Polisi 1 : “Wangsit dari Kanjeng Sunan Kalijaga”

Mulanya ia enggan untuk diajak ngobrol seputar jimat di kalangan polisi. Setelah temannya menggaetnya masuk ruangan, akhirnya dia bicara walaupun tetap terkesan sedikit mengelak dan menutup diri. Sudah berapa paranormal yang telah mas datangi? Begitulah dia membuka obrolannya dengan pertanyaan yang agak menohok. “Untuk masalah seperti ini sebaiknya mas datang ke ahlinya, seseorang yang mumpuni dalam masalah keghoiban tetapi enggan untuk tampil ke permukaan, beliau lebih suka tampil di balik layar, padahal beliaulah senior paranormal Indonesia yang beraliran budhis,” itulah ungkapan kekagumannya pada sosok paranormal yang bernama Ki Pandan Wangi. Dari penuturannya bisa diduga bahwa dia mempunyai hubungan yang erat dengan paranormal tersebut, tapi saat kami desak sejauh mana hubungannya, dia berusaha menutup diri, “Pokoknya silakan mas datang langsung ke orangnya, pasti akan tahu lebih banyak dari apa yang saya katakan, karena saya sendiri belum seberapa”, tambahnya sambil memberi alamat rumah paranormal tersebut.

“Saya tidak percaya sama jimat atau benda-benda pusaka lainnya, karena itu akan menyebabkan kita sombong, dan ketergantungan dengan benda mati. Saya lebih suka melakukan ritual sendiri. Dulu sewaktu masih SMA dan belum menjadi polisi saya suka lelono dan nglakoni (mengembara mengasah spiritual, red). Dulu saya bisa menebak pikiran orang dan apa yang diinginkannya, sebelum orang itu mengungkapkannya. Nah setelah jadi polisi dan tahu “nikmatnya dunia dan wanita”, kemampuan itu meredup dan jarang saya asah”, tuturnya saat mengenang masa lalunya.

“Saya sendiri pernah dapat ilham melalui mimpi untuk melakukan tour spiritual ke tiga tempat di Pulau Jawa. Yang diawali dengan penyucian diri di Sendang Kahyangan, Wonogiri, Jawa Tengah. Lalu dilanjutkan ke Makam Sunan Kalijaga dan diakhiri dengan sowan ke makam Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Tapi sayang sampai sekarang ilham itu belum saya lakasanakan, karena kesibukan harian yang tidak bisa ditinggal. Di samping itu saya juga rasanya belum siap untuk Madeg Pandito. Jiwa saya masih kotor, masih silau dengan kilatan paha mulus, dan masih suka pasang nomor, saya masih beraliran peteng ndedet (gelap gulita)”, begitulah alasannya saat Majalah Ghoib tanya mengenai daya spiritual yang dimilikinya kok tidak dikembangkan.

Lho pasang nomor itu kan judi? tanya Ghoib. Dia menjawab dengan diplomasi yang pragmatis, “Itukan tergantung dari sudut mana memandangnya, kalau saya memandang dari kacamata jual-beli. Selama ada yang jual, ya saya beli. Menurut saya untuk memberantas perjudian itu tidak usah dengan kekerasan dengan melibatkan aparat kepolisian segala. Cari saja nomor yang jitu, lalu pasang dengan jumlah yang besar. Kalau tembus kan otomatis bandarnya bangkrut”, jelasnya seraya bercerita akan pengalaman pribadinya yang sering tembus saat pasang nomor.

Saat didesak tentang kedekatannya dengan mendiang Sunan Kalijaga, dia menjawab: “Saya punya hubungan erat dengan Kanjeng Sunan Kalijaga, dan tak jarang saya mendapatkan “wangsit” darinya, termasuk perihal bencana yang akan terjadi. Di antaranya adalah peristiwa tragedi runtuhnya rezim Soeharto tahun 1998 yang diiringi kerusuhan 12 Mei yang mengerikan. Juga banjir bandang yang merendam Ibu Kota Jakarta, beberapa hari sebelumnya saya sudah memberitahu teman-teman, bahwa Jakarta akan diguyur hujan sembilan. hari berturut-turut yang akhirnya terjadi banjir besar. Waktu itu mereka mentertawakan saya, bahkan saya dianggap gila Tapi setelah terjadi betulan, mereka pada memuji saya. Itu kan persis dengan ceritanya Nabi Nuh, sewaktu bikin perahu, orang di sekitarnya sampai anak dan istrinya mentertawakannya, bahkan mereka menuduhnya sudah gila. Tapi setelah Allah mendatangkan banjir, mereka baru sadar akan kebenaran dari keanehan perbuatan Nabi Nuh,” begitulah ia mencoba menyambungkan keakuratan kajian spirutual yang diyakininya.

Masih berbicara tentang kemampuan spiritual yang dimilikinya, “Saya pernah meditasi di kantor saya, tiba-tiba lampu kantor padam. Saya langsung mengecek nomor gardu listriknya ternyata nomor 942, saya langsung menyimpulkan bahwa nomor togel yang akan keluar adalah 42. Saya akhirnya nitip teman untuk beli nomor tersebut, tapi ternyata teman saya nitip ke temannya yang lain, dan temannya lupa untuk membelikan, padahal ketika keluar nomornya ternyata nomor 42. Kemudian minggu berikutnya, waktu saya ke tempat parkir ngambil kendaraan untuk pulang, tiba-tiba dihadang kepiting Aneh sekali parkiran yang berubin kok muncul kepiting. Setelah saya minta permisi agar tidak menghalangi jalan saya, kepi. ting itu lalu pergi. Dari kejadian yang saya anggap aneh itu, saya menyimpulkan nomor yang akan keluar minggu ini adalah nomor kepiting, yaitu 41. Awalnya saya ragu masak iya setelah 42 terus 41. Tapi saya tidak ragu untuk memasangnya, dan ternyata kesimpulan saya benar, yang keluar adalah nomor 41. Lumayan mas dapat Rp. 700.000”, ungkapnya sambil tertawa.

Begitulah petualangan spiritual seorang polisi, yang menurut pengakuannya tidak percaya kepada jimat-jimat dan benda-benda bertuah lainnya. Karena dia sendiri bisa menjaga dirinya dengan ritual yang dijalaninya sendiri. Dia lebih yakin terhadap hasil jerih payahnya sendiri dari pada mengandalkan produk orang lain. Dia sendiri mengaku masih berat untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. Dia termasuk orang yang beranggapan bahwa semua agama baik, karena semua agama tidak pernah mengajarkan umatnya yang jelek-jelek. Justru orang yang fanatik akan kebenaran agama yang dianutnya, akan berdampak negatif terhadap umat agama lain. Seperti, teror, intimidasi, saling membenci. dan menumpahkan darah satu sama lain.

Bersambung.

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 18 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN