwa semua gerakan dan prilaku makhluk dalam kehidupan ini telah tercatat dalam kitab-Nya. Itulah kekuasaan-Nya atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini. Semua telah diatur oleh Allah, yang baik dan yang buruk. Kita tidak boleh berpikir bahwa keberuntungan yang kita peroleh adalah hasil jerih payah kita pribadi. Sedangkan yang buruk itu adalah akibat tindakan orang lain atau akibat sesuatu yang ada di sekitar kita.
Pola pikir semacam itu telah dikecam Allah dalam firman Nya, “Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini adalah karena (usaha) kami. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. al-A’raf: 131). Ya…, begitulah Allah mengajari kita, bahwa kegagalan, musibah dan kenaasan yang kita alami adalah merupakan ketetapan (taqdir) Allah. Janganlah kita menyalahkan cicak, burung hantu atau makhluq lain yang ada di sekitar kita. Karena dengan begitu, secara tidak langsung kita menyatakan merekalah yang menghendaki kita celaka, merekalah yang menjadikan kita naas dan sial. Jelas itu merupakan keyakinan yang menodai tauhid dan bisa mengikis rasa tawakkal kita kepada Allah.
- Memupuk Rasa Tawakkal kepada Allah
Tawakkal adalah bersandarnya hati kepada Allah setelah melakukan. Dan tawakkal seseorang tidak akan sempurna bila tidak disertai kemantapan hati dan kuatnya keyakinan. Ada dua macam kategori orang yang bertawakkal, Pertama. orang yang yakin bahwa Allah- lah yang mencukupinya dan melindunginya. Sedangkan yang kedua orang yang pasrah kepada ketentuan Allah, sebagaimana seorang bayi yang memasrahkan dirinya kepada kasih sayang dan tanggung jawab ibunya. Yang mana dia tidak mengadu atau bersandar kecuali kepada ibunya. Apabila ada suatu masalah yang menerpanya, pertama kali yang dipanggilnya adalah ibunya. Derajat orang tawakkal yang kedua ini lebih tinggi di sisi Allah daripada yang pertama.
Allah berfirman, “Dan hendaklah hanya kepada Allah, orang-orang mukmin bertawakkal.” (Ali Imran: 122). Dengan begitu, kadar nilai tawakkal seseorang sebanding lurus dengan kadar keimanannya kepada Allah, Dzat yang dijadikan sebagai tempat bersandar diri. Semakin tinggi keimanan seseorang dan semakin jauh pengenalannya terhadap Allah beserta kekuasaan dan kebesaran-Nya, maka semakin tinggi dan besar pula tingkat ketawakkalannya. Allah berfirman, “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar- benar orang yang beriman.” (QS. al-Maidah: 23).
- Berdoa Memohon Keteguhan Hati kepada Allah
Manusia adalah makhluq yang lemah, kemampuannya terbatas begitu pula kekuatannya. Boleh jadi, apa yang kita harapkan selama ini lebih banyak yang gagal dari pada yang berhasil kita raih. Itu semua karena keterbatasan kita. Oleh sebab itu, kita harus menyandarkan kepada yang lebih kuat dari kita dan lebih berkuasa. Dan tiada satu pun di Dunia ini yang lebih kuat dan lebih berkuasa daripada Allah. Maka setiap sesuatu yang membuat kita ragu atau gamang dalam bertindak atau mengambil keputusan, maka libatkanlah Allah di dalamnya. Karena Dia- lah yang akan mempermudah suatu yang sulit, dan menyuburkan suatu yang gersang.
Rasulullah telah mengajari kita untuk berdoa: “Ya Allah, tiada kemudahan kecuali yang Engkau jadikan mudah. Dan Engkau-lah yang menjadikan tanah yang gersang menjadi subur kembali jika Engkau menghendaki.”
Termasuk dalam menghadapi penyakit tothoyyur, kita harus memperbanyak doa. Apabila kita ingin bepergian kemudian di tengah perjalanan secara tidak sengaja kendaraannya menabrak kucing, jangan berkeyakinan bahwa perjalanannya kalau diteruskan akan mengalami sial. Ini termasuk kategori tathayyur dengan suatu yang dilihat dan dilarang oleh syari’at.
Begitu juga anggapan negatif dan miring yang diakibatkan sesuatu yang ia dengar. Seperti orang yang mendengar ayam berkokok pada tengah malam, lalu berpikiran dan berkeyakinan bahwa ada gadis yang hamil di luar nikah. Padahal tidak ada kaitannya antara kehamilan seorang gadis dengan suara ayam berkokok. Itulah yang disebut dengan tathayyur terhadap sesuatu yang didengar.
Atau kasus lain, seperti yang dialami Bapak Parmin. Anak perempuannya sampai sekarang sudah berumur dua tahun belum dikhitan, karena sampai saat ini belum menemukan hari baik sesuai dengan hari ‘wethonnya’. Ini termasuk kategori tathayyur dengan hari, suatu yang tidak bisa dilihat atau didengar tapi bisa diketahui.
Dewasa ini banyak sekali aneka ragam sesuatu yang bisa membuat orang menjadi pesimis dan dihantui oleh perasaan sial.
Lalu apa resep Islam untuk menghilangkan penyakit tathayyur yang terkadang tiba-tiba muncul dalam diri seorang muslim? Jawaban dari pertanyaan penting itu bisa kita ambil dari jawaban Rasulullah ketika ditanya para shahabat tentang obat penangkal dari penyakit tathayyur. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Amr berkata: Rasulullah bersabda, “Siapa yang mengurungkan niatnya (keinginannya) karena thiyarah (dihantui kesialan), maka ia telah syirik. Para shahabat bertanya: Apa penangkalnya? Rasulullah menjawab: “Hendaklah ia membaca: “Allahumma la khaira illa khairuka wala thaira illa thoiruka wala ilaha ghairuka”, (Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu dan tidak ada kesialan kecuali yang sudah menjadi ketetapan-Mu dan tidak ada Tuhan selain Engkau.” (HR. Bukhari)
Atau membaca doa lain seperti yang diceritakan Uqbah bin Amir al-Juhani: “Rasulullah ditanya tentang sikap pesimis (tathayyur). Beliau bersabda, ‘Yang baik adalah al-Fa’l (kata- kata yang memotifasi semangat seseorang) karena tidak mengurungkan niat seorang muslim’ Apabila salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang membuatnya pesimis (timbul penyakit tothoyyur), maka bacalah: Allahumma la ya’ti bil hasanati illa anta, wala yadfa’us sayyiati illa anta, wala haula wala quwwata illa bika, (Ya Allah, tidak ada yang bisa mendatangkan kebai- kan kecuali Engkau. Tidak ada yang bisa menolak kejahatan kecuali Engkau. Dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (izin)-Mu).” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih).