“Saya Pernah Ditanam Hidup-Hidup”

Ardhi (PNS, Peserta Kebatinan Lembaga Khaikal Fattah Khikan) :

Saya adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) di salah satu Instansi pemerintah. Saya kelahiran Pontianak dan sudah cukup lama berguru kepada Ustadz Andi Muslimin, Guru Besar Lembaga Khaikal Fattah Khikan. Saya memang tidak ikut dalam program pengajaran bahasa dunia, tapi ikut program kebatinan dan pengajian.

Sudah beberapa amalan dan ritual yang saya lakukan, tapi yang paling menarik adalah ritual ditanam hidup-hidup. Saya pernah disuruh ustadz puasa Senin-Kamis, serta pernah juga puasa selama 41 hari. Model puasanya seperti puasa Ramadhan, menjelang Shubuh makan sahur dan ketika Maghrib tiba saya berbuka puasa. Kata ustadz, puasa yang saya lakukan itu seperti puasanya Nabi Musa.

Kami berlima yang waktu itu menjalani ritual ditanam hidup- hidup. Saya sendiri telah menjalani ritual ini sebanyak dua kali. Pertama, saya dan teman-teman lain ditanam oleh ustadz sampai sebatas leher saja. Dan yang kedua, ditanam lagi hidup- hidup layaknya mayat selama kurang lebih 3 jam saat tengah malam. Tidak ada ritual tertentu yang saya jalani sebelum ditanam, juga tidak ada persiapan khusus, cuma sewaktu ditanam itu saya dalam keadaan puasa.

Semua tergantung instruksi dari ustadz. Kalau ustadz sudah memerintahkan, mau tidak mau kami harus siap dan taat. Kita pasrah seratus persen. Sewaktu tubuh saya telah diurug tanah, tubuh terasa sangat dingin. Untuk membantu pernapasan, kami diberi bambu, dari situlah kami mengatur keluar masuknya nafas. Kalau tidak pakai bambu, maka tubuh kita diurug semua dan hanya disisakan bagian hidung untuk bernafas.

Selama ditanam saya punya banyak pengalaman spiritual, diantaranya saya merasa ada keris yang datang menghampiri saya, tapi setelah saya beritahu- kan ke ustadz, beliau tidak mengizinkan saya untuk mengambilnya. Saya juga bisa menerawang kondisi kedua orang tua saya yang berada di Pontianak. Dengan mata batin, saya bisa melihat suatu negeri yang indah dan elok, yang belum pernah saya lihat sama sekali di alam nyata. Selama ditanam itu saya membaca syahadat, shalawat Nabi dan al-Fatihah yang ditujukan kepada para nabi, para wali agar kita bisa mendapatkan karamah mereka. Setelah ritual tanam hidup-hidup, saya merasa keimanan saya semakin meningkat, seakan- akan saya merasa telah memberikan jiwa dan raga saya kepada Allah. 
Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN