‘Ramalan’ Rasulullah Tentang Majikan dan Pembantu

. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ: فَأَحْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتهَا. قَالَ: أَنْ تَلدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا.

“… Dia (Jibril) berkata, “Maka beritahukan kepadaku (wahai Muhammad) tentang hari kiamat.” Nabi saw menjawab, “Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya.”

Maka dia berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.” Nabi saw menjawab, “Jika hamba perempuan telah melahirkan majikannya,….”

Takhrij Hadits:

Hadits tersebut shahih, sebagaimana telah disepakati oleh Asy-Syaikhani (Bukhari dan Muslim).

 

Kenyataan dari yang “diramalkan”:

Satu lagi bukti kebenaran peramalan Rasulullah tentang tanda-tanda hari kiamat yang kini mulai tampak kenyataannya. Dalam “ramalannya” beliau mengatakan bahwa salah satu tanda dekatnya hari kiamat adalah banyaknya hamba perempuan yang melahirkan majikannya. Dari beberapa penafsiran yang dikemukakan ulama hampir semuanya sudah menjadi kenyataan.

Salah satu penafsirannya adalah banyaknya anak yang durhaka kepada orang tuanya terutama ibunya, sampai-sampai anak perempuan yang biasanya dikenal lebih penurut dan patuh daripada anak laki-laki juga sudah mulai mendurhakai ibunya. Ini dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu cepatnya sehingga tingkat pendidikan dan wawasan anak biasanya sudah lebih tinggi daripada orangtuanya. Di saat sang anak kurang beradab maka yang terjadi sang anak akan menganggap remeh orangtuanya, menganggap mereka ketinggalan zaman, kolot, bahkan bodoh. Akibatnya orangtua diperlakukan layaknya orang bodoh yang layak diperintah, disuruh-suruh, bahkan dipermainkan (naudzubillah).

Tidak jarang kita lihat di berbagai media bentuk-bentuk kejahatan seorang anak kepada orangtuanya. Di saat keinginan si anak tidak dipenuhi orangtua maka dengan sadis ia memperlakukan orangtuanya yang lemah. Malah pernah ada yang tega membunuh dan membakar orangtuanya.

Ibnu Hajar Al-Atsqolani dalam mengomentari hadits di atas berkata, “Ialah banyaknya terjadi perbuatan durhaka, sehingga seorang anak memperlakukan ibunya dengan perlakuan seorang majikan terhadap budaknya yaitu dengan mencaci maki, memukul dan memperbudaknya.”

Kenyataan lain yang kita lihat adalah banyaknya orang-orang kaya yang menghamili pembantu mereka baik melalui pernikahan maupun tanpa pernikahan yang akhirnya perempuan-perempuan ini yang melahirkan anak-anak majikannya sehingga walaupun statusnya sebagai ibu tapi tetap diperlakuan sebagai pembantu.

Umumnya lafazh rabb (majikan) di sini adalah karena bentuknya yang majaz, atau boleh juga diartikan dengan rabb yang mendidik. Sehingga lafazh tersebut berubah menjadi hakiki, yang menunjukkan terbaliknya keadaan di akhir zaman, dimana yang mestinya sebagai pendidik berbalik menjadi yang dididik.

Terlepas dari i apapun penafsiran dari hadits di atas kita hendaknya tetap menjaga sikap baik kita kepada kedua orangtua terutama kepada ibu yang mana keridhoan Allah tergantung pada keridhoannya. Ini untuk menjaga agar kita tidak termasuk mereka yang terlindas fitnah akhir zaman yang semakin berat.

 

 

Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN