“Terus-terus. Ke kiri sedikit” teriak seorang juru parkir sambil memegang peluit yang tidak sempat dibunyikan, bergema di sela-sela mobil yang sedang merapat di samping sedan warna merah di halaman Sofyan hotel. Itulah kata-kata pertama yang sempat Ghoib tangkap dari arah Sofyan Hotel, sesaat setelah turun dari bajaj. Juru parkir itu sedang menata dua mobil yang sedang parkir di depan hotel, sementara sekitar enam mobil lainnya berderet rapi di samping kiri sofyan hotel.
Suasana masih lengang. Hanya terlihat satu dua orang yang berjalan dari pintu utama dengan menenteng sesuatu di tangan kirinya. Sementara deru mobil di jalan Cikini Raya yang hanya berjarak dua meter dari tempat Ghoib berdiri sedikit memekakkan telinga. Ghoib bergegas menghindari sumber kebisingan dan mencari ruangan seminar. Hitung-hitung bisa istirahat sebentar. “Pak, ruangan seminar alam ghoib dimana?” tanya Ghoib kepada pak Alex, seorang satpam yang kebetulan sedang bertugas di pos satpam. “Silahkan masuk melewati pintu utama dan belok kanan. Tempatnya di lantai dua” jawab pak Alex dengan sopan.
Dari luar hotel, melewati kaca tembus pandang, terlihat empat lima orang yang sedang asyik menikmati makanan di ruang makan. Begitu pintu kaca terbuka, ruangan makan itu nampak lebih mengundang selera. Ya, deretan meja dan kursi itu tertata rapi, dengan gelas-gelas yang disesuaikan dengan jumlah kursi yang ada. Sementara menu makanan telah disiapkan sedemikian rupa agar mudah dijangkau dari segala sudut.
Sementara ruangan seminar yang terletak di lantai dua terlihat masih kosong. Hanya ada tiga petugas registrasi yang duduk di belakang kursi panjang. Sangat kontras dengan acara-acara yang biasanya diisi oleh tim ruqyah majalah Ghoib. Padahal acara itu akan dimulai setengah jam lagi. Selang beberapa menit kemudian barulah terlihat seorang bapak berumur 35 tahunan menuju bagian pendaftaran diikuti oleh seorang pemuda. “Sebenarnya yang mendaftar acara ini cukup banyak. Tapi mereka belum datang,” kata bagian pendaftaran saat ditanya tentang sepinya acara ini. Ya, Peserta bisa saja datang agak terlambat mengingat hari ini adalah hari kerja. Dan mereka masih terjebak di kemacetan Jakarta. Sesuatu yang tidak bisa dihindari hingga sekarang.
“Ali,” demikian kata yang meluncur dari bibir bapak yang baru mendaftar tadi, setelah berjabatan tangan dengan Ghoib. la adalah seorang karyawan BPPT yang tinggal di Pedati Kampung Melayu. la tertarik mengikuti seminar setelah membaca iklan di Majalah Ghoib. la menuturkan bahwa selama ini ada sedikit pertanyaan yang mengganjal apakah keluhan yang dialaminya selama ini merupakan efek psikologis dari dunia kerja ataukah memang ada gangguan jin. “Semoga seminar ini bisa menguak tabir itu,” ujar pak Ali dengan wajah berbinar memancarkan harapan yang digantungkan pada acara ini.
Dunia kerja dengan segala permasalahannya memang menjadi masalah tersendiri. Kalau tidak disikapi dengan arif dan bijaksana bisa menjerumuskan seseorang kepada hal-hal yang berbau syirik. Walau saat itu dia sadar bahwa langkah yang ditempuhnya itu salah. Tetapi terkadang keadaan memaksanya.
Itulah realita yang diungkapkan Narno yang ikut bergabung dalam perbincangan segitiga di kursi panjang dekat pintu. Dengan senyummya yang khas, Narno menceritakan bagaimana permainan klenik di tempatnya bekerja. Sebuah perusahaan besar dibilangan segitiga emas, di jalan Jendral Sudirman, Persaingan dan resiko kerja dinilai cukup berat. Apalagi perusahaan tempatnya bekerja memiliki perkebunan sawit di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dan setiap saat bisa saja karyawan yang di Jakarta mendapat tugas ke perkebunan di daerah Dayak, Kalimantan atau daerah pedalaman lainnya. Bila demikian, maka dia harus bersiap-siap untuk mengalami resiko terburuk, menjadi korban santet, misalnya. Seperti yang dialami seorang atasannya yang telah dua kali mendapat kiriman santet. Akibatnya, saat ini sang atasan mengkoleksi banyak jimat di rumahnya.
Cukup menarik memang kisah yang melatarbelakangi keikutsertaan orang-orang kantoran dalam dialog interaktif seputar jin, kesurupan dan ruqyah ini. Namun, perbincangan itu harus dihentikan saat adzan maghrib menggema dari mushala yang terletak di lantai satu.
Dengan adzan tadi menandakan pergantian waktu. Matahari sudah tidur di peraduannya digantikan oleh bulan tsabit yang sejak setengah jam lalu telah menunggu. Sang bulan itu ditemani beberapa bintang yang berkedap-kedip seperti lampu pijar, siap menerangi malam dengan sinarnya yang redup. Cuaca cerah, tidak ada awan yang menggantung di atap langit, ataupun hembusan angin kencang. Indah memang suasananya, seindah harapan yang digantung pada acara ini.
Dalam suasana demikian, deru mobil taxi masuk ke halaman hotel mengantarkan team ruqyah majalah Ghoib. Selanjutnya satu persatu peserta seminar berdatangan. “Assalaamualaikum” sambut seorang panitia kepada sepasang suami istri yang baru datang. Selanjutnya mereka berdua nampak asyik memilih satu dua majalah yang terjajar rapi di atas meja pendaftaran. “Yang ini saja,” ujar sang istri sambil menunjuk ke salah satu majalah. Sementara peserta dialog yang kebetulan masih karyawan dari Sofyan Hotel, terlihat asyik dengan dunianya. Ya, empat orang berdasi itu duduk berjejer di kursi panjang sambil masing- masing memegang satu majalah di tangannya. Ternyata mereka sedang beraksi di hadapan kamera yang mengabadikan kebersamaan mereka. Asyik, menyaksikan keceriaan mereka.
Waktu terus berlalu. Dan tak bisa dihentikan walau hanya sedetik. Maka mau tak mau acara harus segera dimulai, meski peserta dialog baru berkisar lima puluhan. Tepat pukul 19.40 WIB, Zaenal sebagai panitia membuka dialog yang diisi langsung oleh ustadz Junaidi, Lc. Setelah pembukaan acara, barulah Ghoib memiliki kesempatan berbincang-bincang dengan Zaenal yang kebetulan bertanggung jawab atas terselenggaranya acara ini.
“Hotel sofyan sebagai hotel syariah ingin ikut ambil bagian dalam dakwah. Dengan menjembatani kalangan menengah ke atas untuk mengikuti kajian alam ghoib dari sumber yang benar. Karena kalangan menengah ke atas terkadang enggan mengikuti hal semacam ini di masjid-masjid yang free of charge,” ujar Zaenal menjelaskan alasan penyelenggaraan acara ini di hotel berbintang tiga. Zaenal memang tidak menutup mata bahwa selain tujuan dakwah tadi ada maksud lain, dan itu sah-sah saja karena memang pada hakekatnya seluruh aktifitas seseorang harus dimaknai untuk dakwah. “Selain itu kita ingin memperkenalkan bahwa hotel Sofyan sudah menerapkan sistim syariah,” ujar Zaenal dengan penuh kebanggaan.
Ini adalah harapan mulia, yang semoga berbanding lurus dengan niat peserta dialog yang nampaknya memang datang dari kalangan menengah ke atas. Ya, mereka menyimak ceramah ustadz Junaidi Lc yang diselingi dengan cerita nyata yang terjadi di majalah Ghoib. “Keimanan kita kepada yang ghoib sedang diacak- acak dengan cerita dan tayangan di televisi yang menyesatkan. Yang hanya mengambil sumber dari katanya. Sedangkan dunia ghoib hanya bisa diketahui melalui Al-Qur’an dan hadits,” ujar ustadz Junaidi.
Ustadz Junaidi mencoba menyadarkan peserta ruqyah bahwa dunia jin memang ada. Ironisnya ada sebagian orang yang melakukan kerjasama dengan jin. Baik katanya untuk tujuan baik maupun buruk. Akibatnya masyarakat sulit membedakan antara karamah dan sihir. Kasihan masyarakat yang mudah tertipu oleh sesuatu yang bersifat fatamorgana.
Keseriusan peserta ruqyah itu semakin tinggi kesempatan saat sesi tanya jawab. Nampak beberapa orang berebutan memperoleh menyampaikan permasalahannya yang sudah dipendamnya bertahun-tahun. Mereka berharap ustadz Junaidi bisa memberikan solusinya. Seperti Bambang, lelaki berumur empat puluhan tahun asal Sumur Batu itu mengeluhkan tentang anaknya yang selalu mendapat gangguan saat sedang shalat. la seringkali tidak ingat sudah shalat berapa rakaat.
Lain lagi dengan cerita ibu Shalawati asal Rawamangun, yang selalu merasa cemas berlebihan. Ibu Shalawati menceritakan awal mula derita itu, “Awalnya suatu saat saya tidur malam sekitar jam dua. Tiba-tiba saya melihat ada seberkas cahaya melayang dari sudut kamar. Cahaya itu langsung menghantam dada saya hingga saya terjungkal.” Dalam dialog itu terkadang peserta tertawa karena mendengar pertanyaan atau keluhan yang terdengar lucu.
