Katanya, bila bulan Ramadhan tiba maka arwah-arwah akan kembali ke rumah masing-masing. Katanya, mereka yang sudah meninggal masih memiliki rasa kangen dan ingin bertemu dengan kerabatnya.
Hal ini katanya, tidak terlepas dari keberkahan bulan Ramadhan yang tidak hanya menjadi hak orang-orang yang masih menikmati indahnya dunia, tapi juga untuk orang yang sudah meninggal.
Keyakinan semacam ini berkembang luas di masyarakat. Meski dengan sambutan yang berbeda-beda. Kebiasaan yang berkembang di sebagian warga kabupaten Bojonegoro terbilang unik. Orang mati sudah sekian lama tidak pulang ke rumahnya. Dia sudah lupa jalannya, hingga diperlukan bantuan dari keluarganya.
Petunjuk jalan di sini tidak seperti petunjuk arah yang biasa ditemukan di jalan-jalan besar. Para arwah itu mungkin tidak bisa membaca, sehingga petunjuknya juga lain. Dipasanglah oncor. Sebuah lampu penerang yang terbuat dari janggel (batang) jagung yang dicelupkan ke minyak tanah. Dinyalakan lalu dipasang di pojok-pojok rumah maupun pekarangan yang gelap.
Bila mereka pindah rumah ke kota lain atau bahkan ke pulau seberang, lalu bagaimana caranya ya, agar arwah orang yang sudah meninggal itu bisa bertemu kembali dengan keluarganya. Jangan-jangan mereka kesasar atau bahkan menangis.
Lain lagi yang dilakukan oleh sebagian warga di Kabupaten Pemalang. Mereka tidak memasang lampu penerang. Tapi yang mereka persiapkan adalah kembang melati atau bisa juga kembang tujuh rupa.
Sehari menjelang lebaran mereka sudah tabur kembang melati atau kembang tujuh rupa di kuburan. Selanjutnya setiap malam Jum’at setiap menjelang maghrib kembang-kembang itu ditabur kembali di pekarangan rumah, kamar, pojok-pojok rumah. Tidak ketinggalan pula pakaian yang dulu pernah dipakainya juga disisipi kembang. Demikian pula halnya dengan pohon yang ada di pekarangan rumah, karena dari pohon-pohon itu lah arwah orang yang sudah meninggal itu dan pergi lagi.
Penyambutan ini masih tenrs berlanjut setiap malam Jum’at. Dan di akhir Ramadhan, mereka kembali ke makam untuk tabur bunga. Kebiasaan ini baru berakhir saat hari raya, setelah mereka bersilaturrahmi dengan sanak keluarga serta tetangga, maka mereka pun akhirnya datang kembali ke makam untuk tabur bunga yang terakhir.
Aneh-aneh saja. Padahal sebenarnya selama arwah itu masih menunggu datangnya hari pembalasan, maka bagi arwah orang-orang mukmin yang bisa menjawab pertanyaan siapa Tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu dan apa kitabmu maka dia akan mendapatkan nikmat kubur dengan ditemani amal kebaikannya. Seraya berdoa, “Ya Rab, percepatlah datangnya kiamat sehingga saya dapat bertemu dengan keluargaku dan hartaku.” Pintu surga telah siap menanti dengan aneka kenikmatan yang ada. Sebaliknya bagi arwah orang-orang kafir yang tidak bisa menjawab empat pertanyaan di atas maka dia akan menerima adzab kuburr hingga datang saat pembalasan. Saat dimana dia dimasukkan ke dalam neraka dan menerima balasan atas apa yang dilakukannya selama ini. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits panjang riwayat imam Ahmad.
Jadi, mana mungkin kembali ke rumah. Mereka telah disibukkan oleh urusan masing-masing. Kalau ada yang benar-benar datang, malah itu adalah jin qorin. Berarti kita telah mengundang jin itu untuk datang ke rumah. Wah, gawat! lni gara-gara percaya dengan mitos katanya.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah