Banyak orang percaya pada sebuah khuraofat, bahwa rumah yang berada tepat di pertigaan jalan atau istilahnya rumah tusuk sate katanya akan membawa sial bagi keluarga penghuni rumah tersebut. Katanya, tempat seperti itu apabila untuk tempat usaha akan membawa sial, misalnya selalu rugi atau tertimpa musibah dan bencana. Tampaknya khurofat ini didukung dengan banyaknya kenyataan sial atau ada peristiwa bencana dihubung-hubungkan dengan tempat tersebut. Bahkan ada orang yang benar-benar yakin dengan katanya ini. Dan ia rela menjual rumahnya dengan harga murah. Padahal ia sudah membayarnya dengan biaya yang besar, gara-gara awalnya ia tidak percaya dengan katanya ini.
Dan ia nekat menempati rumah itu. Ia memang tidak percaya denga katanya. Namun, ia juga tidak punya benteng diri dengan do’a perlindungan atau dasar keimanan yang kuat dalam menolak katanya ini. Rumah yang akan dijual murah itupun sampai bertahun-tahun tidak laku. Karena banyak orang yang percaya dengan katanya ini.
Kisah-kisah semacam itu mungkin sering kita dengar dari mulut ke mulut. Bahkan beritanya sudah ‘mutawatir’. Karena saking banyaknya ‘perawi’ katanya. Tetapi berita yang berasal dari sumber katanya, tetap tetap tidak bisa dipercaya. Karena orang mempercayai sesuatu dari akidah islamiyah haruslah berdasarkan pada al-Qur’an atau Hadits Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan katanya disini tidak pernah dijelaskan dalam ayat maupun hadits, maka untuk menjaga kesucian iman, umat Islam wajib menolak keyakinan-keyakinan seperti itu. Dan apabila kita tinggal di rumah yang dikatakan rumah tusuk sate, atau ada penjualan rumah, kontrakan rumah tusuk sate dengan harga murah, maka kita jangan terpengaruh oleh katanya ini. Kita tetap berlindung kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya.
Majalah Ghoib sendiri, pernah mendapati seorang saudara muslim yang tetap lancer hidupnya meski tinggal di rumah tusuk sate. Sebut saja namanya Ahmad. Ia bisa dibilang taat beribadah. Ahmad membeli rumah tepat di pertigaan jalan Bawen, Jawa Tengah. Sebenarnya rumah itu sudah bertahun-tahun kosong dan akan dijual, tetapi belum ada yang membeli. Setelah rumah itu ia beli, kemudian ia membuka usaha bengkel sepeda motor merk terkenal. Ternyata usahanya maju dan orang yang mau servis sepeda motornya tidak menolak “bengkel tusuk sate” itu.
Iman kita kepada Allah menuntut kita untuk mengimani takdir-Nya. Sebagaimana yang disabdakan junjungan Nabi Muhammad SAW. “Ketahuilah, bahwa segala apa yang menimpamu, ia tidak mungkin akan meleset dari kamu. Dan segala apa yang meleset dari kamu tidak mungkin akan menimpamu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat. Dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah mengering.”
Sial atau rugi itu bersumber pada perbuatan dosa atau keimanan yang ternodai syirik. Allah SWT. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling nasehat menasehati dengan kebenaran dan saling nasehat menasehati dengan kesabaran.”
Untuk kepentingan itu, sebaiknya kita tidak mengotori iman kita dengan hal-hal dilarang. Seperti keyakinan soal kesialan pada rumah tusuk sate. Sebab, semua itu hanya katanya …
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah