“Janganlah kalian memakai pakaian yang terbuat dari sutera. Karena orang yang memakainya di dunia, tidak akan memakainya di akhirat.” Demikian lafadz hadits yang diriwayatkan imam Bukhari dan Muslim. (larangan ini ditujukan kepada laki-laki dan dibolehkan bagi wanita untuk memakainya.)
Sekilas hadits di atas memberi kesan bahwa Rasulullah tidak menghendaki seorang muslim untuk tampil menarik. Dengan melarangnya memakai pakaian yang terbuat dari sutera. Sutera lambang keindahan, Bila demikian pendapat kita, jelas itu adalah pendapat yang salah. Karena tampil menarik tersebut sangat dianjurkan. Masalahnya apakah untuk itu harus dengan melanggar larangan?
Kalau kita tetap saja tidak mengindahkan peringatan ini, maka sesunguhnya kita telah menutup diri dari kenikmatan surgawi. Sungguh naif, memang. Bila janji Allah dalam Al-Qur’an itu tidak pernah dirasakan seorang penghuni surga, hanya karena ketidaksabarannya. Indahnya pakaian itu seakan dekat di mata tapi jauh dari jangkauan. Lihatlah janji Allah dalam Al-Qur’an, “Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) syurga dan (pakaian) dari sutera.” (QS. Al-Insan: 12)
Tidak perlu menghibur diri dengan alasan toh selama ini sudah memakainya. Argumentasi ini salah besar. Karena seindah apapun pakaian dunia, tetap tidak sebanding dengan pakaian syurgawi. Meski keduanya memiliki nama yang sama. Namun hakekatnya jelas jauh berbeda. Rasulullah telah memperingatkan hal ini sejak empat belas abad yang lalu. Sebagaimana diriwayatkan Al-Barra bin Azib, ia berkata, “Rasulullah datang membawa selembar baju sutera. Para sahabat merasa kagum atas keindahan dan kelembutannya, maka Rasulullah bersabda, “Sungguh sapu tangan Saad bin Muadz di syurga lebih baik dari pada ini.” (HR. Bukhari) Janganlah mudah terkecoh. Seindah apapun pakaian dunia, ia tetap jauh lebih jelek dari sehelai sapu tangan seorang penghuni syurga. Subhanallah Maka tak terbayangkan keindahan pakaian yang terbuat dari sutera.
Pakaian dunia itu akan kotor setelah terpakai. Oleh debu yang menempel atau bau keringat. Selain itu masa pakainya juga terbatas. Dua, tiga tahun, lalu usang dan tidak lagi menarik. Setelah itu berganti lagi dengan yang baru. Sesuai dengan tabiat dunia yang fana dan selalu berubah. Jauh berbeda dengan pakaian surgawi.
Surga memang indah. Serasi dalam segala hal. Termasuk pakaian penghuninya. Pakaian mereka berwarna-warni meski yang tersebut dalam Al- Qur’an itu hanya satu warna, hijau. Warna kesejukan. Penyebutan satu warna tidak menutup warna-warni pakaian yang lain. Karena syurga jauh lebih sempurna dari dunia. “Mereka itulah (orang- orang yang) bagi mereka syurga adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam syurga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal. Sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan- dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (QS al-Kahfi: 31).
Surga memang di atas segalanya. Menawarkan keindahan dalam segala hal. Tapi mengapa kita, orang yang mendambakan keindahan itu seringkali terkecoh. Oleh sesuatu yang semu. Masih banyak tertawa di atas dosa dan tidak pernah menangis menyesalinya. Karena itu, marilah kita terus waspada agar kita raih keindahan pakaian surgawi.
Ghoib, Edisi No. 14 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M