Penanganan Pasca Ruqyah

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ustadz, saya ingin menanyakan mengenai ruqyah, saya pernah mengantar teman saya untuk di ruqyah oleh pak ustadz. Sakitnya juga sudah kurang lebih 5 tahun. Berobat secara medis, tidak ada sakit. Dia dinyatakaan sehat.

Setelah kami ajak untuk diruqyah oleh ustadz, dia bilang badannya terasa sakit semua, dan saya coba untuk mengajaknya kembali untuk di ruqyah sama pak ustadz dia tidak mau, padahal dia belum sembuh, saya sangat khawatir karena dia sekarang sudah ketergantungan obat dari dokter spesialis syaraf dan phsykiater. Padahal dia bilang bahwa obat-obat dari dokter dan phsykiater tersebut tidak berpengaruh sama sekali terhadap sakitnya.

Kini ia makin hari keadaannya makin memburuk, sudah berhenti bekerja, tidak mau sholat juga tahajud dan mengaji. Padahal sebelumnya dia sangat rajin sholat dan mengaji, dia bilang sering dihantui mimpi buruk yaitu hanyut di sungai yang airnya sangat keruh. Setelah mimpi tersebut, dia akan timbul rasa sakit yang pindah-pindah dari leher terasa ditusuk sampai tembus ke tengkuk, badan terasa digarang, kaki terasa panas, dan lainlain. Ustadz kami mohon solusinya!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ratna Dewi T,

Pos Pengumben Jakarta Barat

Jawaban :

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudari Ratna dan seluruh pembaca yang mudah-mudahan disayangi oleh Allah. Alhamdulillah ruqyah yang sesuai dengan syariat sudah mulai dikenal di masyarakat kita walaupun sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Namun keberadaannya mengalami pasang surut seiring dengan kuat serta lemahnya aqidah orang lslam.

Ruqyah yang sudah menjadi solusi umat lslam dalam menghadapi gangguan mahluk halus (jin, syetan) ini, merupakan salah satu metode penyembuhan dengan menitikberatkan kepada pemurnian aqidah. Semakin murni aqidah seseorang maka jin atau syetan semakin tidak berdaya untuk mengganggunya. Baik yang berupa bisikan dalam hati untuk mengajak berbuat yang mungkar, atau gangguan fisik berupa sakit di kepala, dada, perut dan anggota badan lainnya.

Janji Alah dalam suratAl-An’am ayat 82 begitu jelas. “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur imannya dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka adalah orang-orang yang mendapat pentunjuk”.

Jadi, ruqyah yang merupakan cara pengobatan yang Islami ini, harus juga diikuti oleh si pasien sendiri untuk lebih meningkatkan kualitas agamanya dari sisi aqidah (keimanan) dan ibadahnya, harus bertaubat dari dosa-dosa syirik (menyekutukan Allah) misalnya: bergantung kepada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan tertentu, baik berupa senjata atau tulisan-tulisan di atas kertas atau lempengan-lempengan logam bahkan ada yang menuliskannya pada sepatu kuda. Benda-benda seperti itu harus dimusnahkan dari pasien ruqyah. Jika benda-benda itu masih dipegang, berarti dia masih belum bersih imannya.

Demikian juga, pasien harus meninggalkan amalan-amalan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW atau amalan-amalan bid’ah. Karena mengikuti sunnah Rosul itu, merupakan bentuk ittiba’ yang menjadi syarat diterimanya suatu amalan setelah amalan itu dilakukan dengan ikhlas. Tanpa dua syarat tersebut amalan itu sia-sia. Malahan syetan yang memang sejak awal ingin menyesatkan manusia dia akan berperan member semangat kepada pelakunya bahkan akan memberi bantuan kepadanya, bisa berupa pelayanan kepada orang tersebut sehingga memiliki keistimewaan dimata orang lain dengan bermacam-macam namanya. Ada untuk perlindungan, pengasihan, kekuatan, dan lain-lain.

Jadi untuk semua yang pernah diruqyah agar menjaga kondisi keimanannya dan terus memahami bentuk-bentuk tipu daya syetan, serta beristiqomah (konsisten) menjalankan ibadah-ibadah wajib dan sunnahnya sesuai dengan tuntunan syariat lslam, berdzikir sesuai yang telah diajarkan Rasulullah, baik pada waktu pagi atau sore, menghafal doa-doa perlindungan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.

Saudari Ratna, mengenai menurunnya semangat sahabat saudari untuk beribadah bahkan meninggalkannya sama sekali, ini bukti nyata dan semakin menyakinkan kita bahwa penyakit yang dideritanya itu adalah penyakit non medis karena syetan yang ada dalam dirinya mencegahnya untuk sholat, mengaji, berdzikir dan tahajud. Syetan akan kepanasan manakala orang yang dia ganggu itu menjalan kan ketaatan kepada Allah. Termasuk juga penolakannya untuk meruqyah dirinya sendiri atau minta bantuan untuk diruqyah orang yang mampu melakukannya. Apalagi ditambah dengan tanda-tanda lain bagi penderita suatu penyakit karena ganguan jin (syetan) berupa mimpi buruk.

Tapi jangan gentar menghadapi gangguan syetan dan pendukung-pendukungnya. Sebab, Allah telah menjelaskan dalam surat Faathir ayat 6 : “Sesungguhnya syetan musuh bagi kamu, maka jadikanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya ia mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka”.

Siapa pun kita, bila gentar menghadapi musuh, itu pertanda kekalahan sebelum bertanding. lngatlah sebesar apapun tipu daya dan sihir syetan, sejatinya adalah lemah. Didalam surat An-Nisa ayat 76 : “Orang- orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thoghut (syetan), maka perangilah pengikut syetan, sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah”.

Walaupun tipu daya syetan itu lemah, tapi jika manusianya lebih lemah, maka dia yang akan mengusai manusia itu. lngatlah, bahwa setiap kejadian yang menimpa manusia itu adalah karena kehendak Allah, maka mohonlah pertolongan hanya kepada-Nya dan dengan cara yang diridhoi-Nya. Setelah kita berusaha dan belum nampak hasilnya bersabarlah, karena itu yang terbaik buat kita. Wallahu A’lam.

 

Achmad Junaedi, Lc.

Pimpinan Rumah Ruqyah Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN