Ruqyah Massal di Grand Hyatt

Mau parkir di mana?” “Terserah sajalah” itulah sepenggal percakapan dua karyawan hotel Grand Hyatt yang menjemput tim Ruqyah Majalah Ghoib. Kedua orang itulah yang rajin menggerakkan aktivitas keagamaan di hotel tersebut. Seberkas sinar yang menggembirakan, di tengah bayangan buruk perhotelan yang menjadi tempat berbagai bentuk pelanggaran moral. Kita bisa berharap banyak dari karyawan seperti mereka yang rajin menggerakkan kajian keislaman.

Hotel Grand Hyatt terletak di kawasan strategis, bersebelahan dengan Hotel Indonesia dan menghadap ke Tugu Selamat Datang dengan kitaran air mancur dan hembusan percikannya yang menyejukkan wajah. Di puncak Tugu Selamat Datang berdiri kokoh patung dua sosok manusia menantang langit dengan tangan terangkat ke atas. la adalah simbol selamat datang kota jakarta, tempat yang sering dijadikan ajang demontrasi para mahasiswa, buruh LSM maupun partai politik. Di hotel mewah itulah kali ini, tim Ruqyah Majalah Ghoib mengadakan acara ruqyah massal. Menurut H. Wanto seorang pengurus musholla Ash- Shomad yang menyelenggarakan ruqyah massal di Hotel Grand Hyatt, “Para pengurus musholla menjalin kerjasama dengan pihak manajemen hotel dan diberi dukungan penuh untuk menyelenggarakan berbagai kajian keislaman. Baik pekanan ataupun pengajian bulanan. Ada juga kegiatan keislaman yang khusus untuk karyawan atau khusus karyawati.”

Seperti sore itu, saat kemacetan di depan Hotel Grand Hyatt tidak lagi terelakkan ratusan karyawan rela menunda kepulangannya. Kali ini mereka menghadiri acara yang lain dari biasanya. Pihak pengurus musholla Ash-Shomad mengun- dang tim Ruqyah Majalah Ghoib mengadakan ruqyah massal. Mulai pukul 17.00 peserta ruqyah yang tidak lain adalah karyawan Hotel Grand Hyatt, SOGO dan beberapa perkantoran di sekitar Hotel Grand Hyatt mulai berdatangan.

Seorang ibu berkaca mata duduk santai di samping rak buku di lorong gang Musholla Ash-Shomad. la datang bersama dengan adiknya yang menjadi karyawan di hotel Grand Hyatt. Dengan tawa renyah adiknya bercerita bahwa teman kantornya sempat berkelakar, “Mbak mau diruqyah emang banyak susuknya?” ujar sang adik yang sengaja mengajak kakaknya mengikuti ruqyah massal.

Tanggapan bernada gurauan terhadap ruqyah bisa jadi tidak hanya dialami oleh kedua orang Iwanita tersebut karena informasi tentang ruqyah yang memang masih belum menjangkau seluruh karyawan. Sebagaimana terungkap dari pernyataan Masruri, seorang karyawan berseragam jas. Dari gaya pakaian, nampaknya ia bukan karyawan biasa. “Saya baru pertama kali dengar istilah ruqyah. Dan saya penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya ruqyah itu.”

Walau sebenarnya tidak semua peserta ruqyah merasa asing dengan terapi gangguan jin yang sesuai syariat ini. Seperti dikatakan seorang pemuda berkaos biru yang memperkenalkan dirinya bernama Ari. la adalah seorang perantauan dari Ponorogo. Ari mengaku bahwa orangtuanya adalah seorang Warok Ponorogo. Dan seperti orangtua lainnya, ia sangat berharap bahwa pada suatu saat anaknya akan mewarisi ilmunya. Untuk itu semenjak masih sekolah di TK orangtuanya sudah mengajarinya ilmu-ilmu dasar penguasaan reog Ponorogo.

Sekarang Ari mengaku memiliki kemampuan menarik benda pusaka dari alam gaib “Saya pernah beberapa kali menarik keris dari kali Ciliwung,” ujarnya. Ari merasakan benar akibat dari berhubungan dengan jin. la mudah tersulut emosinya. Untuk itu tiga bulan yang lalu, dia berusaha mengikuti terapi ruqyah dan alhamdulillah sekarang sudah mulai membaik. la hadir hari itu untuk mengetahui lebih jauh apakah memang ia sudah terbebas dari gangguan jin yang mengikutinya sejak kecil.

