“Jika kalian ingin mendengar bagaimana ayat al-Qur’an diturunkan sesungguhnya, maka dengarkanlah bagaimana Ibnu Mas’ud membaca al-Qur’an”
Abdullah bin Mas’ud lebih masyhur dipanggil Ibnu Mas’ud. Jika dalam sebuah riwayat hadits kita menjumpai nama shahabat disebut hanya Abdullah saja, maka yang dimaksud adalah beliau. Beliau adalah salah seorang shahabat yang dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saking dekatnya dia dijuluki tukang sandal Nabi atau tukang bantal Nabi. Ini karena Ibnu Mas’ud banyak melayani kebutuhan-kebutuhan kecil Rasulullah. Saat di Mekah, Rasulullah telah mengizinkan Ibnu Mas’ud kecil untuk menyertai beliau dalam kesehariannya.
Ibnu Mas’ud termasuk dalam Assabiqunal awwalun (sahabat Nabi yang lebih awal masuk Islam). Dalam beberapa riwayat dia termasuk orang yang ke-6 masuk Islam itupun dalam usia belia.
Ketertarikannya masuk Islam berawal dari kedatangannya suatu hari di sekitar Ka’bah bersama paman-pamannya untuk berbelanja parfum. Berikut pendiskripsian Ibnu Mas’ud tentang yang dilihatnya di samping Ka’bah, “Aku sedang membeli minyak wangi dari Abbas. Ketika itu aku lihat ada seseorang berjalan dan di depannya ada seorang anak kecil sedangkan di belakangnya ada seorang wanita. Mereka thawaf dan kemudian setelah selesai mereka melakukan ruku dan sujud yang belum aku lihat sebelumnya dilakukan oleh Quraisy. Kemudian aku bertanya kepada Abbas, “Apakah ada agama baru pada kalian?” Abbas menjawab, “Itu adalah Muhammad keponakanku, yang kecil adalah Ali dan wanita itu adalah Khodijah.” Itulah awal Ibnu Mas’ud menyaksikan ibadah dalam Islam.
Perjumpaan dengan Nabi pun terjadi kembali ketika dia sedang menggembalakan kambing milik orang lain. Saat itu Nabi sedang bersama Abu Bakar. Mereka menghampiri Abdullah bin Mas’ud dan mencoba membeli susu dari salah satu kambingnya.
Namun Ibnu Mas’ud berkata, “Tuan, itu bukan kambing milik saya. Kambing itu milik majikan saya. Tugas saya hanya menggembala.” Suatu nilai kejujuran yang sangat mahal.
Karena Nabi dan Abu Bakar sangat membutuhkan susu, maka beliau meminta, “Kalau begitu pinjamkan kepadaku salah satu kambing betina yang belum dikawini oleh yang jantan.” Ibnu Mas’ud tampak heran dengan apa yang akan dilakukan Nabi terhadap kambingnya. Dia lalu membawakan apa yang diinginkan Nabi. Sambil menanti apa yang bakal terjadi.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam lalu dengan memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala, mengusap punggung kambing tersebut. Dan sungguh satu mukjizat, tubuh kambing itu serta merta menjadi gemuk dan perutnya membesar penuh dengan susu. Ibnu Mas’ud terpana dengan apa yang baru saja disaksikannya. Sementara Nabi dan Abu Bakar melepas dahaga dengan menikmati susu segar.
Seketika itu juga Ibnu Mas’ud dengan usianya yang masih belia meminta imbalan terhadap jasa yang telah diberikan kepada Nabi, “Ajarkan padaku suatu ilmu.” Rasulullah lalu mengusap kepala Ibnu Mas’ud sambil berkata, “Kamu adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang tinggi.”
Sejak peristiwa itu Ibnu Mas’ud menyatakan keislamannya. Tidak tanggung-tanggung dia berani mengikrarkan keislamannya di hadapan Abu Jahal. Kontan Abu Jahal waktu itu menampar wajah Ibnu Mas’ud namun tanpa disangka Ibnu Mas’ud membalas perlakuan Abu Jahal dan akhirnya lari sedang Abu Jahal tak mampu mengejarnya.
Dalam perang Badar Ibnu Mas’ud mencatat sejarah monumental, Dimana setelah Abu Jahal terluka dan dijatuhkan oleh beberapa sahabat. Ibnu Mas’ud naik dan menginjak dada Abu Jahal. Abu Jahal sempat berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Wahai gembala kecil, kau telah berhasil mendaki sesuatu yang sangat sulit.” Dengan sekali gerakan Ibnu Mas’ud mengayunkan pedangnya menebas leher Abu Jahal. Tamatlah riwayat musuh Islam itu.
Beginilah Seharusnya Pelajar Muslim
Ibnu Mas’ud juga mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi. Dia berusaha mengikuti Rasululah kemana pun beliau pergi. Ini untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Dia rela untuk melayani kebutuhan- kebutuhan kecil Nabi. Tidak heran jika kelak Ibnu Mas’ud termasuk sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits Nabi. Selain itu setiap kali ayat al-Quran turun Ibnu Mas’ud langsung menghapalkannya.
Perawakan tubuh Ibnu Mas’ud terbilang unik. Badan kecil dan kurus namun perutnya sedikit buncit. Larinya cepat. Betisnya juga kecil hingga suatu ketika dia memanjat sebuah pohon dan betisnya yang kecil terlihat. Beberapa orang yang melihatnya sempat menertawakan betisnya namun Rasulullah berkata, “Apa yang kalian tertawakan. Sungguh betis Ibnu Mas’ud lebih berat (keutamaannya) dari gunung Uhud di hari kiamat kelak.” Inilah pujian Rasulullah yang menunjukan keutamaan Ibnu Mas’ud.
Pada perjalanannya menuntut ilmu, Abdullah bin Mas’ud menduduki peringkat tertinggi untuk masalah bacaan al-Qur’an. Rasulullah memerintahkan kepada para shahabatnya untuk merujuk kepada Ibnu Mas’ud dalam masalah bacaan al- Qur’an.
Abdullah bin Masud juga dikaruniai suara yang indah dan merdu sehingga beberapa sahabat mendengarkan alunan suaranya membaca al- Qur’an. Rasulullah pun pernah berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Bacakan kepadaku al-Qur’an wahai Ibnu Mas’ud.” Ibnu Mas’ud heran, “Bagaimana mungkin saya membacakan al-Qur’an kepadamu sementara al Qur’an turun kepadamu?” Rasulullah menjawab, “Saya suka mendengarkan ayat al- Qur’an dari selainku.”
Ibnu Mas’ud lalu melantunkan surat an-Nisaa sementara Rasulullah mencucurkan air mata mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, sampai akhirnya Ibnu Mas’ud membaca sampai ayat ke 41 Rasulullah tidak sanggup lagi menahan kesedihan beliau, “Cukup…cukup…. sudah cukup wahai Ibnu Mas’ud.” Ibnu Mas’ud menghentikannya dan melihat ke wajah Rasululah ternyata jenggot beliau sudah basah dengan air mata.
Dengan kedudukan tertingginya di suatu bidang ilmu, tidak membuat Ibnu Mas’ud puas. Semangat menuntut ilmunya tergambar dari pernyataannya, “Kalau ada orang yang mempunyai ilmu tentang al-Qur’an yang tidak aku ketahui, selama orang itu masih bisa ditempuh oleh untaku, maka aku pasti akan mendatanginya untuk belajar.”
Demikian salah satu sejarah hidup seorang sahabat yang tidak berkurang kemuliaannya dan semangatnya berbuat untuk kemuliaan Islam dengan kondisi fisik yang mungkin dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Justru Ibnu Mas’ud sampai hari kiamat adalah rujukan untuk bacaan al- Qur’an.
Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M