1. Tangisan Bayi Saat Masih Kecil
Tangisan sang bayi yang baru terlahir ke dunia itu disambut dengan air mata kebahagiaan. Namun, satu hal yang perlu direnungkan bersama. Apa sesungguhnya makna tangisan sang bayi itu? Memang, sangat sulit menemukan jawabannya.
Barangkali hadits riwayat Abu Hurairah berikut bisa sedikit menuntun kita untuk setidaknya mengawali renungan ini, “Tidak ada seorangpun yang dilahirkan kecuali syetan akan menusuknya saat ia dilahirkan sehingga ia akan menangis karena tusukan itu, kecuali Maryam dan anaknya” kemudian Abu Hurairah berkata, “Bacalah jika kalian mau firman Allah…wainni uidzuha.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Memang, syetan menyambut kedatangan sang bayi dengan tusukan di kedua lambungnya. Tusukan yang menandakan bahwa peperangan telah dimulai. Seyogyanya orangtua memahami sejak awal bahwa meski seorang anak belum dihisab atas segala perbuatannya hingga akil baligh, namun syetan telah menggodanya sejak ia dilahirkan dan terus melakukannya hingga ajal tiba. Karena itu sudah sewajarnya bila setiap orangtua mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum sang bayi lahir. Hendak dibawa kemanakah sang bayi itu? Ke surga ataukah neraka. Ini tak lain karena peranan orangtua itu sangat dominan dan tidak bisa tergantikan.
Apa yang dilakukan Maryam seharusnya menjadi contoh bahwa ia telah meminta perlindungan kepada Allah untuk anaknya sejak ia masih dalam kandungan. Tentunya dengan banyak mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Ini kelihatan klise, tapi itulah jawaban yang logis atas amanah yang diberikan Allah.
Namun di sini bukan berarti ketika seorang bayi terlahir dengan tidak mengeluarkan tangisan berarti ia terbebas dari godaan syetan. Tidak demikian, karena yang terbebas dari tusukan syetan hanyalah Maryam dan Isa alaihis salam. Justru orangtua pantas lebih waspada karena ketiadaan tangisan itu menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada organ paru-paru sang bayi. Untuk hal ini pemeriksaan secara medis adalah solusi tersendiri.
2. Ihtilam (Mimpi Basah)
Poin ini merupakan kelanjutan dari pembahasan beberapa edisi lalu yang dengan jelas menyebutkan bahwa mimpi buruk itu berasal dari syetan.
Secara khusus, ada jenis mimpi yang juga dinyatakan sebagai ulah syetan untuk menggelincirkan anak Adam. la adalah mimpi basah. Laki atau perempuan sama saja, semuanya bisa mengalami mimpi basah. Bahkan ada beberapa pasien ruqyah Majalah Ghoib yang dengan terus terang mengatakan bahwa dia bukan hanya sekedar mimpi basah. Bahkan lebih jauh dari itu, dia mengaku sering mimpi berhubungan dengan jin.
Ini adalah bukti tersendiri bahwa syetan memang menggoda manusia dalam mimpinya, dengan mencoba menaklukkan keimanan. Tapi yang jelas ada beberapa hadits yang menyatakan bahwa mimpi basah itu berasal dari syetan. “Tidak ada seorang nabi pun yang mengalami mimpi basah. Karena sesungguhnya ihtilam (mimpi basah) itu berasal dari syetan.” (HR. Thabrani)
Memang ada seorang perawi hadits ini yang didhoifkan, tapi hadits ini didukung beberapa hadits dhoif lainnya. Sehingga imam Qurtubi ketika menjelaskan hadits Umi Salamah yang mengatakan bahwa suatu hari di bulan ramadhan Rasulullah masih dalam keadaan junub padahal telah masuk waktu shubuh, ada dua faidah yang bisa diambil. Yang pertama bahwa dibolehkan berhubungan badan dengan istri di malam bulan Ramadhan dan mengakhirkan mandi wajib hingga waktu shubuh. Yang kedua bahwa Rasulullah tidak mengalami mimpi basah karena mimpi basah itu berasal dari syetan. Sebagian besar ulama sepakat dengan pendapat imam Qurthub.
Agar tidak mengalami mimpi basah, seyogyanya kita membaca doa-doa perlindungan dari syetan sebelum tidur. Seperti ayat Kursi, surat al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas serta doa-doa lainnya.
3. Menguap Ketika Shalat
Setiap orang pernah merasakan ingin menguap ketika shalat. Terlebih saat shalat Shubuh dimana hawa kantuk masih kuat menguasai kita. Baru lepas dari takbiratul ihram sudah ada rasa ingin menguap. Begitu juga tatkala shalat Dhuhur setelah setengah hari capek dengan kepenatan dunia kerja.
Tapi mungkin tidak semua orang tahu bahwa itu adalah cara-cara syetan untuk mengalihkan perhatian kita agar tidak lagi khusyu’ ketika shalat. Demikianlah hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Menguap ketika shalat itu dari syetan. Karena itu bila kalian ingin menguap maka tahanlah sebisa mungkin.” (HR. Thabrani)
Dasar syetan. Tapi kita tidak boleh menyerah karenanya. Untuk itu seyogyanya kita lakukan persiapan sebaik mungkin sebelum masuk shalat. Dengan sedikit melemaskan otot atau menarik nafas dalam-dalam dua-tiga kali sebelum shalat, itu hanya sekedar tips fisik ringan. Dan kalau memang keinginan menguap itu tetap terjadi, maka tahanlah sebisa mungkin. Ibrahim an- Nakha’i, seorang ulama dari generasi tabiin mengalihkan keinginan menguap ketika shalat dengan cara berdehem.
4. Bersin Ketika Shalat Itu dari Syetan
Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa Allah suka kepada orang yang bersin dan membenci kepada orang yang menguap. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah suka orang yang bersin dan bila salah seorang dari kalian itu bersin lalu memuji Allah maka orang yang mendengarnya wajib mengucapkan ‘Yarhamukallah’ …” (HR. Bukhari)
Tapi bila bersin itu terjadi bukan pada tempatnya maka tidak lagi disenangi Allah. Karena di sini sudah ada campur tangan syetan. Syetan ingin mengganggu kekhusyu’an shalat dengan berbagai cara termasuk dengan membuatnya bersin. Sebagaimana tersebut dalam atsar dari Abdullah bin Mas’ud, “Menguap dan bersin di dalam shalat itu dari syetan.” (HR. Thabrani)
Atsar dari Ibnu Mas’ud ini tidak bertentangan dengan hadits riwayat Abu Hurairah di atas. Sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar bahwa bersin yang tidak disenangi Allah adalah yang terjadi di dalam shalat sedang di luar shalat bersin itu tetap sesuatu yang disenangi Allah. Hal ini tidak lain karena syetan memang ingin merusak shalat seseorang dengan berbagai cara. Termasuk dengan membuatnya bersin.
Karena itu waspadalah terhadap segala perilaku syetan. Jangan sampai kita terkecoh karenanya.
Ghoib, Edisi No. 18