Pesona Alam di Gua Istana Maharani Lamongan

BILA ANDA sedang bepergian melalui jalur utara, dan tidak sedang terburu-buru, tidak ada salahnya bila Anda meluangkan waktu sejenak menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan di Gua Istana Maharani. Di sana, tersimpan keagungan pencipta-Nya. Keindahan batuan stalaktit dan stalakmit yang menjadi kekayaan Gua Istana Maharani mampu menambah benih keimanan bagi mereka yang mau merenung.

Gua Istana Maharani terletak di kawasan wisata pantai Tanjung Kodok, Paciran yang masuk kabupaten Lamongan Jawa Timur. Tepatnya 50 meter arah selatan jalan Daendels yang dibangun Gubernur Batavia di abad 18. Sejatinya tidak sulit menemukan Gua Istana Maharani karena ia hanya berjarak 200 meter dari area Wisata Bahari Lamongan yang sedang menggeliat berbenah diri. Wista Bahara Lamongan mencolok mata dengan ornament kepiting besar. Lokasi Gua Istana Maharani mudah terjangkau karena berada di tepi jalur Surabaya – Semarang yang dilalui kendaraan selama 24 jam. Tepatnya 60 kilo meter dari Surabaya dan 50 kilo meter dari Tuban.

Udaranya memang terkesan panas. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan suasana pantai. Terik matahari terasa menembus baju yang melekat di badan. Tapi Anda tidak perlu cemas. Semua itu akan sirna dengan sendirinya begitu Anda melewati gerbang Gua Istana Maharani. Di sana, Anda bisa menikmati minuman khas Tanjung Kodok yang lebih dikenal dengan istilah ‘legen’. Haus dan panas sirna berganti dengan kesegaran.

Terlebih bila, kawasan Gua Istana Maharani yang ditemukan Sugeng dan tiga orang temannya, warga desa Tunggul yang sehari-hari bekerja sebagai penambang batu koral bahan pupuk Phospat dan dolomit, dirancang untuk memanjakan pengunjung. Dua puluh meter dari gerbang, rerimbunan pohon akasia bak payung yang melindungi Anda dari sengatan matahari. Silahkan beristirahat sejenak di atas dipan-dipan yang tersedia di beberapa tempat. Di sana juga disediakan sarana bermain buat anak-anak serta toko-toko penjual souvenir.

Dibandingkan dengan ribuan gua lainnya di Indonesia, Gua Istana Maharani yang ditemukan pada hari Kamis, tanggal 6 Agustus 1992 memiliki keistimewaan tersendiri. Tidak heran bila ia disejajarkan dengan gua-gua alam dari manca negara seperti Gua Altamira di Spanyol, Gua Mammoth dan Gua Carisbad di Amerika Serikat, serta Gua Coranche di Perancis.

Tidak heran bila menurut DR. KRT Khoo, seorang ahli gua dari Yayasan Speleologi Indonesia bahwa Gua Istana Maharani pada tahun 1992 dinyatakan sebagai gua terbaik di Indonesia. Anda tidak akan ragu dengan penilaian tersebut. Karena di tahun itulah Gua Istana Maharani ditemukan pertama kali. Praktis masih belum banyak campur tangan manusia yang mengurangi keindahan ciptaan Allah itu.

Kini, setelah dibuka untuk umum dan menjadi tujuan wisata Gua Istana Maharani ada yang terasa berbeda. Nama- nama yang tertera di dalam gua tidak ditemukan di gua-gua alam lain. Tapi sayang di tengah masyarakat yang kental dengan nuansa agamis itu penamaan Gua Istana Maharani dengan segala isinya tidak terlepas dari cerita mistis.

Penetapan Maharani sendiri sebagai nama gua berasal dari sebuah mimpi istri Sunyoto, mandor kepala pekerja penemu gua. Katanya, sehari sebelum penemuan gua, istri Sunyoto bermimpi melihat seorang wanita cantik memakai mahkota warna- warni. Mahkota itu bercahaya kemilau berlapis emas. Saat terbangun ia mendengar bisikan bahwa mahkota indah itu milik seorang ratu yang bernama Maharani.

