“lblis berkata: ‘YaTuhanku, maka berilah tangguh kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan’. Allah berfirman, ‘(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan’. lblis berkata: ‘YaTuhanku, sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua.” (QS. Al-Hijr: 36-39).
Ramadhan telah berpulang, Syawal sudah datang, masih banyak hal yang perlu kita kaji ulang, sebagai bekal di kehidupan mendatang. lngat! Dalam beribadah tidak kenal istirahat, sebagai bekal perjalanan ke akhirat. Karena musuh kita (syetan) tak kenal rehat, senantiasa mengajak kitake jalan sesat. lblis dan balatentaranya adalah musuh abadi para hamba Allah. Mereka telah menentukan bumi sebagai medan perang untuk menjerumuskan anak Adam. “Pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi.” (QS. al-Hijr: 39). lblis juga telah memilih’tazyin’ sebagai senjata utama untuk memerangi Adam dan cucu-cucunya. ‘Tazyin’ artinya menghiasi keburukan dan memperindah kemaksiatan, agar anak cucu Adam ketika melakukan keburukan dan kemaksiatan merasa indah dan nyaman, bahkan merasa telah berbuat kebaikan.
Begitulah cara licik lblis untuk menjerumuskan anak Adam, khususnya hamba-hamba Allah yang beriman. Tidaklah seorang hamba Allah mendekati keburukan dan kemaksiatan, kecuali lblis telah menghiasinya dan memperindahnya. Apabila kita mendapati sesuatu yang menarik dan melenakan, yang bisa membangkitkan gairah syahwat dan nafsu kita, maka berhati-hatilah. Karena bisa jadi lblis dan anak buahnya ada di balik sesuatu tersebut. Oleh sebab itu ingatlah selalu kepada Allah, hanya dengan berdzikir kepadanya dan mengi khlaskan diri dalam mentaati perintah-Nya, kita bisa selamat dari tipu daya lblis yang selalu menebar pesona. Maka waspadalah! lblis telah menyatakan, “Pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Al-Hijr: 39-40).
lblis terus akan melancarkan bujuk rayunya, rayuan gombal yang menipu dan melenakan terus-menerus ditebar oleh lblis di sekitar kita. Di depan, di belakang, di samping kanan, di samping kiri, di atas atau di bawah. Mereka akan selalu mengepung kita dengan jerat-jeratnya, di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Target maksimal yang mereka rencanakan adalah menyesatkan hamba-hamba Allah secara menyeluruh, sebagai ungkapan balas dendam atas terusir dan terkutuknya mereka karena tidak taat pada perintah Allah untuk sujud kepada Adam.
Dan lblis juga berusaha keras agar orang-orang yang telah mengikuti jalannya, terpuruk dalam kemaksiatan dan terperosok dalam lembah dosa, tidak bangkit dan bertaubat. lblis juga terus menakut-nakuti para pengikutnya agar mereka tetap menjadi budak-budak yang setia. Yang bisa dipermainkan oleh lblis sesukanya dan kapan saja. Seperti halnya sebuah mainan ditangan anak kecil, mainan itu tidak berdaya sama sekali di tangan anak tersebut. Setiap saat dia bisa menggenggamnya, memainkannya atau membanting dan melemparkannya.
Mereka yang imannya masih labil dan rawan serta sering mengalami fluktuasi, gampang terombang-ambing oleh fenomena yang ngetrend di sekelilingnya. Ketika aktifitas ibadah marak dilakukan pada bulan Ramadhan, mereka mengikutinya. Tapi di saat aktifitas ibadah orang sekelilingnya surut, semangat mereka juga ikut surut. Itulah manusia yang berkarakter imma’ah (ikut-ikutan). Padahal Rasulullah berpesan, “Janganlah kalian menjadi orang yang ikut-ikutan (imma’ah), bersemboyan ‘Apabila manusia berbuat baik, kami juga berbuat baik. Apabila mereka berbuat dzalim, kami juga berbuat dzalim’. Jadilah orang yang berpendirian “Jika manusia berbuat baik, kami juga berbuat baik. dan jika mereka berbuat dzalim, kami tidak akan ikut berbuat dzalim”. (HR. Tirmidzi).
Mereka menjadikan ibadah tak ubahnya seperti ibadah musiman. Begitu Ramadhan berlalu, maka ibadahnya juga berlalu. Dan ketika Ramadhan habis, maka ketaatannya juga terkikis. Dengan demikian secara tidak sadar mereka telah terperangkap dalam jebakan lblis. Iblis telah menghiasi kemalasan mereka dalam beribadah dengan perasaan cukup dan puas, mereka menyangka ibadah yang telah banyak dilakukannya di bulan Ramadhan sudah cukup mengcover sebelas bulan berikutnya.