Ruqyah Massal di Hotel Berbintang Tiga
Setelah sesi tanya jawab itu dilanjutkan dengan ruqyah massal. Meski waktu sudah beranjak malam dan memang akan sangat melelahkan, meruqyah orang dalam jumlah lima puluhan itu secara maksimal. Apa boleh buat, agenda acara sudah dibuat. Maka tidak ada pilihan lain ruqyahpun harus dilakukan.
Setelah seluruh peserta disuruh rebahan, ustadz Syafiuddin mengambil mikrophon, la mulai mengancam jin yang bersarang dalam tubuh peserta untuk segera keluar sebelum terbakar oleh ayat-ayat Allah. Satu dua hitungan dimulai, dari sisi ibu-ibu mulai terdengar reaksi keras, jeritan melengking segera menyebar ke seluruh ruangan. Ternyata jin yang merasuk ke dalam tubuh ibu Shalawati sudah kepanasan. Dengan segera ia didekati ustadz Junaidi. Di barisan bapak-bapak juga terjadi reaksi yang sama, Narno mengerang seperti macan. Rupanya dahulu dia pernah mempelajari ilmu beladiri beberapa tahun. la baru sadar sekarang bahwa jin itu masih bersarang dalam dirinya.
Reaksi demi reaksi bermunculan dari beberapa orang, meski itu tidak terlalu keras. Seperti yang dialami Ayu, gadis yang saat itu belum sempat mengenakan jilbab itu terlihat mengalami gangguan saat acara terapi dimulai. la berbaring dengan gelisah. Sesekali duduk dan bersin-bersin. Dengan saputangan kehijauan ia nampak sibuk menyeka bersin. Selanjutnya ia mencoba memisahkan diri dari jamaah perempuan dan duduk bersandar di tembok. Sambil terus menerus bersin.
Saat itu ghoib sudah curiga ada sesuatu yang terjadi pada diri perempuan muda itu, setelah didekati ghoib sehabis acara barulah cerita yang sebenarnya dapat terungkap. la mengaku bahwa sudah sejak kecil ia memiliki kemampuan melihat makhluk ghoib. Sudah ribuan kali ia menerima bisikan-bisikan dari makhluk ghoib itu. Sampai detik ini ia masih bertanya-tanya apakah memang ada jin yang bersifat baik? Karena selama ini ia tidak merasa mendapat gangguan bahkan jin itu selalu mengingatkannya ketika ia telat shalat atau membangunkannya untuk shalat shubuh. Sebuah tipuan dari jin karena pada saat yang lain ia merasa bahwa jin-jin itu selalu membisikkan bahwa orang itu sifatnya tidak baik maka berhati-hatilah.
Demikianlah, akhirnya dialog dan seminar itu diakhiri pada jam sepuluh malam, dengan menyisakan pekerjaan rumah bagi semua pihak yang terlibat. Ya, ruqyah malam itu tidak seperti biasanya yang ditinjaklanjuti dengan ruqyah secara satu persatu. Apa boleh buat, peserta yang merasa mendapat gangguan dan belum tertangani disarankan untuk mengikuti terapi keesokan harinya.
Hari Sabtu dan Ahad dikhususkan untuk ruqyah. Pada hari Sabtu, ruqyah dimulai pada pukul 10.00. Peserta ruqyah yang telah terdaftar ada 20 orang. Semula pihak hotel menyediakan kamar no. 228 untuk pelaksanaan ruqyah ini. Tetapi kamar yang disediakan tidak muat menampung 20 orang yang harus tiduran ketika diruqyah. Akhirnya diputuskan untuk dipindahkan ke musholla hotel. Selepas sholat Dhuhur, ruqyah dilanjutkan di kamar 228, karena peserta ruqyah tinggal 7 orang. Bersamaan dengan datangnya waktu Asar, ruqyah hari selesai.
Pada hari Ahad, para peserta ruqyah lebih banyak lagi. Hari itu 35 orang datang dengan berbagai keluhan yang mereka hadapi. Sudah berbagai upaya mereka lakukan. Dari mendatangi para dokter spesialis hingga paranormal. Keluhan pun beraneka ragam. Dari kekhawatiran ada jin karena dulu pernah mengikuti beladiri tenaga dalam, rasa malas, bisikan-bisikan, meninggalkan rumah dengan tiba-tiba hingga sulit mendapatkan jodoh.
Ruqyah, pengobatan Islami yang diajarkan Nabi berusaha memberikan solusi Islami bagi kalangan menengah ke atas di hotel Islami, Hotel Sofyan. Masalah selesai, aqidah tak tergadai.
Ghoib, Edisi No. 15 Th. 2/1425 H/ 2004 M