Air sangat penting bagi kehidupan. Tanpa air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia tak dapat bertahan hidup. Sekitar 70% dari tubuh manusia merupakan unsur air. Wajar jika manusia mampu bertahan hidup lebih lama kendati tidak mengonsumsi makanan, ketimbang tidak memperoleh air. Tanpa air, makhluk hidup akan mengalami dehidrasi dan sulit mempertahankan hidupnya. Bagaimana rasanya kalau sehari saja kita tidak menemukan air untuk kehidupan manusia?
Bagaimana manusia mengatasi kekurangan air? Sebagian warga masyarakat masih percaya kepada praktik magis karena diyakini mampu menimbulkan kekuatan ghaib dalam menguasai alam maupun pikiran dan tingkah laku manusia. Salah satu wujud magis ialah yang disebut like effects like. Praktik magis ini didasari prinsip kesamaan dalam bentuk dan proses. Sebuah tiruan yang serupa akan menghasilkan hal yang dirupakannya. Pada musim kering para petani di Rusia menuangkan air melalui saringan dan air yang jatuh melalui saringan itu seperti hujan yang disertai guntur. Mereka meyakini bahwa penyiraman air dengan cara demikian dapat membuat hujan turun dari langit. Di India, saat terjadi kekeringan, penduduk desa setempat mendandani seorang bocah laki-laki dengan pakaian dari daun. Bocah dengan kostum dedaunan itu dinamai “Raja Hutan”. Segenap anggota keluarga memercikinya dengan air sampai basah kuyup sebagai ritual magis untuk mendatangkan hujan. Tentu semua ritual tersebut lebih mengedepankan ritual turun temurun serta adat istiadat daripada nilai-nilai Ketuhanan.
Di samping melakukan ritual magis, manusia modern menggunakan ilmu pengetahuan untuk menyiasati kekurangan air dengan CA menurunkan hujan buatan. Itulah hasil karya para ahli geofisika pada masa kini kendati air hujan hasil rekayasa kimiawi ini begitu terbatas, baik dilihat dari volumenya, maupun kualitas airnya. Hal ini lebih masuk akal, daripada menjalankan ritual magis yang tak jelas sumber dan asal- usulnya.
Kapan musim hujan datang? Itulah pertanyaan banyak orang ketika musim kemarau yang berlangsung begitu lama. Keterlambatan datangnya pasokan air hujan membuat para petani gigit jari karena gagal panen. Juga menurunnya debit air mengancam fungsi pembangkit listrik tenaga air. Bahkan, kekurangan air pun merambah rumah tangga kita sehingga kebutuhan cuci mencuci pun sulit. Lalu orang pun berusaha untuk menggali sumur lebih dalam lagi. Dalam al-Qur’an surat al-Jaatsiyah ayat ke-5 dijelaskan bahwa air hujan adalah sumber kehidupan bagi manusia, “Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang turunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.”