Sampai-sam pai kemaksiatan dan kemalasan mereka dalam beribadah, dianggap suatu yang wajar dan manusiawi. Meninggalkan shalat lima waktu sekali dua kali, mereka tidak merasa berdosa atas kemaksiatan tersebut, karena mereka beranggapan bahwa pahala shalat lima waktu yang dilipat gandakan dalam bulan Ramadhan masih cukup untuk tambal sulam. Bila mereka tidak membaca al-Qur’an berhari-hari, mereka tidak merasa gelisah. Karena dia merasa telah mengkhatamkan al-Qur’an berkali-kali di bulan Ramadhan. Itulah orang-orang lemah yang tidak berdaya di tangan lblis seperti sebuah bola di tangan seorang anak.
Puasa, shalat, dzikir dan ibadah-ibadah lainnya yang kita laksanakan di bulan Ramadhan atau sebelumnya, kalau betul-betul ditunaikan dengan memenuhi syarat dan rukunnya dan meneladani sunnah Rasulullahniscaya akan melahirkan insane-insan yang bertaqwa seperti yang disebutkan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Untuk meraih ketaqwaan, seorang harnba tidak dibatasi dengan waktu berakhirnya Ramadhan, atau bulan-bulan lainnya. Dan bukti konkrit dari ketaqwaan seseorang bisa dilihat dari sejauh mana komitmen orang tersebut, dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik di bulan Ramadhan atau di bulan yang lainnya. Keistiqomahannya serta harmonisnya dia dalam menjaga hubungan dengan Allah dan interaksinya dengan sesame manusia adalah cermin ketaqwaannya. Kalau ibadah yang dilakukan orang tersebut selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan betul-betul diterima oleh Allah, niscaya dia akan tetap konsisten menjadikan syetan sebagai musuh, dengan men jauhi ajakan-ajakannya untuk meninggalkan perintah Allah, dan dia lebih getol lagi untuk menjauhi larangan-Nya untuk menjaga dan meningkatkan volume ketaqwaannya.
Hari raya Fitri, yang terkadang juga di sebut dengan hari kemenangan sering dimaknai dengan makna yang menyimpang. Ada yang menyebut sebagai hari kebebasan, setelah sebulan penuh dibelenggu oleh Ramadhan. Mereka bebas makan dan minum tanpa batas, bebas bergaul tanpa aturan syari’at, bebas berprilaku sesukanya tanpa memped ulikan norma-norma agama. Tidak jarang kita dapati orang muslim yang merayakan hari lebaran dengan pergi ke tempat wisata bersama lain jenis yang bukan mahramnya. Berhura-hura dan berfoya-foya dalam mem belanjakan harta, serta berlebihan dalam menyajikan hidangan atau makanan, yang akhirnya masuk ke tong sampah. Bahkan karena kelewat senangnya, dia lupa shalat lima waktu, lupa bacaan al-Qur’annya dan lupa dzikir yang sudah menjadi amal hariannya di bulan Ramadhan. Dan ada juga yang melakukan ritual-ritual menyimpang dalam merayakan hari Raya, dengan mengunjungi tempat-tempat yang dikeramatkan dan makam-makam seseorang yang dikultuskan. Padahal Idul Fithri adalah hari pertama pembuktian dari kesuksesan kita dalam meraih taqwa di bulan Ramadhan.
Perhatikanlah ungkapan bijak berikut ini, “Bukanlah lebaran itu milik orang yang memakai pakaian baru, tapi lebaran yang sebenarnya hanya dimiliki oleh orang yang ketaatannya bertambah”. Ya, seharusnya Ramadhan sebagai bulan pembekalan diri dan peningkatan taqwa, untuk menghadapi godaan dan tipu daya lblis yang terus berdatangan, akan terlihat hasilnya ketika Ramadhan telah berlalu, dengan bertambahnya kuantitas ibadah dan meningkatnya kualitas taqwa.
Kalau di bulan Ramadhan para pembesar syetan dibelenggu, sehingga kita lebih mudah untuk berbuat kebaikan dan beribadah kepada Allah, maka ketika Ramadhan berakhir, maka mereka akan kembali berkel iaran dan bergentayangan mencari mangsa. Dengan demikian musuh yang kita hadapi lebih kuat, peperangan akan berkecamuk lebih dahsyat. Kalau kita terlena dan tidak bersenjata, maka siap-siaplah untuk menjadi mangsa empuk mereka, serta menjadi ‘bola mainan’ yang mudah dipermainkan. Hanya dengan berbekal aqidah yang lurus, taqwa yang sesungguhnya, serta bersabar dalam menjalankan perintah-Nya kita bisa mengalahkan syetan-syetan terkutuk. Allah berfirman, “… Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan (bahaya) kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan,” (QS. Ali lmran: 120).
Oleh sebab itu, siapkanlah senjata yang kuat dan tajam setiap saat, dengan berbekal iman yang bersih dan lurus serta selalu ibadah kepada Allah dengan ikhlas dan tulus, karena pertarungan kita melawan lblis dan balatentaranya adalah pertarungan yang panjang sepanjang masa kehidupan kita.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 29/2