Ruqyah massal rupanya juga dihadiri oleh bayi-bayi mungil, sebut saja Syauqi. Bayi yang baru berumur tiga bulan dibawa serta oleh bapaknya, Asep. Sambil menggendong bayinya, Asep bercerita bahwa beberapa minggu yang lalu Syauqi selalu menangis setiap menjelang maghrib. Ini adalah suatu kebiasaan yang mengkhawatirkan. la takut kalau anaknya juga mendapat gangguan syetan.

 

Ratusan Karyawan Memadati Acara Ruqyah

Beragam alasan telah membawa karyawan hotel Grand Hyatt dan SOGO mengikuti kajian alam ghoib yang dilanjutkan dengan ruqyah massal. Sementara waktu terus beranjak senja dan peserta pun telah memenuhi musholla. Cukup mengesankan, peserta yang hadir lebih dari 250 orang. Sebuah pengajian yang bisa dibilang sukses, mengingat waktu pengajian yang mengambil sisa-sisa tenaga setelah seharian kerja.

Dalam ceramahnya, Ustadz Sadzali menyampaikan, “Beriman kepada yang ghoib bagi kita, ummat Islam, tidak perlu menunggu hasil penelitian dan tidak perlu menyaksikan tayangan-tayangan seputar keghoiban, karena informasi yang ghoib bagi ummat Islam bersumber dan barometernya hanya al-Qur’an dan as-Sunnah.

Sedemikian antusiasnya peserta sehingga ketika tiba sessi tanya jawab mereka langsung berebutan angkat tangan. Nampak seorang ibu berjilbab biru segera mengangkat tangannya, “Ustadz, anak saya yang berumur tiga tahun tidak mau dibacakan doa menjelang tidur. Dia berontak, “Sudah ma. Jangan baca doa ma,” keluh ibu itu. Ada juga peserta yang pernah melihat orang kesurupan tapi jinnya mengejek bahwa bacaannya jelek “Ustadz, jinnya mengaku bisa membaca lebih baik dari itu dan bahkan tertawa. Lalu apa yang harus dilakukan?”

Saat sessi tanya jawab itu sebenarnya sebagian besar peserta sudah ingin langsung. masuk pada ruqyah massal mengingat waktu yang semakin malam. Sementara sudah seharian mereka tidak bertemu dengan keluarga. Dan tepat pada jam tujuh ruqyah pun dimulai.

Sebelum pembacaaan ruqyah, ustadz Sadzali memberikan wejangan, “Kalau ada yang bereaksi tidak perlu ditertawakan. Karena yang tidak bereaksi sekarang tidak ada jaminan bahwa dia terbebas dari gangguan jin,” kata ustadz Sadzali. Selanjutnya lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca dengan tartil segera menghentak jin yang telah menyatu dalam tubuh pasien.

Beberapa menit kemudian seorang pemuda berbaju kuning langsung bereaksi keras. Dia menjerit di susul dengan seorang ibu yang tadi sempat bertanya. Setelah selesai ruqyah ibu tersebut berkeluh kesah bahwa kedua anaknya juga mengalami gangguan. Anaknya yang masih berumur enam tahun mengaku sering diikuti anak kecil yang tidak terlihat oleh orang lain. Sementara sang ibu sendiri merasa agak malas beribadah Sebenarnya untuk kasus semacam ibu tersebut yang hampir semua keluarganya mendapat gangguan dari jin sangat memungkinkan bahwa rumah si ibu perlu untuk diruqyah.

Selain itu ada seorang peserta yang berontak ketika diruqyah. la segera dikerubuti dan dipegang ramai-ramai. Dua jam lebih ia masih menjadi permainan jin. Ternyata jin pengganggu itu mengaku cinta kepadanya.

Mendengar cerita itu tidaklah mengherankan bila ia bereaksi cukup lama. Karena pengalaman ruqyah di Majalah Ghoib juga menunjukkan bahwa orang yang dicintai oleh jin akan membutuhkan ruqyah beberapa kali sampai jin tersebut semakin melemah dan pada akhirnya menyerah.

Waktu terus merambat memecah malam dan tanpa terasa jarum jam menunjukkan angka 9, ruqyah pun berakhir dengan menyisakan pekerjaan rumah bagi panitia. Pekerjaan untuk membersihkan aqidah jamaah pengajian musholla Ash- Shomad dan karyawan hotel, SOGO dan perkantoran di sekitar hotel secara bertahap. Mereka dituntut untuk bersabar dan tidak terburu-buru dalam berdakwah sehingga cita-cita untuk memperbaiki wajah perhotelan sedikit demi sedikit menuai buah yang manis.

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN