Syetan memiliki perilaku dan kebiasaan yang sudah pasti rusak Karena merekalah sumber kerusakan. Dan perilaku itu bisa saja dilakukan oleh manusia. Padahal, secara nyata perilaku ini bertentangan dengan agama.
Karenanya, agar tidak ikut- ikutan memasyarakatkan perilaku syetan ini, ikuti serial perilaku syetan berikut ini serta sikap yang harus kita lakukan.
1. Makan dan Minumlah dengan Tangan Kanan
Kanan selalu menjadi simbul kebaikan. Sebaliknya kiri akan mewakili simbol kejahatan. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Bahkan Al-Qur’an sendiri memanggil penduduk surga dengan Ashhabul Yamin (Golongan kanan) sedangkan penghuni neraka dipanggil dengan Ashhobus Syimal (Golongan kiri).
Syetan selalu menggunakan kiri untuk aktifitas makan dan minumnya. Sadar ataupun tidak, kita sudah sering terjebak. Terjebak dengan ikut-ikutan menggunakan tangan kiri untuk makan dan minum misalnya. Padahal secara tegas Rasulullah telah mengatakan bahwa itu adalah perilaku syetan. Demikianlah Ibnu umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian makan dan minum dengan tangan kiri. Karena sesungguhnya syetan makan dan minum dengan tangan kiri.” (HR. Muslim)
Memang, kebiasaan makan dengan tangan kanan, terkadang menjadi sesuatu yang sulit bila tidak dilakukan dan diajarkan sejak dini. Dengan memberi contoh terlebih dahulu kepada anak-anak yang ada di sekitar kita. Bila perlu dengan mengajak mereka makan bersama. Seperti yang telah dilakukan Rasulullah. Saat makan bersama Umar bin Abi Salamah yang saat itu masih kanak-kanak Rasulullah menasihatinya. “Nak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Mengambil dan Memberi Sesuatu dengan Tangan Kanan
Memberi atau mengambil dengan tangan kiri itu perbuatan tercela. Baik dari sisi pandang agama ataupun etika. Ambillah contoh memberi. Bila ada seseorang memberi sesuatu kepada kita dengan tangan kiri, pasti kita merasa terhina. Terasa seakan kita sedang dilecehkan.
Demikian pula halnya dengan mengambil sesuatu. Apa susahnya mengambil dengan tangan kanan. Itu hanya faktor kebiasaan saja. Tapi jangan menganggap remeh kebiasaan ini. Kebiasaan yang berasal dari tangan-tangan syetan.
Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Hendaklah setiap orang makan dan minum dengan tangan kanan. Hendaklah la juga mengambil dan memberi dengan tangan kanan. Karena sesungguhnya syetan itu makan dan minum dengan tangan kiri, memberi dengan tangan kiri dan mengambil dengan tangan kiri.” (HR. Ibnu Majah).
3. Jauhilah Sikap Keterburu-buruan
Dalam bekerja seringkali kita terburu-buru dan ingin segera menyelesaikan pekerjaan itu. Padahal apa yang kita kerjakan itu masih jauh dari harapan. Tapi perasaan kita sudah tidak tenang dan ingin segera mengakhirinya. Hasilnya, sudah bisa ditebak bahwa pekerjaan kita kurang memuaskan. Atau karena kurangnya persiapan kita untuk sebuah rencana, akhirnya kita terburu- buru ketika masanya tiba dan kita belum siap.
Hal semacam ini bisa jadi merupakan satu dari sekian gangguan jin. Ini bukan mengada-ada, tapi fakta di lapangan menunjukkan demikian. Cukup banyak pasien ruqyah yang datang ke majalah Ghoib mengeluhkan gangguan semacam ini.
Ya, jin bisa menyusup ke dalam jasad manusia dan langsung menyerang otak. Setelah berada di otak yang menjadi pusat pengendalian syaraf, jin itu melaksanakan rencana busuknya dengan leluasa. Membuat kita terburu-buru, Ini bukan berarti mencari kambing hitam atas kesalahan yang kita lakukan.
Rasulullah sendiri telah memperingatkan hal ini, sejak empat belas abad yang lalu, “Kehatihatian itu berasal dari Allah, sedangkan terburu-buru berasal dari syetan.” (HR. Tirmidzi).
Karenanya, waspada bila sifat terburu-buru itu selalu menyertai kita. Siapkan dengan matang rencana-rencana esok hari dan bekerjalah dengan tenang agar kita tidak seperti syetan yang selalu terburu-buru.
4. Buang Jauh-jauh Sifat Boros
Dalam kamus ekonomi, sifat boros merupakan sifat berbahaya yang bisa mengancam keharmonisan rumah tangga. Bayangkan, bila seorang istri yang bertugas mengatur keuangan keluarga, tidak bisa mengatur keuangannya dengan baik. Sementara penghasilan suami bisa dibilang hanya paspasan saja. Yang lebih parah lagi. jika suaminya termasuk orang yang boros. Maka yang terjadi adalah percekcokan dan perselisihan. Masalah yang kelihatannya sepele ini bisa berakibat fatal. la bisa berujung pada ketidakharmonisan rumah tangga.
Secara lebih jauh, Allah menyebutkan bahwa pemboros itu temannya syetan. “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku boros itu adalah teman-temannya syetan.” (QS. Al-Isra: 27).
Tapi jangan salah mengartikan sifat boros, Karena sifat ini tidak terkait dengan sedikit banyaknya uang yang dibelanjakan. Pemberian lebel boros lebih terkait dengan alokasi uang kita. Pembelanjaan harta untuk sesuatu yang sia-sia, itulah sifat boros.
Karena itu Mujahid, seorang ulama tafsir berpendapat, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya untuk sesuatu yang benar, maka ia tidak termasuk orang yang berlaku boros. Sebaliknya walau dia hanya menginfakkan sebagian kecil hartanya untuk sesuatu yang sia-sia maka ia telah berlaku boros.”
Bila demikian, tentu setiap orang berhak menjadi hakim atas dirinya sendiri, apakah ia termasuk temannya syetan atau bukan.
5. Berkacak Pinggang dalam Shalat
Mungkin anda tidak percaya saat mendengar ada orang berkacak pinggang ketika shalat. Tapi hal ini mungkin saja terjadi, meski bukan di sekitar kita. Buktinya Rasulullah sendiri melarang seseorang berkacak pinggang dalam shalat. Sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, “Sesungguhnya Rasulullah melarang seseorang shalat sambil berkacak pinggang.” (HR. Bukhari Muslim).
Berkacak pinggang dalam hadits di atas ditafsirkan oleh sebagian ulama berdasarkan sebuah riwayat bahwa itu adalah perilaku Iblis ketika terusir dari surga. Dan riwayat lain dikatakan bahwa itu adalah istirahatnya ahli neraka. Dan Iblis termasuk ahli neraka.
Dari sini semakin jelas bagaimana syetan itu mempengaruhi seseorang, sehingga saat-saat shalat pun masih juga dibuat berkacak pinggang untuk menunjukkan kesombongan.
Karena itu, sudah selayaknya kita waspada terhadap hal-hal yang kelihatannya sepele dalam kehidupan kita. Tapi ternyata perbuatan itu menjadi lambang penguasaan syetan atas seseorang.
Ghoib, Edisi No. 13 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M