Jangan Tiru Perilaku Syetan
1. Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan bertanya siapa yang menciptakan Allah
Sebuah negara memang membutuhkan orang-orang yang kritis. Karena di dalam kekritisan itu terkandung suatu daya ledak yang hebat. Kekuatan yang dibutuhkan untuk mencari solusi dari sekian banyak kebuntuan yang melanda negeri ini. Mulai dari masalah ekonomi, politik, krisis horizontal atau seabrek permasalahan lainnya.
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan bahwa nilai kekritisan itu juga harus dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan makhluk dan tidak yang menyentuh pada wilayah Ilahiah. Karena otak manusia tidak akan sampai kesana. Karena itulah dalam sebuah hadits Rasulullah menegaskan dan mempersilakan umatnya untuk memikirkan tentang makhluk-makhluk ciptaan Allah dan membatasi diri untuk tidak dengan penuh keberanian mempertanyakan eksistensi Allah. “Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan pernah berpikir tentang (hakekat) Allah”.
Betapa banyak kita menemukan suatu penyimpangan ketika seseorang mencoba mengotak-atik siapa sebenarnya yang menciptakan Allah. Akibatnya mereka tidak percaya akan adanya Allah sebagai Dzat Yang Maha dalam segala hal. Meski sebenarnya hati nurani mereka mengakui adanya.
Tuhan Itu tidaklah mengherankan karena sesugguhnya munculnya pertanyaan itu berasal dari bisikan-bisikan syetan. Sebagaimana ditegaskan Rasulullah dalam sebuah hadits, “Syetan datang kepada salah seorang dari kita kemudian ia membisikkan sesuatu, “Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu? Hingga dia mengatakan, “Siapa yang menciptakan Tuhanmu? Bila sampai dalam batas ini maka hendaklah dia segera membaca istiadzah dan menghentikannya.” (HR. Bu- khari dan Muslim).
Bila pertanyaan itu tetap juga muncul maka dalam hadits lain Rasulullah menganjurkan kita untuk mengucapkan, “Aku beriman kepada Allah dan rasul- Nya” selanjutnya menyibukkan dini dengan dzikir lainnya.
2. Jangan Mengganggu Orang yang Shalat
Syetan memang tiada hentinya menggoda kita ketika takbiratul ihram sudah menggema. Dengan tanpa sadar ada lintasan-lintasan pikiran yang menyeruak. Betapa sering kita merasakan bahwa beberapa saat sebelum shalat kita kehilangan sesuatu. Sudah berapa lama benda itu kita cari dan kita pun telah menyerah karenanya. Tapi begitu kita masuk ke dalam shalat barang yang kita cari itu seakan tergambar kembali dalam ingatan kita. Dan entah kenapa kita menjadi teringat dimana kita meletakkan barang itu Shalatpun menjadi tidak khusyu dan terkadang kita lupa bacaan surat atau sudah berapa rakaat yang kita lalui Sebuah pengalaman yang sering menjadi buah bibir di antara kita.
Syetan memang sungguh pintar. Dia mencari kesempatan yang istimewa untuk membatal kan shalat kita atau minimal mengurangi pahala kita Dalam konteks yang agak berbeda, dahulu ada seorang yang sahabat yang mengadu kepada Rasulullah akan bisikan-bisikan syetan dalam shalat Dialah Utsman bin Abil Ash, “Saya mengadu kepada Rasulullah bahwa syetan telah mengganggu (kenikmatan) shalat saya Dia membuat bacaan saya menjadi salah.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Itu adalah ulah syetan yang bernama Khanzab. Bila kamu merasakan kedatangannya maka bacalah istiadzah dan meludahlah kekiri tiga kali” Setelah saya melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah maka Allah menghilangkan gangguan itu dari saya”. (HR. Ahmad)
Bila yang menjadi pengganggu adalah syetan, maka petunjuk dari Rasulullah bisa kita terapkan. Tapi bila yang menjadi sumber masalah ada di luar diri kita, keramaian suara anak-anak misalnya. Maka tidak ada cara lain kecuali harus menempatkan anak-anak dalam posisi sedemikian rupa, sehingga anak- anak itu tidak memiliki kesempatan untuk bercanda.
3. Jangan Menceritakan Urusan Jima kepada Orang Lain
“Zaman sudah edan,” kata sebagian orang. Banyak alasan yang melatarbelakangi timbulnya ungkapan ini. Di antaranya adalah hilangnya rasa malu dari sebagian orang. Bahkan dalam urusan yang sangat pribadi dan tidak seharusnya diceritakan kepada orang lain sekalipun. Pembicaraan tabu yang berkaitan dengan urusan hubungan badan antara suami istri yang tidak seharusnya menjadi bahan obrolan, saat ini sudah menjadi perbincangan yang biasa bagi sebagian orang.
Padahal pada saat semacam ini, mereka bagaikan syetan. Perhatikanlah hadits riwayat Asma binti Yazid bahwa Rasulullah bersabda, “Barangkali ada seorang laki-laki bercerita kepada orang lain atas apa yang terjadi antara dirinya dengan strinya (hubungan badan) atau barangkali ada seorang istri yang menceritakan kisah persetubuhannya dengan suaminya kepada orang lain. Maka janganlah kalian melakukan itu. Karena perbuatan seperti ini bagaikan dua orang syetan yang bertemu di jalan kemudian keduanya menjalin hubungan badan di tengah jalan, di balik tatapan orang-orang yang melihatnya. (HR. Thabrani)
Zaman memang sudah edan. Larangan Rasulullah itu seakan hanya angin lalu, bagi sebagian orang yang memperturutkan hawa nafsunya. Bukan sekedar berbagi cerita tapi mereka benar-benar berganti pasangan. Ya, dengan penuh kesadaran mereka membentuk kelompok yang dalam waktu tertentu mereka berkumpul disertai dengan istri dan suami masing-masing. Selanjutnya setiap orang berhak memilih suami atau istri orang lain sebagai pasangan kumpul kebo. Naudzu billah min dzalik.
4. Membaca Istiadzah dan Meludah ke Kiri Saat Mimpi Buruk
Mimpi adalah sesuatu yang menarik untuk dibicarakan dan menyimpan banyak misteri. Itulah mengapa banyak orang yang mencoba membaptiskan diri sebagai pakar mimpi. Mencoba mereka-reka apa makna yang terkandung di dalamnya. Padahal ramalan mereka itu hanya sekedar rekaan yang sering kali melenceng dari kebenaran.
Rasulullah sejak jauh-jauh hari memperingatkan umatnya agar tidak ikut-ikutan latah. Dengan mereka-reka apa yang dialaminya semalam. Marilah bersikap secara wajar bila memang semalam kita bermimpi yang tidak menyenangkan. Tidak perlu diambil hati. Atau terpengaruh dengan asumsi sebagian orang. Anggap itu hanya bunga tidur.
“Mimpi yang baik itu datangnya dari Allah. Sedangkan mimpi yang buruk itu dari syetan. Barangsiapa bermimpi sesuatu yang tidak disenanginya, hendaklah ia meludah sedikit ke sebelah kirinya seraya berlindung kepada Allah dari godaan syetan. Karena sesungguhnya mimpi buruk itu tidak akan mencelakakannya dan jangan menceritakan mimpi itu kepada siapapun. Dan jika bermimpi yang menyenangkan maka be gembiralah dan jangan bercerita kecuali kepada orang orang yang disukai.” (HR. Muslim).
Mimpi itu hanya sekedar mimpi yang tidak memberi madharat sedikitpun. Cukuplah disikapi dengan beristiadzah dan meludah ke sebelah kiri serta mengalihkan posisi tidur. Dan kalaupun toh, memang ada bencana yang menimpa itu memang skenario Allah dan tidak ada kaitannya dengan mimpi. Yakinlah itu.
Waspadalah terhadap perilaku-perilaku syetan ini. Sehingga kita tidak lagi menjadi pengikutnya atau menjadi media penyebarluasannnya di antara manusia.
Ghoib, Edisi No. 15 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M