Kesalahan adalah kesalahan yang tetap akan dimintai pertangungjawaban di dunia maupun di akhirat, keduanya sama saja. Kesalahan masih akan tetap menguntit para pelakunya.
Bagi orang yang menghuni neraka, itu adalah sesuatu yang jelas adanya. Tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan. Lalu bagaimanakah dengan penghuni surga? Apakah mereka juga akan tetap dimintai pertanggung jawaban atas kesalahannya?
Sebenarnya sama saja. Penghuni surga juga bernasib serupa. Menjadi incaran atas kesalahan yang dilakukannya. Yang membedakan antara penghuni surga dan penghuni neraka hanyalah kapan kesalahan itu meminta tebusan.
Seorang penghuni surga yang berhasil melewati shiroth dan terbebas dari jeratan neraka, bukan berarti mereka telah terbebas dari beban dunia. Dan langsung berlenggang kangkung memasuki gerbang surga.
Tidak. Mereka terlebih dahulu melewati satu jembatan lagi. Jembatan yang menggantung di antara neraka dan surga. Di sinilah mereka, para penghuni surga, menjalani perhitungan baru atas kesalahan yang telah mereka lakukan.
Mereka akan dibersihkan dari kesalahannya sehingga debu-debu kesalahan dunia tidak lagi masuk ke dalam surga. Mereka benar-benar masuk ke dalam surga dalam keadaan tidak membawa kesalahan sedikit pun.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Bukhari bahwa Abu Said al-Khudri meriwayakan dari Rasulullah, beliau bersabda, “Orang-orang mukmin lolos dari neraka, lalu mereka ditahan di atas jembatan antara surga dan neraka, lalu bagi sebagian mereka dibalas dari sebagian yang mempunyai hak di antara mereka di dunia. Setelah mereka dibersihkan dan disucikan, maka bagi mereka diizinkan masuk surga. Demi Dzat yang nyawa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh seseorang dari mereka lebih mengetahui tempatnya di surga daripada tempatnya yang dulu di dunia.” (HR. Bukhari).
Tidak ada tempat buat kesalahan di surga. Walau sekecil apapun. Tidak ada jaminan bagi kita untuk masuk ke dalam surga dan menjadi bagian dari para penghuninya bersama para nabi dan rasul, syuhada’ dan orang-orang shalih.
Bila tidak ada jaminan. Seharusnya mulai detik ini kita selalu mengintrospeksi diri. Jangan sampai ada kesalahan yang masih melekat di badan, saat ajal menjemput. Hilangkanlah ego dan harga diri untuk sekadar meminta maaf kepada orang lain bila memang kesalahan itu berasal dari kita. Karena dengan sikap semacam inilah kita bisa mengharapkan datangnya rahmat dan ampunan Allah.
Seruan Rasulullah dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah disebutkan bahwa bila seseorang meninggal dunia dengan membawa kesalahan kepada saudaranya, maka kebaikannya akan diambil sebesar kesalahannya dan diberikan kepada saudaranya. Sebaliknya bila tidak ada kebaikan yang bisa diambil, maka dosa dari saudaranya akan dilimpahkan kepadanya.