Nama inilah yang kemudian dipilih sebagai nama gua. Di samping itu menurut bahasa Jawa Kawi kata Maha bermakna sangat dan Rani berarti warna-warni. Jadi Maharani artinya sangat mempesona warnanya.

Memasuki gua seluas 2000 m2 dengan ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dan kedalaman 25 meter dari permukaan tanah, Anda akan disambut dua patung penjaga yang berbentuk ular naga. Kedua penjaga itu diberi nama Nogowiro Tirtomanggolo dan Nogowiro Dahonomanggolo. Jelas kedua patung ini bukan bagian dari gua saat pertama kali ditemukan.

Melewati pintu yang diberi nama Babussalam Nuthfatul Hasanah, mata Anda akan terpesona dengan keindahan ciptaan Allah. Batuan stalaktit dan stalakmit membuat hati tertegun. Subhanallah! Sungguh indah. Terasa Anda dibawa ke dunia lain.

Tetesan-tetesan air dari atap gua yang mengandung Kalsium Karbonat (CCO3) sejak ribuan tahun lalu mengkristal. Stalaktit itu memancarkan cahaya berkilauan diterpa lampu penerangan gua yang disusun sedemikian rupa. Stalaktit itu menggantung. Ujung-ujungnya meruncing, dengan ukuran yang tidak sama.

Sementara dari bawah. Di atas lantai batuan stalakmit berdiri kokoh, tepat di bawah tetesan- tetesan air yang menetes dari stalakmit di atasnya. Perpaduan stalaktit dan stalakmit yang serasi membentuk konfigurasi batuan yang menarik perhatian.

Menurut penelitian, batuan stalaktit dan stalakmit dalam Gua Istana Maharani masih dinyatakan ‘hidup’ karena dalam waktu setiap sepuluh tahun tumbuh 1 cm bila kelestarian dan suasana gua terjaga dengan baik. Seperti yang terlihat pada stalaktit Songgo Langit, ujungnya meruncing berwarna putih jernih. Pertanda tetesan air mulai mengkristal dengan sebutir air yang menunggu kesempatan untuk jatuh.

Setiap ornamen stalakmit dan stalaktit yang pelataran, paseban, garba, relung, umpak, selo, karang. Kesemua nama itu mengandung falsafah kehidupan. Sebagaimana dituturkan dalam buku panduan yang dijual bebas bagi pengunjung.

Namun, di balik keindahan Gua Istana Maharani tersimpan kepedihan bagi mereka yang peduli dengan kemurnian akidah. Legenda yang dibangun untuk mendatangkan pariwisata domestik maupun manca negara menggunakan cara-cara yang tidak dibenarkan secara akidah. Seperti kisah RAJUL dan MAR’AH yang direpresentasikan sebagai pengembara yang mengarungi lautan nusantara.

Singkat cerita, sepasang suami istri itu menolong raja dan ratu katak yang terhimpit bebatuan. Sebagai imbalannya RAJUL dan MAR’AH diberi hadiah yang berupa istana maharani. Tempat yang sekarang disebut dengan Gua Istana Maharani.

Padahal terjadinya gua-gua alam merupakan proses alami. Di tengah kegelapan abadi di bawah tanah proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornamen-ornamen gua (speleothem). Proses ini disebabkan karena air tanah yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak CO2 daripada udara sekitarnya.

Dalam rangka mencapai keseimbangan, CO2 menguap dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit (CaCO3) dan kemudian mengendap.

Tidak seharusnya pihak-pihak yang terkait menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Tujuan yang mulia harus dibingkai dengan cara-cara yang dibenarkan oleh agama. Karena legenda yang sekarang masih diyakini sebagai fiktif semata tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah keyakinan yang mengurat daging dan sulit diluruskan kembali.
GHoib, Edisi No 59 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN