Saat dihubungi pertama kali jam 11.00 WIB, dia sedang bertugas di jalan mentertibkan kelancaran lalu lintas di depan Ramayana di sebuah kawasan di Timur Jakarta. Karena lagi sibuk dia agak keberatan untuk diwawancarai. Kemudian dia menjanjikan waktu setelah shalat Jum’at jam 14. 00, saat dia lagi istirahat. Dengan kondisi agak lelah, polisi yang asli dari Yogyakarta ini berbagi pengalamannya kepada pembaca setia Majalah Ghoib, seputar bekal dirinya dalam menjalankan tugas di perantauan. simaklah penuturannya berikut ini:
“Sebagai seorang perantau, saya juga dibekali oleh orang tua. Dan itu saya kira merupakan suatu yang wajar, apalagi kita nantinya hidup numpang di daerah orang, dan bergaul dengan berbagai macam karakter manusia. Di samping dibekali oleh orang tua ilmu pengetahuan, saya juga dibekali amalan-amalan, termasuk menjalankan shalat lima waktu juga bersilaturrahim ke rumah “orang-orang tua”. Tapi saya tidak pernah membekali diri dengan benda-benda keramat seperti jimat atau pusaka, begitu juga ilmu kedigjayaan, seperti ilmu kebal, kesaktian dan kekuatan atau tenaga dalam. Karena saya tidak percaya dengan yang begitu-begituan, cukuplah dengan yang “di atas” saja. Dan untuk menggantikan jimat-jimat itu saya hanya melakukan wirid-wirid, sebagai upaya saya untuk memasrahkan diri kepada yang “di atas”. Seperti membaca surat Yasin setiap malam Jum’at.”
Itulah penuturan Saidi yang disampaikan kepada Majalah Ghoib via HP. Memang sepertinya masih ada yang ia sembunyikan, termasuk amalan-amalan rutinnya. Saat didesak, dia tidak mau menunjukkan dan menjelaskannya. Apalagi saat Majalah Ghoib tanya tentang wirid-wirid hariannya. Dia hanya mengatakan: tentu adalah pak. Akhirnya Majalah Ghoib hanya bisa mendoakan, semoga apa yang dia lakukan sesuai dengan Syariat Islam dan mendapat pahala dari Allah.
Bersambung…
Ghoib, Edisi No. 18 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M