Serial Perilaku Syetan 2

Jangan Tiru Perilaku Syetan 2

1. Jangan Menengok ke Kanan atau Kiri ketika Shalat

Lagi-lagi shalat menjadi incaran syetan. Dengan berbagai cara, syetan membuat orang yang shalat tidak sadar, matanya melirik ke kiri atau kanan. Sayangnya, terkadang jamaah shalat sendiri membantu tugas syetan. Jamaah itu dengan seenaknya saja memakai pakaian yang sebenarnya tidak layak dan kurang pantas dipakai shalat.

Betapa sering kita melihat seseorang memakai kaos dengan tulisan atau gambar yang menarik perhatian jamaah di belakangnya. “100 % Smokers die (seratus persen para perokok akan mati” tulisan itu menarik perhatian, sehingga jamaah yang di belakangnya terpancing untuk membacanya. Selanjutnya bisa ditebak, ia tidak bisa khusyu’.

Rupanya hal ini tidak luput dari perhatian Aisyah. Ia bertanya kepada Rasulullah akan hal ini. Tidak tanggung-tanggung Rasulullah langsung menuding bahwa itu adalah ulah syetan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Aisyah berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah tentang hukum menengok ketika shalat. Rasulullah menjawab, “Itu adalah curian syetan atas shalat seorang hamba.” (HR. Bukhari).

Karena itu, pakailah pakaian yang layak ketika shalat. Pakaian yang tidak mengganggu orang lain. Dan setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Tempat sujud. Sehingga perhatian tidak mudah terkecoh. Selanjutnya, pusatkan pikiran pada bacaan shalat. Insya Allah syetan gagal mencuri shalat kita.

 

2. Jangan mengacungkan senjata kepada orang lain

“Jangan pernah bermain api,” kata pepatah. Dalam kehidupan sehari-hari, api itu bisa berwujud benda lain. Ya, jangan bermain-main dengan senjata tajam, bila tak ada gunanya. Pisau, pedang atau senjata modern. Pistol, misalnya.

Bercanda untuk menghilangkan kepenatan pikiran, memang tidak menjadi masalah. Tapi bukan pada tempatnya bila bercanda menggunakan senjata. Apalagi sampai mengacung-acungkannya. Syetan akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ini untuk menggerakkan tangan kita. Dan ketika penyesalan sudah terlambat. Senjata itu telah bergerak. Itulah yang terjadi di Tangerang tanggal 28 Februari lalu. Seorang anggota brimob yang bertugas melatih satpam pabrik, akhirnya menembak salah seorang satpam yang sedang dilatihnya. Hanya karena berlebihan dalam bercanda. la mengira pistol itu sudah terkunci, ternyata “door” pelornya menembus kaki sang satpam.

Itu adalah keteledoran yang tetap harus diproses secara hukum. Kesalahan yang tidak boleh terulang, oleh siapa saja, Sesungguhnya Rasulullah sudah memperingatkan kita untuk tidak bermain-main dengan senjata. Sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, “Janganlah salah seorang dari kalian mengacungkan senjata kepada orang lain. Karena dia tidak tahu barangkali syetan akan mempe ngaruhi untuk membunuhnya. Lalu dia masuk neraka.” (HR. Bukhari muslim)

Mengerikan. Acungan senjata itu membuat malaikat marah dan mencela pelakunya. Celaan yang tidak terhenti selama senjata itu masih tetap mengancam nyawa orang lain. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengacungkan senjata kepada temannya, maka malaikat akan terus melaknatnya sampai dia menghentikannya. Meskipun orang itu adalah saudara sebapak atau saudara seibu.” (HR. Muslim).

Inilah bukti kuatnya perhatian Islam untuk melindungi nyawa seseorang. Bukan seperti yang terjadi di negeri ini, nyawa terasa murah harganya. Hanya karena uang seribu, nyawa pun melayang.

 

3. Hindari Berbicara Berdua, Sementara Ada Orang Ketiga

Syetan memang pintar memanfaatkan setiap celah yang ada. Sekecil apapun itu. seperti saat sedang asyik bercakap- cakap bertiga. Dengan cara yang sangat halus, syetan merusak persahabatan yang ada di antara mereka la menebarkan pengaruhnya dengan membetikkan suatu pembicaraan yang hanya layak diketahui oleh satu temannya saja. Sementara yang lain tidak boleh tahu. Karena pembicaraan itu bersifat rahasia. Akibatnya, mereka berdua berbicara dengan berbisik-bisik.

Dalam tinjauan Islam, perbincangan semacam ini jelas terlarang. Karena berasal dari syetan. Allah berfirman, “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari syetan.” (QS. Al- Mujadilah: 10)

Ulama tidak hanya menafsirkan “Najwa” sebatas berbisik-bisik. Tetapi lebih jauh lagi perbincangan dengan bahasa daerah atau bahasa asing yang tidak dipahami oleh yang lain. Rupanya hal ini sering kali kita lakukan. Saat bertemu dengan teman satu daerah, seenaknya saja kita langsung berbicara dengan bahasa daerah. Padahal ada satu orang lagi yang bersama kita. Bila memang harus berbicara dengan bahasa daerah, seyogyanya kita minta izin terhadap teman kita atau bila perlu menjelaskan maksud perbincangan itu secara umum agar tidak menyinggung perasaannya.

Rasulullah bersabda, “Bila jumlah kalian ada tiga orang, maka janganlah dua orang di antara kalian berbicara sendiri (dan mengacuhan teman satunya) tanpa seidzin orang ketiga. Karena yang demikian itu membuatnya sedih.” (HR. Muslim)

Sendiri itu tidak mengenakkan. Terlebih bila kesendirian itu muncul di tengah kebersamaan.

 

4. Buang jauh Sifat Pemarah

Dalam keseharian kita betapa sering kita melihat orang marah, Saat berjalan di trotroar, di pasar, di kantor atau mungkin di rumah kita sendiri. Entah apa yang terjadi sehingga berbagai permasalahan itu harus diselesaikan dengan marah. Apakah memang sudah tidak ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah itu? Perhatikanlah berbagai acara di televisi Raut kemarahan, teriakan histeris, sampai tamparan atau benda yang melayang mewarnai dunia hiburan di tv. Kemarahan itu bukanlah sekedar bumbu. Tapi cermin keseharian kita.

Untuk itu, kita harus lebih berhati-hati agar tidak mudah marah atau memancing kemarahan orang lain. Karena kemarahan itu berasal dari syetan, seperti yang disebutkan dalam beberapa hadits, Di antaranya hadits riwayat Abu Wa’il, ia berkata, “Suatu hari saya bertemu dengan Urwah bin Muhammad yang sedang berbicara dengan seseorang, (entah mengapa) dia kelihatan marah sekali. kemudian dia berdiri lalu berwudlu. Kata Urwah setelah kembali, “Ayah berkata kepadaku dari kakek bahwa Rasulullah berkata, “Sesungguhnya kemarahan itu berasal dari syetan. Sedangkan syetan diciptakan dari api, dan api dipadamkan dengan air. Karenanya bila salah seorang dari kalian marah, segeralah berwudlu.” (Faidhul Kabir, Syarhu Jamiul Kabir).

Artinya, permasalahan yang kita hadapi merupakan sumbu pemicu datangnya syetan. Untuk itu perlu ada langkah yang jelas, agar kemarahan itu bisa cepat padam. Membaca istiadzah adalah langkah yang pertama. Selanjutnya bergeraklah, karena gerakan badan akan mengurangi kadar kemarahan. Dan lebih baik lagi bila saat itu kita segera berwudlu, untuk mendinginkan hawa panas yang berasal dari syetan.

Itulah sebagian dari perilaku syetan. Jangan mau disetir syetan. Caranya dengan tidak mencoba, melakukan dan membiasakan perilaku syetan. Syetan tetap musuh.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 14 Th. 2/ 1425/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN