Salam Hanya Akan Diucapkan kepada Orang yang Telah Dikenal

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُسَلِّمَ الرَّجُلُ عَلَى الرَّجُلِ لا يُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلَّا الْمَعْرِفَة. (رواه أحمد)

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat, seseorang akan memberikan salam kepada orang lain yang tidak diucapkannya kecuali karena sudah dikenalnya.”

 

Tingkatan Hadits

Hadits ini dengan sejumlah jalurnya adalah hasan, sebab sanad-sanadnya satu dengan yang lain saling menguatkan.

 

Kenyataan dari yang Dinubuwwatkan

Benar apa yang diramalkan Rasulullah, di mana orang-orang Islam pada hari ini, telah menjadi lupa, atau sengaja melupakan salam. Sebuah bentuk penghormatan yang bernilai tinggi, yang dapat mewariskan kasih sayang. Kini kaum muslimin kembali tidak mengucapkan salam kepada orang lain (sesama muslim), kecuali di antara mereka telah terlebih dahulu saling mengenal. Sering sekali seorang muslim yang melintasi saudaranya sesama muslim, akan tetapi tidak mengucapkan salam kepadanya, hanya karena ia tidak pernah mengenalnya atau tidak terjalin hubungan persaudaraan di antara mereka. Dengan demikian, berarti sikap tersebut berseberangan dengan perintah Rasulullah, yang memerintahkan kita untuk menyebarkan salam kepada setiap muslim.

Yang lebih parah lagi, bila perintah menyebarkan salam kepada sesama kaum muslimin sudah menjadi aktivitas ibadah yang sangat asing. Jangankan memberi salam kepada seorang muslim yang tidak dikenalnya. Mengucapkan salam untuk orang yang telah dikenalnya atau yang terikat tali persaudaraan saja, rasanya sudah enggan dan merasa malu. Kaum muslimin telah mereduksi kebudayaan barat, yang katanya lebih gaul, seperti: Hallo, tos atau salam peace, selamat pagi dan sebagainya. Padahal jelas-jelas, budaya tersebut tidak memiliki makna cinta, dengan mendoakan keselamatan bagi saudaranya seperti yang tercantum pada makna “Assalamu ‘alaikum”. Dalam sebuah hadist shahih yang diriwayatkan oleh Imam Tirmudzi, dari Abi Yusuf Abdullah bin Salam ra, Rasulullah bersabda: “Wahai Manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi, dan sholatlah ketika manusia sedang lelap tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.”

Salam merupakan lambang “kecintaan” terhadap saudara kita sesama muslim. Dengan salam, persaudaraan sesama kaum muslimin semakin bersemai. Tatapan kosong serta berburuk sangka, kepada orang yang baru kita kenal di jalan, akan segera mencair, manakala kita mengucapkan salam dengan tulus kepadanya. Namun, lebih dari itu, di jaman yang semakin modern ini. Di mana batas-batas teritorial sudah semakin global. Suara-suara Sunnah Rasulullah, seperti mengucapkan salam, sudah semakin nampak redup. Negeri kita, yang sejatinya adalah hamparan gugusan pulau yang diberkahi, dengan kekayaan alam yang sangat melimpah. Sekarang rakyatnya harus hidup dalam suasana yang “prihatin”. Mungkin keberkahan itu akan kembali kita rasakan. Manakala Sunnah Rasulullah, seperti saling menebarkan salam, kembali kita amalkan. Wallahu a’lam..

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN